
Memang menjadi persoalan yang sangat mendasar untuk mengenali diri meski menjadi hal yang tidak mudah, karena membutuhkan satu kejujuran yang tepat.
Jujur terhadap kapasitas yang kita miliki untuk satu tujuan yang kita kehendaki
Berdasar kejujuran saya yang masih subyektiv, maka tanda-tanda disini berupa :
- Selalu timbul penyesalan manakala keadaan yang terjadi menyimpang dari yang diharapkan, dan dari penyesalan itu berlanjut ke evaluasi diri yang lebih cenderung ke ’menyalahkan diri’ dari pada ’segera mencari jalan keluar’.
- Bahwa diri ini sudah lebih berani dalam mengakui kesalahan kepada anak dan isteri dari pada masa sebelumnya, karena sudah sangat disadari akan hasil yang jauh lebih baik (meski kesadaran ini mungkin relatif terlambat)
- Masih dalam taraf belajar menerima dan mencintai sepenuhnya apa adanya, yang dipahami akan banyak membantu membangun diri yang lebih terbuka, meski masih kadang tergoda untuk melihat fatamorgana yang sangat disadari ketidak manfaatanya.
- Sering keliru dalam melihat pesaing, sehingga banyak memberikan impresi negativ terhadap diri bagi orang lain disamping juga menjadi banyak kehilangan energi dan kesempatan, meski untuk ini masih juga dihadapkan pada kegalauan apakah perlu kita melihat orang lain sebagai pesaing ?
- Sangat-sangat sangat sadar akan kesalahan masa lalu yang sepertinya tidak mungkin lagi untuk diperbaiki sehingga untuk itu hanya upaya memperbesar rasa pasrah dan bedoa saja yang masih memberi harapan yang juga masih dalam taraf belajar.
- Tanpa sadar banyak memakai topeng manakala diri ini merasa terpojok oleh situasi, meski juga selalu pada akhirnya tidak memberi manfaat panjang. Yang paling dirasakan adalah hanya keberhasilan sesaat dan menjebak, tetapi ya baru itu mampunya.
- Saat keyakinan muncul, sepertinya tiada halangan untuk mencapai tujuan. Keyakinan yang disusun atas scenario yang rinci sangat membantu dalam pelaksanaan, meski tidak selamanya perkiraan yang dibuat sama persis dengan yang dihadapi.
Jujur terhadap kapasitas yang kita miliki untuk satu tujuan yang kita kehendaki
Berdasar kejujuran saya yang masih subyektiv, maka tanda-tanda disini berupa :
- Selalu timbul penyesalan manakala keadaan yang terjadi menyimpang dari yang diharapkan, dan dari penyesalan itu berlanjut ke evaluasi diri yang lebih cenderung ke ’menyalahkan diri’ dari pada ’segera mencari jalan keluar’.
- Bahwa diri ini sudah lebih berani dalam mengakui kesalahan kepada anak dan isteri dari pada masa sebelumnya, karena sudah sangat disadari akan hasil yang jauh lebih baik (meski kesadaran ini mungkin relatif terlambat)
- Masih dalam taraf belajar menerima dan mencintai sepenuhnya apa adanya, yang dipahami akan banyak membantu membangun diri yang lebih terbuka, meski masih kadang tergoda untuk melihat fatamorgana yang sangat disadari ketidak manfaatanya.
- Sering keliru dalam melihat pesaing, sehingga banyak memberikan impresi negativ terhadap diri bagi orang lain disamping juga menjadi banyak kehilangan energi dan kesempatan, meski untuk ini masih juga dihadapkan pada kegalauan apakah perlu kita melihat orang lain sebagai pesaing ?
- Sangat-sangat sangat sadar akan kesalahan masa lalu yang sepertinya tidak mungkin lagi untuk diperbaiki sehingga untuk itu hanya upaya memperbesar rasa pasrah dan bedoa saja yang masih memberi harapan yang juga masih dalam taraf belajar.
- Tanpa sadar banyak memakai topeng manakala diri ini merasa terpojok oleh situasi, meski juga selalu pada akhirnya tidak memberi manfaat panjang. Yang paling dirasakan adalah hanya keberhasilan sesaat dan menjebak, tetapi ya baru itu mampunya.
- Saat keyakinan muncul, sepertinya tiada halangan untuk mencapai tujuan. Keyakinan yang disusun atas scenario yang rinci sangat membantu dalam pelaksanaan, meski tidak selamanya perkiraan yang dibuat sama persis dengan yang dihadapi.
No comments:
Post a Comment