Monday, September 15, 2008

Datang Melalui Cinta




Bila hari ini menyambut matahari pagi dengan senyuman dan menghirup
udara segar membuat tubuh terasa kuat, hidup menjadi indah. Indahnya
hidup selalu datang melalui hati yang penuh cinta. Didalam hati yang
penuh cinta akan menolak apapun yang bernama kekerasan. Baik kekerasan
fisik maupun kekerasan verbal.

Pernah satu hari dalam metromini dari arah seskoal ke Ciledug saya
memperhatikan seorang bapak yang bercerita pada ibu tentang tawuran
pelajar dengan memperagakan kekerasan yang terjadi. Saya sampaikan
kepada bapak tersebut, "bapak, mohon maaf..bisakah bercerita yang
lebih baik?" dan akhirnya bapak itu menghentikan cerita tentang
kekerasan dan berganti dengan cerita kegiatan anak-anaknya yang sekolah.

Bagi orang yang senang sekali bercerita tentang kekerasan seolah itu
makanan sehari-hari bisa jadi itu pertanda sakit. Di dalam keluarga,
lingkungan & masyarakat selalu tidak lepas dari berbagai cerita &
mitos. Seperti kasus pembunuh Ryan hanya akan mungkin dilakukan oleh
sosok yang sakit.

Jiwa yang sakit hanya bisa disembuhkan dengan cinta. Itulah sebabnya
cinta selalu membawa kebaikan, cinta membuat hati seseorang menjadi
penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang
yang memiliki cinta lebih memperhatikan orang yang dicintainya
dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah
kebahagiaan untuk sesamanya meski untuk itu ia harus menderita. Ia
sangat memaklumi kekurangan orang lain dan selalu memaafkan kesalahan.

Cinta juga membawa kebaikan bagi sesama saudara, cinta orang tua
terhadap anaknya, dan sebaliknya. maka dalam al Qur'an , kerabat
disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki
hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih
sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang
anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu
ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang
memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu bersilaturrahim, atau
silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang.


------------

Focused abundance
Abundance is all around you. At any given moment, you are immersed in it.

Through the living of your life, you focus that abundance. And it becomes specific experiences, creations and accomplishments.

There is never any shortage of positive possibilities. Whatever your circumstance, life's abundance is available to be transformed by the guiding power of your intentions.

There is always plenty of raw energy available to you. Your challenge is to consistently and persistently direct that energy into a life that is rich and meaningful.

Consider carefully what you choose to allow and what you choose to block. Every choice you make is amplified many times over by the constant flow of abundance that is always present in your world.

Visualize a life that is the best you can possibly imagine. Hold steady to that vision, and you will make it so.
-- Ralph Marston

-------------------

POLITIK KANTOR (bag.2 tamat)
Gracia Danarti

Mengenali ‘tokoh politik’…

Karena politik kantor itu melibatkan orang-orang tertentu, gaya berinteraksi dan komunikasi antarpersonal, serta upaya mengembangkan
hubungan taktis dan melancarkan pekerjaan, maka yang perlu anda perhatikan atau cari adalah:

Orang-orang yang berpengaruh

Tokoh berpengaruh di sini tidak selalu identik dengan abatan yang tinggi, tetapi dari seberapa kuat posisisnya dalam pengambilan
keputusan

Orang yang dekat dengan pimpinan

Biasanya dia sering diandalkan atasan, dimintai pendapat dalam berbagai rapat, bahkan di luar kantor dia sering terlihat mendampingi
atasan.Tak terlalu salah kalau kita berasumsi dia punya ‘pengaruh’ terhadap atasan, sehingga kalau anda menghadapi masalah dan perlu
pertimbangan atasan segera, anda bisa memanfaatkan bantuannya.

"Klik" atau kelompok yang terlihat menonjol

Perhatikan bagaimana mereka berinteraksi baik satu sama lain maupun saat berurusan dengan orang di luar kelompoknya. Pengelompokan
mungkin terjadi antara mereka yang berasal dari almamater yang sama , atau memiliki latar belakang ketrampilan atau idealisme yang
sama.Bahkan juga mungkin terjadi karena minat, hobi, dan gaya hidup yang sama. Jika melakukan pendekatan pada kelompok tertentu,
tentu saja harus disesuaikan dengan kelompoknya

Pola Interaksi

Selain individu atau kelompok, ada baiknya anda peka terhadap pola interaksi dan komunikasi antarindividu di kota anda.Misalnya, anda
sering terlihat bersam si
B, tetapi isi komunikasi mereka hanya hal-hal ringan.Sementara intensitas hubungan si A dan si C tampaknya biasa saja, tetapi
komunikasi yang mereka lakukan
lebih berbobot, isi pembicaraan menyangkut isu penting di dalam kantor dan mempunyai pengaruh pada pekerjaan.

Bahasa terselubung

Andapun diharapkan cukup pandai menerjemahkan bahasa terselubung yang kerap dipakai dalam situasi politik kantor.Contohnya, seorang
atasan mengatakan, “karena Pak Deni sudah tidak di kantor kita lagi, yang kan meminpin divisi anda sekalian adalah Bu Helen, yang dalam
hal ini akan dibantu oleh Nike” Kalau disimak lebih dalam lagi, mungkin di balik kalimat itu, ada makna lain:
"karena setelah sekian periode performa Pak Deni buruk dan karirnya dipecat,maka Bu Helen untuk sementara waktu memimpin divisi
anda.karena Bu Helen pun bukan pengganti yang tepat, maka dia harus dibantu oleh Nike yang lebih memiliki kompetensi."

Semoga bermanfaat !!!

-------------

10 Principles ofChange Management
By John Jones, DeAnne Aguirre, and Matthew Calderone

8. Address culture explicitly. Once the culture is understood, it should be addressed as thoroughly as any other area in a change program. Leaders should be explicit about the culture and underlying behaviors that will best support the new way of doing business, and find opportunities to model and reward those behaviors. This requires developing a baseline, defining an explicit end-state or desired culture, and devising detailed plans to make the transition.

Company culture is an amalgam of shared history, explicit values and beliefs, and common attitudes and behaviors. Change programs can involve creating a culture (in new companies or those built through multiple acquisitions) , combining cultures (in mergers or acquisitions of large companies), or reinforcing cultures (in, say, long-established consumer goods or manufacturing companies). Understanding that all companies have a cultural center — the locus of thought, activity, influence, or personal identification — is often an effective way to jump-start culture change.

A consumer goods company with a suite of premium brands determined that business realities demanded a greater focus on profitability and bottom-line accountability. In addition to redesigning metrics and incentives, it developed a plan to systematically change the company’s culture, beginning with marketing, the company’s historical center. It brought the marketing staff into the process early to create enthusiasts for the new philosophy who adapted marketing campaigns, spending plans, and incentive programs to be more accountable. Seeing these culture leaders grab onto the new program, the rest of the company quickly fell in line.

9. Prepare for the unexpected. No change program goes completely according to plan. People react in unexpected ways; areas of anticipated resistance fall away; and the external environment shifts. Effectively managing change requires continual reassessment of its impact and the organization’ s willingness and ability to adopt the next wave of transformation. Fed by real data from the field and supported by information and solid decision-making processes, change leaders can then make the adjustments necessary to maintain momentum and drive results.

A leading U.S. health-care company was facing competitive and financial pressures from its inability to react to changes in the marketplace. A diagnosis revealed shortcomings in its organizational structure and governance, and the company decided to implement a new operating model. In the midst of detailed design, a new CEO and leadership team took over. The new team was initially skeptical, but was ultimately convinced that a solid case for change, grounded in facts and supported by the organization at large, existed. Some adjustments were made to the speed and sequence of implementation, but the fundamentals of the new operating model remained unchanged.

10. Speak to the individual. Change is both an institutional journey and a very personal one. People spend many hours each week at work; many think of their colleagues as a second family. Individuals (or teams of individuals) need to know how their work will change, what is expected of them during and after the change program, how they will be measured, and what success or failure will mean for them and those around them. Team leaders should be as honest and explicit as possible. People will react to what they see and hear around them, and need to be involved in the change process. Highly visible rewards, such as promotion, recognition, and bonuses, should be provided as dramatic reinforcement for embracing change. Sanction or removal of people standing in the way of change will reinforce the institution’s commitment.

Most leaders contemplating change know that people matter. It is all too tempting, however, to dwell on the plans and processes, which don’t talk back and don’t respond emotionally, rather than face up to the more difficult and more critical human issues. But mastering the “soft” side of change management needn’t be a mystery.

-------------

PENTINGNYA SERVICE EXCELLENT BAGI PERUSAHAAN.



Service excellent merupakan hal mutlak yang dibutuhkan setiap perusahaan untuk kelangsungan bisnisnya. Perusahaan sudah seharusnya menerapkan service excellent untuk setiap pelanggannya. Hal tersebut sangat penting untuk mendulang pundi-pundi “Emas” dari setiap customer yang sudah memakai produk atau jasa dari perusahaan. Apalagi kalau setiap perusahaan memposisikan customer sebagai Nyawa dari roda bisnisnya. Dengan customer sebagai nyawa, maka perusahaan akan punya tambang “emas” yang tidak akan pernah habis karena customer menjadi “loyal” dan berfungsi sebagai media promosi gratis produk & jasa setiap perusahaan, sehingga akan terjadi peningkatan omzet yang signifikan.

Akan tetapi, semua itu akan jadi “telur busuk” dan tidak menghasilkan apa-apa tatkala customer dipandang sebelah mata dan disepelekan. Hal tersebut akan seperti gunung es yang akan menenggelamkan setiap perusahaan, jika tidak segera berbenah untuk memberikan service yang excellent pada setiap pelanggannya. Karena sebuah bisnis tidak akan pernah jalan tatkala tidak ada customer.

Sudah saatnya, setiap perusahaan menerapkan service excellent sebagai tolok ukur keberhasilan produk / jasa dan keberhasilan bisnis. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan kerjasama dan komitmen berbagai pihak dalam setiap perusahaan. Jangan hanya kita tersenyum ketika dapat ”emas” dan cemberut ketika dapat ”telur busuk”. Dengan adanya ”telur busuk” sebagai evaluasi, maka setiap perusahaan dapat memperoleh tambang ”emas” yang menghasilkan sepanjang masa.

"Seperti itu caranya, seperti itu pula hasilnya..."

--Mahatma Gandhi--


"Segala sesuatu yang saya pikirkan dengan segenap perhatian, energi dan konsentrasi pikiran, baik hal positif maupun negatif, akan datang ke dalam kehidupan saya."

--Michael J Losier--

No comments: