Memprihatinkan, Mutu Pendidikan di Papua

[JAYAPURA] Mutu pendidikan di Papua dan Papua Barat semakin memprihatinkan. Faktor kondisi para guru memerlukan perhatian serius dari semua pihak, khususnya pemerintah dan masyarakat.
"Strategi untuk membenahi kualitas pendidikan Papua dan Papua Barat yang memprihatinkan, adalah melakukan pembinaan terhadap pendidikan guru yang menekankan pada kualitas bakal calon guru, kualitas proses pembinaan calon guru, dan kualitas kualitas lulusan," kata Rektor Universitas Cenderawasih, Prof Dr B Kambuaya, MBA dalam Seminar dan Lokakarya Pembinaan Pendidikan Guru di Tanah Papua di Jayapura, pekan lalu.
Selain itu, tambahnya, pembinaan terhadap guru-guru juga diperhatikan melalui sistem pembinaan guru yang teratur dan berkesinambungan. Model yang ditawarkan dalam upaya peningkatan kualitas guru dan pendidikan, adalah pembinaan pendidikan guru terpadu.
Memiliki Kompetensi
Lulusan model pembinaan guru dijamin akan memiliki kompetensi yang diperlukan calon guru yaitu kompentensi pedagodik, profesional, kompetensi personal dan kompetensi sosial. Model ini disebut terpadu, karena tiga alas an, yaitu model memadukan dua jenjang pendidikan calon guru, katanya.
"Jenjang Pedidikan Menengah Atas Keguruan dan Jenjang Pendidikan Tinggi Keguruan. Jenjang Pendidikan Sekolah Menegah Atas (SMA) Keguruan adalah satuan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang memberi muatan pendidikan guru pada kurikulum SMA yang digunakan," katanya.
Model ini memadukan sarana pembinaan, yaitu sarana pembinaan formal dan non-formal (sekolah dan asrama). Murid SMA Keguruan dan mahasiswa LPTK dibina dalam asrama dengan kegiatan-kegiatan untuk ketrampilan dan sekaligus pembinaan disiplin.
Model memadukan lembaga-lembaga yang mempunyai tanggung jawab pembinaan langsung, baik secara akademik mauppun secara financial, yaitu Perguruan Tinggi, pemerintah daerah, dan masyarakat (yayasan).
Sementara itu, Gubernur Papua Barnabas Suebu menegaskan, profil guru yang dihasilkan oleh gereja dahulu memiliki kelebihan pada aspek kepribadian yang melayani sehingga mampu berdaptasi dengan tingkat kesulitan bekerjanya.
Profil ini semakin bekurang ketika guru dihasilkan oleh pemerintah melalui LPTK yang didirikan oleh pemerintah dan dilaksanakan dalam sistem nilai dan etika yang sekuler, yang lebih menekenkan pada aspek akademik dan pedagogik.
Rancangan model pendidikan guru untuk menjawab sisi yang hilang dan profil seorang guru saat ini bila dibandingkan dengan pendidikan masa yang lalu, yaitu kesetiaan mengabdi sebagai seorang pelayan di mana saja ditempatkan. [154]
Siswa Miskin Makin Tak Tersentuh
Fenomena maraknya berbagai sekolah dengan embel-embel sekolah unggulan, plus, atau SBI sebenarnya telah menciptakan dikotomi pendidikan nasional. Hal ini berarti pendidikan juga menciptakan jurang pendidikan antara anak-anak dari golongan ekonomi kuat dan dari golongan ekonomi lemah (miskin).
"Munculnya sekolah-sekolah internasional mulai dari TK sampai SMA dengan biaya yang begitu mahal, telah menutup akses orang miskin mendapatkan pendidikan, meskipun secara konstitusi setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Ini bertentangan dengan moral Pancasila," kata pakar pendidikan HAR Tilaar, saat dihubungi SP, Sabtu (31/5).
Selain itu, katanya, sekolah-sekolah semacam itu cenderung membangun suatu budaya baru, yakni budaya elit yang kurang peka terhadap realitas sosial di dalam masyarakat.
Tilaar mengusulkan, SBI dan sejenisnya menyediakan 50% bangku yang diperuntukkan bagi anak-anak dari golongan rakyat miskin yang terpilih dan mempunyai potensi inteligensi yang disyaratkan sekolah bersangkutan.
Melunturkan Citra
Pandangan serupa disampaikan pakar pendidikan dari Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, Marcellino. Dia mengatakan, SBI mampu melunturkan citra dan konsep pendidikan nasional. Karena itu, pemerintah perlu mencermati fenomena mulai berkembangnya SBI.
"Pemerintah harus mencermati makin banyaknya sekolah-sekolah yang bertaraf dan berstandar internasional. Jika pemerintah tidak memiliki regulasi yang ketat maka konsep pendidikan nasional seperti yang diamanatkan dalam konstitusi akan pudar," katanya.
Marcellino mempertanyakan standar internasional yang kerap digunakan dalam SBI. "Standar internasional apa yang diterapkan? Apakah standar Amerika, Inggris, Singapura, India, atau apa? Apakah media komunikasinya yang menggunakan bahasa asing sementara kurikulumnya ternyata biasa saja," katanya.
Dikatakan, saat ini banyak sekolah mengklaim sebagai SBI. Namun kenyataannya, kurikulumnya biasa saja atau bahkan, kurikulum internasional, namun pengajarnya tidak mampu menguasai bahasa asing. Artinya, pengertian internasional itu kabur," katanya.
Dia menerangkan, jika pemerintah tidak membuat regulasi yang ketat, maka banyak sekolah nasional yang tergerus oleh SBI.
Padahal, lanjutnya, jika SBI makin marak berarti akan terjadi migrasi besar-besaran pengajar asing yang masuk ke Indonesia. "Kalau sudah begitu, apakah pemerintah sudah memikirkan agenda-agenda terselubung yang juga dibawa para pengajar asing tersebut. Selain itu, lazimnya para pengajar asing itu mengaku lebih berkualitas dibandingkan dengan para guru kita," katanya.
Dia menambahkan, pemerintah mesti memperketat masuknya investasi SBI ke Indonesia. Karena, SBI ini diprediksi akan mampu "mematikan" keberlangsungan hidup sekolah-sekolah nasional. "Era globalisasi memang tidak bisa dicegah. Namun, era itu bisa kita bendung dengan nilai-nilai kebangsaan yang kokoh. Indoktrinasi paling efektif terjadi pada pendidikan anak usia dini. Kalau jenjang TK saja sudah dengan pengajar asing. Apakah ada jaminan, nilai-nilai luhur Pancasila bisa terbangun dengan kurikulum internasional dan apakah pemerintah memberikan jaminan akan memantau perkembangan itu," katanya.
Karena itu, katanya, SBI seharusnya bergabung dengan sekolah nasional. "Alangkah bijaksana jika pemerintah mau lebih dulu memprioritaskan peningkatan mutu dan kualitas sekolah-sekolah nasional. Karena itu, pemerintah harus melakukan kajian secara komprehensif mengenai SBI sebelum telanjur menyuburkannya, " katanya.
Sebagai unsur keragaman sistem sosial, dikotomi sebenarnya sudah ada sejak lama dan sah-sah saja dibuat. Masalah menjadi lain saat kebijakan pemerintah di bidang pendidikan cenderung memberi ruang gerak sebagian kecil masyarakat kelas menengah ke atas untuk mengeruk keuntungan sebanyak mungkin, mengabaikan kepentingan serta hak orang- orang miskin yang kian terpinggirkan oleh ketidakberdayaannya .
Keadilan menjadi barang yang harus diperjuangkan oleh sebagian besar masyarakat miskin. Fenomena ini dengan mudah bisa dilihat. Kenyataan kini, sekolah-sekolah bermutu, unggul, favorit, dan kelas "akselerasi" dihuni anak-anak dari keluarga kaya yang mampu berinvestasi secara ekonomis, dan nyaris tidak ada akses bagi anak-anak dari keluarga miskin.
Padahal, rendahnya kemampuan akademik anak-anak miskin, tidak terlepas dari faktor rendahnya kualitas hidup mereka. Kalaupun ada sebagian kecil anak-anak keluarga kurang beruntung yang mampu berkompetisi, mereka mendapatkannya dengan usaha atau kerja keras berlipat ganda dibandingkan usaha yang dikeluarkan anak-anak keluarga golongan mampu.
Di tengah dikotomi pendidikan yang umumnya tidak memberi ruang gerak bagi yang lemah, kebijakan pemerintah yang hanya menggunakan azas kesamaan hak dan kewajiban, belumlah cukup. Dalam realita seperti ini, berbagai kebijakan pendidikan seharusnya selalu berpihak kepada masyarakat tidak berdaya dan terpinggirkan yang menjadi mayoritas penghuni Republik ini.
Bagaimana dengan uang masuk yang di nilai mahal dan berbagai pungutan? Mendiknas mengatakan, adalah sesuatu yang wajar jika SBI mematok tarif mahal. "Fasilitas SBI kan lengkap. Kalau pungutan di SBI, saya biarkan saja," kata Mendiknas sewaktu mengadakan dialog dengan para pimpinan media cetak dan elektronik, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Kebijakan Mendiknas tersebut, tentu saja makin menciptakan jurang bagi siswa dari keluarga miskin. Kalau siswanya pintar, tetapi keluarganya tidak mampu diabaikan, lalu sampai kapan mereka bisa menikmati pendidikan berkualitas? *
MENUJU KEBEBASAN FINANCIAL
Untuk memiliki kebebasan finansial, Anda mutlak harus memiliki Kecerdasan Finansial/FC (Financial Quotient). Untuk memiliki kecerdasan finansial, Anda tidak perlu jenius secara IQ namun hanya membutuhkan upaya untuk merubah persepsi atau pola pikir Anda tentang uang. Benarkah jika semakin kaya seseorang maka ia harus semakin sibuk?
Ternyata Tidak! Dan hanya orang yang punya kecerdasan finansial yang tahu rahasianya.
Menurut Robert T Kiyosaki, penulis best seller "Rich Dad Poor Dad", untuk memperoleh penghasilan, anda bisa mendapatkannya dari 4 quadran berikut ini:
1. KUADARAN E (EMPLOYEE / KARYAWAN)
Anda bekerja untuk ORANG LAIN, dimana anda telah terikat untuk bekerja dengan waktu tertentu dan dengan penghasilan yang tertentu juga.
2. KUADRAN S (SELF EMPLOYED / PROFESIONAL /SMALL BUSINESS)
Anda bekerja untuk DIRI ANDA SENDIRI, dimana anda tidak terikat secara waktu dan penghasilan, tetapi anda harus BEKERJA SEMAKIN KERAS (menghabiskan lebih banyak waktu), untuk memperoleh penghasilan yang lebih besar.
3. KUADRAN B (BUSINESS OWNER / PEMILIK BISNIS)
Anda bisa mendapatkan penghasilan dari SISTEM, dimana dalam sistem ini ORANG LAIN bekerja untuk ANDA. Jadi anda tidak terikat waktu, tetapi penghasilan tak terbatas.
4. KUADRAN I (INVESTOR / PENANAM MODAL)
Anda mendapatkan penghasilan dengan menanam modal, sehingga UANG bekerja untuk ANDA.
Anda lihat perbedaan mendasar dari 4 kuadran diatas, pada kuadran 1 dan 2, penghasilan anda linier terhadap waktu yang anda miliki, artinya semakin anda kaya maka semakin sibuklah Anda!
Jadi pertanyaannya: Sampai kapan Anda sanggup untuk SIBUK?
Apakah hidup ini hanya akan anda habiskan untuk mendapatkan UANG? Dan kalau Anda tidak bekerja maka tidak akan mendapat uang...
Menurut sebuah penelitian terbukti bahwa pada usia 35 tahun kualitas kehidupan seseorang berada dipuncak, sehingga semakin lama semakin menurun. SUDAHKAN SIAPKAH ANDA?
Pada kuadran kiri atau 1 dan 2, orang memilih untuk mendapatkan KEAMANAN. Karena menurut mereka, jika setiap bulan menerima penghasilan akan aman.. Padahal kalau di PHK atau sakit? Penghasilan hilang seketika..!
Jadi yang diperoleh sebenarnya adalah KEAMANAN KERJA bukan keamanan penghasilan.
Pada kuadran kanan atau 3 dan 4, orang memilih untuk mendapatkan KEBEBASAN. Bebas berusaha untuk mendapatkan penghasilan berapapun yg mereka inginkan!!! Jadi dia bisa mendapatkan KEBEBASAN PENGHASILAN dan WAKTU.
Kembali pada tulisan Robert T. Kiyosaki : Jika anda ingin mendapatkan penghasilan tak terbatas namun waktu yang anda miliki semakin luang maka Anda harus masuk ke kuadran Kanan 3 atau 4.
TETAPI Apakah untuk itu semudah anda berganti karier? TIDAK MUDAH!
Untuk masuk kuadran 4 Anda sudah tentu harus punya BANYAK UANG untuk diinvestasikan. Jika anda punya maka anda hanya perlu FQ atau Kecerdasan Finansial, sehingga anda mampu mengendalikan RESIKO. Untuk anda berpindah ke kuadran 3 maka anda harus MENCIPTAKAN SISTEM, atau MEMBELI SISTEM yang sudah ada. Untuk menciptakan sistem dibutuhkan kemampuan luar biasa dan EQ atau Kecerdasan Emosional, dalam membuat sistem baru banyak orang yang harus melalui berbagai rintangan dan kegagalan dan sebelum mencapai kesuksesan seringkali harus gagal lebih dari 3 kali.
Selain menciptakan anda bisa membeli sistem yang sudah sukses, sistem yang bisa dibeli ada 2 macam yaitu Franchise (Waralaba) dan dari Sistem Pemasaran Berjenjang (MLM). Untuk mendapatkan kebebasan penghasilan / Finansial minimal anda harus berada di kuadran 3, Anda harus memiliki SISTEM.
Cara mudah untuk memiliki sistem adalah dengan membeli sistem yang sudah sukses. Dan sistem yang terbukti sudah sukses tetapi murah adalah Pemasaran Berjenjang (MLM) atau Network Marketing.
Melalui konsep ini anda bisa belajar untuk mengendalikan RESIKO, sambil mengembangkan EQ juga belajar bagaimana jatuh bangunnya memulai bisnis sendiri namun sekali lagi dengan murah. Karena dalam bisnis MLM MURNI (bukan palsu) pelatihan, training dan pengembangan SDM sangat diutamakan.
Hari ini, jika Anda melakukan sesuatu hal yang tidak biasa dilakukan oleh orang banyak, yaitu menjalankan bisnis Network Marketing TIANSHI ONLINE. Maka 1 s/d 3 tahun kedepan, Anda akan menikmati hasilnya yang tidak banyak orang biasa nikmati, yaitu Kebebasan Waktu & Finansial. TIANSHI ONLINE adalah bisnis Network Marketing (MLM) dengan cara termudah & tercepat untuk mengembangkan bisnis Anda. Sehingga kesuksesan Anda akan lebih cepat Anda raih. Bergabung sekarang di Kuadrant Kanan besama ribuan orang sukses lainnya. Jadilah pemain, bukan penonton. Go Freedom!
Kualitas seorang individu tercermin dalam standar-standar yang
ditentukannya bagi dirinya sendiri (Ray Kroc)
Bakat yang dibutuhkan untuk menjadi orang bahagia adalah bakat menghargai
dan mencintai apa yang sudah kamu miliki, bukan apa yang belum / tidak
kamu miliki (Woody Allen)
Perusahaan yang hebat tidak percaya pada kehebatan, tetapi percaya pada
perbaikan dan perubahan yang berkesinambungan. (Tom Peters)
Memperbaiki (improve) adalah melakukan perubahan; untuk menjadi sempurna
adalah melakukan perubahan lebih sering lagi. (Winston Churchill)
Saya menemukan bahwa keberuntungan bisa diramalkan. Bila anda ingin lebih
beruntung, ambillah lebih banyak kesempatan, lebih giat, maka keberuntungan
lebih sering muncul. (Brian Tracy)
Cordoba di Inter hingga 2012
Milan - Ivan Ramiro Cordoba membuktikan komitmennya pada Inter Milan. Perpanjangan kontrak telah dilakukan oleh bek Kolombia yang membuatnya bertahan di I Nerazzurri hingga 2012.
Cordoba mememang telah menjadi bagian penting dalam pertahanan I Nerazzurri. Namun dia mengalami cedera serius saat menghadapi Liverpool di Anfield di ajang Liga Champions Februari lalu.
Cedera tersebut pada lutut kirinya tersebut telah membuatnya harus absen hingga akhir musim. Meski demikian hal itu tidak menggoyahkan keputusan Cordoba untuk tetap bertahan di Giuseppe Meazza.
Cordoba akhirnya telah menandatangani perpanjangan kontrak hingga 2012. Kontrak tersebut juga menunjukan bahwa dia akan terus bermain bersama I Nerazzurri hingga akhir karirnya.
"Kami dapat mengatakan dengan mudah, ini merupakan kontrak seumur karena inilah artinya sebuah kesepakatan dan ini merupakan rasa sentimentil yang mengikat saya pada Inter," kata Cordoba seperti dilansir Goal.
Ia bergabung bersama Inter dari Lorenzo pada 2000. Selama delapan tahun merumput di Inter, ia telah bermain 250 kali, merasakan tiga scudetto, dua Coppa Italia dan dua Supercup Italia. ( key / ian )
No comments:
Post a Comment