Wednesday, May 30, 2007

MANAGER KELAS DUNIA


Buku World Class Manager (WCM) ini ditulis oleh Gerhard Plenert, seorang praktisi bisnis tingkat dunia yang telah berpengalaman di berbagai belahan dunia dan sekaligus sebagai akademisi yang menjabat direktur penelitian tentang produktivitas dan kualitas di University Brigham Young (yang sebelumnya di California State University ). Pembahasan terasa dinamis dan mengalir bagaikan air pegunungan yang genercik yang menyejukkan. Secara dinamis, Plenert menuliskan bukunya kedalam 4 bagian yaitu tinjauan sebagai awal pembahasan, Strategi Kelas Dunia, Alat Manajemen Kelas Dunia, dan Ringkasan.


Dalam awal bukunya dia mensitir perkataan Philosof Yunani, Heraclitus:”tidak ada yang permanen, kecuali perubahan itu sendiri”. Untuk itu seorang World Class Manager adalah seorang manajer yang membuat perubahan itu terjadi dan bukannya seseorang yang sekedar dipengaruhi oleh perubahan. Seorang WCM mempunyai kapasitas untuk merencanakan perubahan, menggabungkan sistem yang memfasilitasi perubahan, memberdayakan (bukan memperdayakan) karyawan untuk membuat perubahan, dan memberikan penghargaan atas program perubahan yang sukses.


Ciri spesifik seorang WCM adalah inovator dan petualang. Dia adalah seorang pengambil risiko (risk taker) karena perubahan selalu melibatkan resiko. Untuk menjadi WCM, seseorang dituntut untuk mampu merencanakan, mengelola dan mengendalikan perubahan karena tidak semua perubahan merupakan perubahan yang positif. Namun, mencegah perubahan karena takut membuat kesalahan sama saja dengan memutuskan untuk tidak menjadi ber-Kelas Dunia.



Seorang inovator dapat menjadikan sebuah masalah sebagai sebuah peluang dan tantangan. Dia sadar betul terhadap kekompakan sebuah team yang merupakan kekuatan sinergis yang luar biasa. Seorang innovator paham bagaimana sebuah peluang dijadikan program, aktivitas maupun proyek yang menguntungkan. Contoh tepat itu adalah bagaimana orang jepang menjadikan masalah besar dalam membangun industri negaranya pasca PD II menjadi sebuah peluang. Masalah yang mereka adalah uang tunai, lahan produksi, sumber daya alam dan kelebihan tenaga kerja.



Dengan tekun dan gigih akhirnya mereka (orang-orang Toyota ) berhasil menemukan teknologi proses (yang berorientasi pada efisiensi bahan bukan efisiensi tenaga kerja) yang terkenal dengan Just in Time (JIT). Mereka tidak menjiplak karena menjiplak akan menciptakan ketertinggalan, namun mereka sebagai inovator dan akhirnya kita akui sebagai leader berkelas dunia.


Untuk menjadi Manajer Kelas Dunia, seseorang harus menjadi Pribadi Kelas Dunia. Seorang Pribadi Kelas Dunia berusaha untuk tidak pernah melukai orang lain atau membuat orang lain tampak kecil dalam rangka membuat dirinya tampak hebat. Sehinnga seorang WCM tampak hebat karena dirinya memang hebat. Merka membangun diri mereka sendiri dengan membangun orang lain. Dengan demikian seorang WCM adalah seorang sahabat bagi karyawan-karyawanny a. Itulah sebabnya mengapa kehidupan pribadi sangat berhubungan dengan manajemen.

Beberapa ciri seorang Manajer Kelas Dunia adalah mempunyai :

Integritas (etis dan teratur)
Standar dan Sistem nilai (berfokus pada sasaran, penuh kasih saying, rendah hati,bermoral, taat).
Nilai Tambah bagi Masyarakat.
Pemimpin, bukan pejabat (patut diteladani, antusias, berkompromi, pengertian, sadar lingkungan, terbuka, menyenangkan, dan lain-lain.

Menjadi seorang WCM sudah layaknya mampu untuk berinteraksi terhadap aspek maupun fungsi perusahaan. Adapun fokus strategi perusahaan adalah mulai dari visi, misi, rencana strategis, sistem pengukuran dan motivasi, peningkatan mutu dan produktivitas sampai kebijakan teknologi dan program pelatihan. Sedang aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah pelanggaran, perubahan, nilai tambah dan penghilangan pemborosan, serta kepercayaan.



Pemahaman fungsional perusahaan yang perlu dimengerti seorang WCM adalah interaksi pelanggan, pengembangan teknologi, proses produksi, logistik, dan fungsi lain seperti pengendalian mutu manajemen SDM, financial dan akuntansi, sistem informasi dan maintenance.


Menjadi seorang WCM tidak berarti kita harus menjadi manajer dari World Class Company (Perusahaan Kelas dunia). WCM dapat berada di mana saja dari non-profit organization maupun profit oriented organization, perusahaan medium sampai perusahaan kelas kakap, dan sampai perusahaan manufaktur sampai perusahaan Jasa.


Kata akhir yang dapat disimpulkan dari seorang World Class Manager adalah seorang manajer yang mana kita senang dikelola olehnya.



Untuk menghindari banyak floating,
Pasang order buy stop dan sell stop saja.
Jangan langsung buy/sell pada harga yg sama.
Soal modalnya silahkan hitung sendiri .
Silahkan mencoba.


KEGAGALAN ADALAH AWAL KEBERHASILAN, JALAN MASIH PANJANG,TETAP SEMANGAT,PANTANG MUNDUR, UJUNG JALAN SUDAH MENANTI.

Pada tanggal 23/05/07, Djodi Ismanto menulis:

BERANI GAGAL
BERANI GAGAL . . . UNGKAPAN YANG JARANG TERDENGAR . . .
KEGAGALAN ADALAH SUKSES YANG TERTUNDA

Hidup adalah pilihan, sehingga kita harus lebih kreatif untuk memperbanyak pilihan itu untuk menunjang kehidupan kita di masa depan baik secara rohani atau materi.

Dengan menciptakan banyak pilihan untuk masa depan kita, pada saat sekarang kita harus lebih kreatif menciptakan jalan pilihan tersebut , untuk kemudian hari kita mampu bertahan dalam kondisi apapun karena sudah mempunyai banyak pilihan (pegangan) hidup.




Mengapakah kita harus menjadikan masa depan kita penuh pilihan?

Kita sering mendengar ungkapan "banyak jalan menuju roma". Menurut pemahaman saya, untuk menuju atau mencapai satu tujuan selalu ada pilihan jalan dan cara.

Maka jawaban saya atas discourse ini adalah kita harus punya banyak pilihan atau alternatif untuk menuju masa depan agar bila pilihan yang satu belum berhasil, maka kita dapat melalui pilihan yang lainnya.


Mengapakah kita harus menjadikan masa depan kita penuh pilihan?”

Kita hanya berkewenangan untuk berharap, Menginginkan dan Meminta masa depan yang baik “Menurut” kita.

Apa yang Baik menurut kita, belum tentu merupakan yang terbaik yang dipersiapkan Alam untuk apa Kita Ada.

Memilih berarti pula kita menghadirkan “Kemungkinan-Kemungkian” Jadinya kita. Dengan menjadikan masa depan kita penuh Pilihan, lebih Memungkinkan keberuntungan Mendekati kita







Mengapakah kita harus menjadikan masa depan kita penuh
pilihan?
- karena dengan banyak pilihan, kita bisa memilih
melakukan banyak hal yang kita nikmati untuk kebaikan
sebanyak orang dengan sebanyak mungkin cara yang baik
yang bisa kita lakukan. Kita tidak lagi dibatasi,
karena kita bisa memilih untuk tidak terbatas.
Masa depan yang penuh pilihan adalah hadiah atas upaya
kita yang baik untuk menyampaikan kebaikan. Jadi, kita
harus berupaya menjadikan masa depan kita penuh
harapan, bukan hanya menunggu, tapi melakukan sesuatu.





Mengapakah kita harus menjadikan masa depan kita penuh pilihan?

Hidup ini adalah pilihan, Tuhan hanya memberikan jalan ke arah mana kita akan menuju.
Dengan banyaknya pilihan, kita harus menentukan pilihan mana yang akan menjadi masa depan kita.
Setelah kita menentukan pilihan, maka kita akan fokus atas pilihan tersebut dan berjuang untuk mencapainya.
Perjalanan kita yang penuh dengan perjuangan ini akan mengantarkan kita ke masa depan yang telah kita pilih tersebut.

Saya yakin, keberadaan kita saat ini di ruang keluarga yang penuh kasih ini merupakan salah satu pilihan dari para Super Member untuk mengantarkan ke masa depan yang telah dipilih.




Realize that true happiness lies within you.
Waste no time and effort searching for
peace and contentment and joy in the world outside.

Remember that there is no happiness in having or in getting,
but only in giving.

Reach out.
Share.
Smile.
Hug.

Happiness is a perfume you can not pour on others,
without getting a few drops on yourself.


Mengapakah kita harus menjadikan masa depan kita penuh pilihan?

Jawaban saya :

Jika kita bisa punya banyak pilihan, kenapa kita harus dengan satu pilihan.
Karena dengan menjadikan masa depan kita penuh dengan pilihan, kita memastikan kita akan sampai ke masa depan. Dengan hanya satu pilihan masa depan, kita meresikokan masa depan kita.


No comments: