
Aksi Fantastic Four Barca Dimulai
Jakarta - Barcelona memiliki empat penyerang luar biasa yang dijuluki "Fantastic Four". Apakah benar-benar fantastis atau justru bernasib miris, inilah awal pembuktiannya.
Thierry Henry melengkapi deretan individu mengilap di Nou Camp setelah sebelumnya ada Samuel Eto'o, Lionel Messi dan Ronaldinho yang jadi "Trisula Maut". Tidak ada keraguan kalau saat ini empat nama itu adalah penjebol gawang nomor wahid di dunia.
Julukan "Fantastic Four" buat keempatnya bisa jadi sebuah penghargaan, kendati bisa juga jadi beban, apalagi jika mengingat nasib Real Madrid dengan Los Galacticos-nya.
Kilau Luis Figo, Zinedine Zidane, Ronaldo dan David Beckham memang sempat memesona, kendati pada akhirnya mereka juga yang membuat El Real kelimpungan. Ego para bintangnya plus persaingan antar pemain konon membuat situasi internal klub itu jauh dari kondusif.
"Julukan (Fantastic Four) itu memang menyanjung, tapi bisa juga menipu, lihat saja apa yang terjadi dengan 'galacticos'. Semua pemain memang egois namun kami tahu bahwa pelatih selalu memilih yang terbaik buat tim," ujar Eto'o suatu ketika.
Pilihan pelatih memang yang terbaik, namun bagaimana kalau Eto'o termasuk yang dikorbankan dan harus duduk di bangku cadangan? Tentu tidak mudah buat Frank Rijkaard untuk selalu memainkan keempat penyerangnya, apalagi secara bersamaan. Pelatih asal Belanda itu niscaya harus putar otak untuk menemukan keseimbangan tim yang tepat. Salah langkah, pemain bisa tidak betah.
Beruntung Racing Santander yang akan menjamu Barca Senin (27/8/2007) dinihari WIB, tidaklah teramat tangguh, setidaknya jika dilihat dari catatan pertemuan kedua klub. Posisi 10 musim lalu itu tidak pernah menang melawan Los Cules dalam tiga musim terakhir. Meski begitu, Racing pernah menggilas Barca 3-0 di Estadio El Sardinero pada musim 2003/04.
Pada musim lalu, Barca mampu menang 3-0 dalam laga tandang dan 2-0 di kandang. Kedua tim juga pernah bertemu pada partai pertama La Liga musim 2004/05. Saat itu Barca menang 2-0 di kandang Racing.
Melihat catatan positif Barca atas Racing, tidak menutup kemungkinan buat Rijkard untuk bereksperimen memainkan "Fantastic Four" pada menit tertentu.
"Semua tergantung dari formasi lawan, tingkat kebugaran, cedera, latihan dan lainnya. Mereka bisa bermain bersama namun banyak faktor yang bisa mempengaruhi," ujar Rijkaard.
Jelang Liga Italia
Inter Paling Siap
Jakarta - Juventus, AC Milan dan AS Roma berpeluang menjadi kampiun Seri A, namun Inter tetap terdepan di bursa peraih scudetto. Pertimbangannya adalah adanya dua tim di kubu Nerazzurri.
Melihat jadwal panjang Seri A musim 2007-2008, adalah sebuah keharusan sebuah tim memiliki pemain yang bugar. Tak hanya kualitas, kuantitas pun patut menjadi pemikiran.
Kondisi cedera pemain, akumulasi kartu atau yang paling ekstrim adalah dihukum pihak klubnya sendiri karena membangkang bukan hal yang tidak mungkin terjadi. Apalagi ketatnya persaingan bisa membuat pemain menghalalkan segala cara, termasuk mencelakai lawan.
Hal inilah yang harus dicermati. Salah satu cara yang harus dilakukan adalah menyolidkan tim, baik dalam hal kuantitas dan kualitas.
Jika membandingkan dengan tim lain dengan dasar tersebut, Inter menjadi skuad yang paling diunggulkan dalam berburu scudetto. Perhatikan saja, Roberto Mancini memiliki dua tim untuk mewakili ambisinya merebut tiga gelar, yaitu juara Seri A, Coppa Italia dan Liga Champions.
Francesco Toldo dan Julio Cesar akan saling bergantian dibawah mistar gawang. Sementara Marco Materazzi, Ivan Cordoba, Walter Samuel dan Cristian Chivu akan bergantian di depan gawang dua portiere Inter itu.
Bek sayap akan diisi oleh Maicon, Maxwell, Nicola Burdisso dan Javier Zanetti. Lini tengah akan menjadi milik Oliver Dacourt, Esteban Cambiaso, Santiago Solari dan Patrick Vieira. Luis Figo, Dejan Stankovic dan Luis Jimenez akan didaulat membantu lini depan Inter yang beranggotakan lima striker tangguh, yaitu Hernan Crespo, Zlatan Ibrahimovic, Julio Cruz, David Suazo dan Adriano.
Komposisi inilah yang memudahkan Mancini meracik tim terbaiknya, dalam formasi apapun. Mengikuti tiga kompetisi pun seharusnya bukan hal yang rumit lagi dengan target memboyong tiga gelar.
"Inter memang kalah kemarin (di Piala Super Coppa dari AS Roma), tapi mereka tetap berada di pole position untuk Scudetto. Mereka memiliki tim yang kuat," denmikian pengakuan Kaka atas kekuatan rival timnya itu.
Bagaimana dengan pesaing Inter? Milan paling meragukan. Kekuatan Il Diavolo Rosso di putaran pertama hanya bertambah satu pemain, yaitu Emerson. Carlo Ancelotti sepertinya masih percaya dengan pemain lama nan tua.
Namun Milanisti jangan dulu pesimistis dengan kekuatan tersebut. Milan sudah membuktikan bahwa dengan kekuatan yang kurang lebih sama dengan dua musim sebelumnya, gelar bergengsi Liga Champions musim lalu bisa diboyong ke San Siro.
Peluang AS Roma juga cukup besar, jika bisa konsisten sepanjang musim. Tambahan tenaga dari Ludovic Giuly dkk tidak akan berguna jika mental juara tak juga terbentuk. Contoh kasus paling nyata adalah musim lalu.
Francesco Totti cs memang sukses menumbangkan beberapa tim besar, namun saat berhadapan dengan tim yang di atas kertas setingkat di bawah mereka, AS Roma malah melempem.
Juventus? Presiden Cobolli Gigli sendiri sudah pesimis jika Juve bisa meraih scudetto. "Kami hanya mengicar zona Liga Champions, scudetto hanya sekedar mimpi di musim ini," demikian pengakuannya beberapa waktu lalu.
Bukan tanpa dasar jika Gigli berpendapat demikian. Skuad Juve banyak diisi muka-muka baru dipadu dengan pemain lama semacam Pavel Nedved, Alex Del Piero dan Luigi Buffon.
Namun, tentunya, banyak faktor bisa mempengaruhi pertandingan, termasuk mafioso. Semoga saja skandal perusak citra sepakbola tak terjadi lagi di Italia.
Mengecewakan, Posisi Robinson Rentan
Wembley - Paul Robinson disoroti jadi faktor kekalahan Inggris atas Jerman. Bukan untuk kali pertama bikin blunder, posisinya pun tampak rentan untuk digantikan.
Menghadapi Der Panzer dalam pertandingan ujicoba, Kamis (23/8/2007) dinihari WIB, Robinson terlihat jadi titik lemah Inggris. Kesalahannya saat mengantisipasi umpan silang Bernd Schneider di menit 26 dapat dimanfaatkan Kevin Kuranyi untuk menyamakan kedudukan.
Enam menit berselang, kesalahan kiper Tottenham Hotspur itu kembali membuat gawang Inggris nyaris bobol melalui sundulan Christoph Metzelder. Di menit 40, Robinson bahkan kembali harus memungut bola dari gawangnya untuk kali kedua.
Penampilan David James yang menggantikan Robinson di paruh kedua justru sangat kontras. Kiper nomor satu Portsmouth itu tampil kokoh dan mampu menjaga gawangnya tetap perawan sampai akhir pertandingan.
Menjamu Israel awal September mendatang, bukan tidak mungkin James yang tampil lebih memikat bakal menggeser Robinson. Apalagi laga itu merupakan laga krusial buat Three Lions, yang masih duduk di urutan empat klasemen Grup E Euro 2008, jika ingin lolos ke Swis-Austria tahun depan.
Mengingat Robinson juga pernah melakukan blunder fatal saat Inggris dikandaskan Kroasia 0-2 pada 12 Oktober 2006 silam, posisi kiper 27 tahun itu cukup rawan. Manajer Inggris Steve McClaren pun enggan memberikan jaminan kalau Robinson akan tetap jadi pilihan utama.
"Saya belum bisa bilang apa-apa saat ini. Mari kita tunggu dua pekan lagi untuk memilih skuad. Paul amat kecewa, semua kiper pasti kecewa, apalagi terhadap kesalahan seperti itu. Dia harus bisa bangkit. Dia sudah pernah mengalami kekecewaan serupa," ujar McClaren, seperti dilansir The Sun.
Jakarta - Barcelona memiliki empat penyerang luar biasa yang dijuluki "Fantastic Four". Apakah benar-benar fantastis atau justru bernasib miris, inilah awal pembuktiannya.
Thierry Henry melengkapi deretan individu mengilap di Nou Camp setelah sebelumnya ada Samuel Eto'o, Lionel Messi dan Ronaldinho yang jadi "Trisula Maut". Tidak ada keraguan kalau saat ini empat nama itu adalah penjebol gawang nomor wahid di dunia.
Julukan "Fantastic Four" buat keempatnya bisa jadi sebuah penghargaan, kendati bisa juga jadi beban, apalagi jika mengingat nasib Real Madrid dengan Los Galacticos-nya.
Kilau Luis Figo, Zinedine Zidane, Ronaldo dan David Beckham memang sempat memesona, kendati pada akhirnya mereka juga yang membuat El Real kelimpungan. Ego para bintangnya plus persaingan antar pemain konon membuat situasi internal klub itu jauh dari kondusif.
"Julukan (Fantastic Four) itu memang menyanjung, tapi bisa juga menipu, lihat saja apa yang terjadi dengan 'galacticos'. Semua pemain memang egois namun kami tahu bahwa pelatih selalu memilih yang terbaik buat tim," ujar Eto'o suatu ketika.
Pilihan pelatih memang yang terbaik, namun bagaimana kalau Eto'o termasuk yang dikorbankan dan harus duduk di bangku cadangan? Tentu tidak mudah buat Frank Rijkaard untuk selalu memainkan keempat penyerangnya, apalagi secara bersamaan. Pelatih asal Belanda itu niscaya harus putar otak untuk menemukan keseimbangan tim yang tepat. Salah langkah, pemain bisa tidak betah.
Beruntung Racing Santander yang akan menjamu Barca Senin (27/8/2007) dinihari WIB, tidaklah teramat tangguh, setidaknya jika dilihat dari catatan pertemuan kedua klub. Posisi 10 musim lalu itu tidak pernah menang melawan Los Cules dalam tiga musim terakhir. Meski begitu, Racing pernah menggilas Barca 3-0 di Estadio El Sardinero pada musim 2003/04.
Pada musim lalu, Barca mampu menang 3-0 dalam laga tandang dan 2-0 di kandang. Kedua tim juga pernah bertemu pada partai pertama La Liga musim 2004/05. Saat itu Barca menang 2-0 di kandang Racing.
Melihat catatan positif Barca atas Racing, tidak menutup kemungkinan buat Rijkard untuk bereksperimen memainkan "Fantastic Four" pada menit tertentu.
"Semua tergantung dari formasi lawan, tingkat kebugaran, cedera, latihan dan lainnya. Mereka bisa bermain bersama namun banyak faktor yang bisa mempengaruhi," ujar Rijkaard.
Jelang Liga Italia
Inter Paling Siap
Jakarta - Juventus, AC Milan dan AS Roma berpeluang menjadi kampiun Seri A, namun Inter tetap terdepan di bursa peraih scudetto. Pertimbangannya adalah adanya dua tim di kubu Nerazzurri.
Melihat jadwal panjang Seri A musim 2007-2008, adalah sebuah keharusan sebuah tim memiliki pemain yang bugar. Tak hanya kualitas, kuantitas pun patut menjadi pemikiran.
Kondisi cedera pemain, akumulasi kartu atau yang paling ekstrim adalah dihukum pihak klubnya sendiri karena membangkang bukan hal yang tidak mungkin terjadi. Apalagi ketatnya persaingan bisa membuat pemain menghalalkan segala cara, termasuk mencelakai lawan.
Hal inilah yang harus dicermati. Salah satu cara yang harus dilakukan adalah menyolidkan tim, baik dalam hal kuantitas dan kualitas.
Jika membandingkan dengan tim lain dengan dasar tersebut, Inter menjadi skuad yang paling diunggulkan dalam berburu scudetto. Perhatikan saja, Roberto Mancini memiliki dua tim untuk mewakili ambisinya merebut tiga gelar, yaitu juara Seri A, Coppa Italia dan Liga Champions.
Francesco Toldo dan Julio Cesar akan saling bergantian dibawah mistar gawang. Sementara Marco Materazzi, Ivan Cordoba, Walter Samuel dan Cristian Chivu akan bergantian di depan gawang dua portiere Inter itu.
Bek sayap akan diisi oleh Maicon, Maxwell, Nicola Burdisso dan Javier Zanetti. Lini tengah akan menjadi milik Oliver Dacourt, Esteban Cambiaso, Santiago Solari dan Patrick Vieira. Luis Figo, Dejan Stankovic dan Luis Jimenez akan didaulat membantu lini depan Inter yang beranggotakan lima striker tangguh, yaitu Hernan Crespo, Zlatan Ibrahimovic, Julio Cruz, David Suazo dan Adriano.
Komposisi inilah yang memudahkan Mancini meracik tim terbaiknya, dalam formasi apapun. Mengikuti tiga kompetisi pun seharusnya bukan hal yang rumit lagi dengan target memboyong tiga gelar.
"Inter memang kalah kemarin (di Piala Super Coppa dari AS Roma), tapi mereka tetap berada di pole position untuk Scudetto. Mereka memiliki tim yang kuat," denmikian pengakuan Kaka atas kekuatan rival timnya itu.
Bagaimana dengan pesaing Inter? Milan paling meragukan. Kekuatan Il Diavolo Rosso di putaran pertama hanya bertambah satu pemain, yaitu Emerson. Carlo Ancelotti sepertinya masih percaya dengan pemain lama nan tua.
Namun Milanisti jangan dulu pesimistis dengan kekuatan tersebut. Milan sudah membuktikan bahwa dengan kekuatan yang kurang lebih sama dengan dua musim sebelumnya, gelar bergengsi Liga Champions musim lalu bisa diboyong ke San Siro.
Peluang AS Roma juga cukup besar, jika bisa konsisten sepanjang musim. Tambahan tenaga dari Ludovic Giuly dkk tidak akan berguna jika mental juara tak juga terbentuk. Contoh kasus paling nyata adalah musim lalu.
Francesco Totti cs memang sukses menumbangkan beberapa tim besar, namun saat berhadapan dengan tim yang di atas kertas setingkat di bawah mereka, AS Roma malah melempem.
Juventus? Presiden Cobolli Gigli sendiri sudah pesimis jika Juve bisa meraih scudetto. "Kami hanya mengicar zona Liga Champions, scudetto hanya sekedar mimpi di musim ini," demikian pengakuannya beberapa waktu lalu.
Bukan tanpa dasar jika Gigli berpendapat demikian. Skuad Juve banyak diisi muka-muka baru dipadu dengan pemain lama semacam Pavel Nedved, Alex Del Piero dan Luigi Buffon.
Namun, tentunya, banyak faktor bisa mempengaruhi pertandingan, termasuk mafioso. Semoga saja skandal perusak citra sepakbola tak terjadi lagi di Italia.
Mengecewakan, Posisi Robinson Rentan
Wembley - Paul Robinson disoroti jadi faktor kekalahan Inggris atas Jerman. Bukan untuk kali pertama bikin blunder, posisinya pun tampak rentan untuk digantikan.
Menghadapi Der Panzer dalam pertandingan ujicoba, Kamis (23/8/2007) dinihari WIB, Robinson terlihat jadi titik lemah Inggris. Kesalahannya saat mengantisipasi umpan silang Bernd Schneider di menit 26 dapat dimanfaatkan Kevin Kuranyi untuk menyamakan kedudukan.
Enam menit berselang, kesalahan kiper Tottenham Hotspur itu kembali membuat gawang Inggris nyaris bobol melalui sundulan Christoph Metzelder. Di menit 40, Robinson bahkan kembali harus memungut bola dari gawangnya untuk kali kedua.
Penampilan David James yang menggantikan Robinson di paruh kedua justru sangat kontras. Kiper nomor satu Portsmouth itu tampil kokoh dan mampu menjaga gawangnya tetap perawan sampai akhir pertandingan.
Menjamu Israel awal September mendatang, bukan tidak mungkin James yang tampil lebih memikat bakal menggeser Robinson. Apalagi laga itu merupakan laga krusial buat Three Lions, yang masih duduk di urutan empat klasemen Grup E Euro 2008, jika ingin lolos ke Swis-Austria tahun depan.
Mengingat Robinson juga pernah melakukan blunder fatal saat Inggris dikandaskan Kroasia 0-2 pada 12 Oktober 2006 silam, posisi kiper 27 tahun itu cukup rawan. Manajer Inggris Steve McClaren pun enggan memberikan jaminan kalau Robinson akan tetap jadi pilihan utama.
"Saya belum bisa bilang apa-apa saat ini. Mari kita tunggu dua pekan lagi untuk memilih skuad. Paul amat kecewa, semua kiper pasti kecewa, apalagi terhadap kesalahan seperti itu. Dia harus bisa bangkit. Dia sudah pernah mengalami kekecewaan serupa," ujar McClaren, seperti dilansir The Sun.
No comments:
Post a Comment