
Tak terasa sudah satu tahun lebih aku mutasi ke Kantor Pusat dari kantor lamaku, kantor Cabang yang berlokasi di kawasan Slipi. Pertama kali mendapat Surat Ketetapan mutasi dari direksi, banyak yang terlintas dalam pikiranku, bagaimana nanti disana apakah aku lebih senang atau malah sebaliknya. Sebenarnya dulu juga aku selalu berdoa pada Allah agar aku secepatnya mutasi dari cabang Slipi karena suasana kerja disana yang berubah menjadi tidak menyenangkan karena adanya pergantian Regional Manager. Hal yang pernah pula aku utarakan pada atasanku.
"Yah kalau kamu merasa suasana kerja disini sudah berubah mungkin kamu coba dulu untuk bertahan, toh di tempat lain belum tentu sebaik disini," nasihat atasanku dulu padaku ketika aku "curhat" padanya.
Makanya saat mengetahui aku mutasi ke Kantor Pusat, atasanku langsung memberi selamat. Tapi entah mengapa kemudian, ada rasa yang hilang begitu aku mengetahuinya. Tiba-tiba aku tidak menginginkan semuanya terjadi. Aku tersadar, pindahnya aku kesana berarti aku akan kehilangan rekan-rekan kerja ku di kantor cabang Slipi yang sudah aku anggap seperti saudara. Pun dengan atasanku langsung yang begitu baik yang padanyalah, sering aku minta pendapat bila ada masalah.
Tapi aku harus mutasi dan tentu saja tidak bisa menolak. Akhirnya tibalah waktuku mulai bekerja di kantor yang baru. Pertama kali merasakan bekerja di Kantor Pusat aku mulai merasa banyak perbedaan dibandingkan dengan di kantor cabang, kantorku yang dulu. Aku pun mulai kehilangan suasana nyaman disana. Apa lagi atasanku yang baru kebetulan sebaya denganku. Ugh¡Ä boro-boro untuk meminta pendapatnya. Bila aku sedang mendapatkan masalah, aku merasa (saat itu) dia selalu saja mencari-cari kesalahanku. Entahlah, mungkin aku yang memang kurang bersabar atau karena masih kaget dengan suasana baru tapi hal itu sempat membuatku down.
Dengan atasan yang baru, sering kali aku beradu argumen apa lagi sepertinya aku merasa hasil kerjaku selalu tidak memuaskan baginya. Yah..akhirnya karena kerjaku yang mungkin menjadi tidak bagus dan tidak baik dimata Kepala Divisi, sehingga namaku semakin terpuruk di Divisi yang baru. Atau mungkin saat itu aku terlalu perasa sehingga selalu saja memikirkan apa yang terjadi dalam versiku sendiri, sungguh¡Ä.lama- kelamaan aku mulai bosan dengan suasana di kantor pusat dan menjadi mulai sering sakit-sakitan sehingga absensi kerjaku menurun. Rupanya hal ini mendapat sorotan dari Kepala Divisi ku sehingga aku sering mendapat teguran darinya.
Sampai suatu hari setelah lama aku izin karena sakit aku berbincang-bincang dengan istriku
"Ada apa sih sebenarnya yang terjadi di kantor"tanya istriku suatu malam.
Aku pun akhirnya menceritakan tentang masalah di kantorku padanya, tentang atasanku di kantor sampai dengan aku yang merasa tidak betah di kantor yang baru itu. Mendengar semua keluhanku istriku malah tersenyum.
"Bukannya dulu kakak kepingin sekali pindah ke Kantor Pusat, dan tidak betah lagi di Kantor Cabang?" goda istriku geli.
Aku Cuma terdiam saja.
"Memang sih, kalau kita kerja itu ada saja sandungan ataupun ujiannya, yah pintar-pintarnya kita saja untuk mengatasinya. Lebih baik kakak mencoba untuk lebih bersabar, jangan seringkali membandingkan tempat kita bekerja sekarang dengan tempat kerja lain baik yang dahulu maupun yang belum, sebab semuanya ada nilai tambah dan kurangnya sendiri. Banyak-banyak bersyukur pada Allah sebab kakak telah diberi tempat bekerja," ujar istriku dengan lembut.
"Iya ya," aku mencoba mulai memahami.
"Coba kakak lihat orang-orang lain , banyak kan yang belum diberi kesempatan untuk bekerja. Juga banyak yang di PHK oleh perusahaannya, " tambah istriku lagi.
Aku semakin terdiam mendengar nasehat istriku. Kupandangi mukanya dan muka anakku yang sedang tertidur pulas. Betapa selama ini aku benar-benar cengeng dan tidak dewasa dalam mensikapi kejadian yang aku alami di kantor.Benar yang istriku katakan kalau aku terlalu lemah selama ini. Segera kuambil wudlu dan dalam shalat aku pun terpekur. Kumohon ampun pada Allah betapa aku selama ini tak pernah mensyukuri rizki yang diberikan-Nya pada, mengapa aku tak pernah bersyukur tapi malah terus-terusan terpuruk dan menyesali nasibku.
Aku harus merubah cara pandangku lagi. Aku sadar, jalan keluar dari sebuah masalah, bukan dengan menghindar dari masalah, tapi harus terus berusaha untuk mencari pemecahan masalahku itu sendiri. Bila ada yang tidak menyukaiku , tapi aku berusaha untuk tidak balik tidak menyukainya. aku menganggap semuanya itu hanya kerikil-kerikil dalam karirku.
Akhirnya masa pun bergulir, sekarang suasana kantor pun sudah berubah. Aku pun mendapatkan atasan baru. Entahlah, ketika perpisahan dengan atasan lamaku, ada suatu rasa kehilangan juga yang aku rasakan. Yah...walau bagaimanapun aku banyak belajar dari nya. Mungkin selama ini, aku memang selalu merasa tidak puas hingga membawa suasana menjadi lebih buruk.
Bersama atasan yang baru yang aku rasakan lebih komunikatif, aku mencoba memulai lagi kerja dengan semangat yang baru dan lebih giat lagi. Suasana di kantor memang terasa berbeda. Tapi dari pengalaman yang aku alami, satu hal yang aku jadikan pelajaran adalah menyenangkan atau tidak suasana di mana pun berada adalah dari diri kita sendiri untuk menerima dengan lapang hati dan pandai-pandai bersyukur. Bila dari awal kita merasa tidak puas sampai kapan pun semua terasa salah dan menyenangkan di mata kita. Namun bila kita selalu bersyukur atas segala pemberian-Nya, langkah kita pun terasa lebih ringan dan bahagia.
Sungguh...terima kasih Tuhan atas semua pembelajaran ini dan anugerah yang dilimpahkan- untukku.
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji."(Luqman :12)
7 Habits by numbers
Dari milis tetangga : . . . . . . .
Bagi yg pernah baca dan belajar 7 habit :
Jika, nilai huruf-huruf ini kita anggap sbb:
- A - B - C - D - E - F - G - H - I - J - K - L - M
1 - 2- 3 - 4 -5 - 6 - 7 - 8 - 9- 10- 11- 12 - 13
- N - O - P - Q - R -- S - T- U - V - W - X - Y - Z
14 - 15- 16- 17- 18 - 19 - 20- 21- 22- 23 -24 - 25- 26
Hitung bareng-bareng:
Bahasa Inggris (dipercaya oleh orang America )
Kalau kita bekerja dengan modal angka tersebut dibawah, maka hasilnya
adalah...
- H - A - R - D - W - O - R - K ( kerjakeras )
8 1 18 4 23 15 18 11 = 98% Only
- K - N - O - W - L - E - D - G - E ( pengetahuan )
11 14 15 23 12 5 4 7 5 = 96% Only
- L - O - B - B - Y - I - N - G ( pendekatan )
12 15 2 2 25 9 14 7 = 86% Only
- L - U - C - K ( keberuntungan )
12 21 3 11 = 47% Only
Ternyata ... semua nilai dari usaha-usaha kita diatas nggak bisa
mengalahkan yang satu ini:
- A - T - T - I - T - U - D - E ( sikap/tingkah laku )
1 20 20 9 20 21 4 5 = 100%
tapi ini rumus yang berlaku di luar negeri he..he..he.. .
Di Indonesia, itung-itungannya menjadi begini:
- G - I - G - I - H (HARDWORK)
7 9 7 9 8 = 40% Saja
- I - L - M - U (Knowledge)
9 12 13 21 = 55% Saja
- L - O - B - I (Lobbying)
12 15 2 9 = 38% Saja
- M - U - J - U - R (Luck)
13 21 10 21 18 = 83% Saja
- S - I - K - A - P (Attitude)
19 9 11 1 16 = 46% Saja
- K - O - R - U - P - S - I
11 15 18 21 16 19 9 = 109 %
Ternyata yg ditekuni orang-orang INDONESIA yaitu
"KORUPSI" mempunyai kadar mencapai keberhasilan 109%.
Lebih baik dr "ATTITUDE"- nya ORANG BARAT yg hanya 100%.
"Yah kalau kamu merasa suasana kerja disini sudah berubah mungkin kamu coba dulu untuk bertahan, toh di tempat lain belum tentu sebaik disini," nasihat atasanku dulu padaku ketika aku "curhat" padanya.
Makanya saat mengetahui aku mutasi ke Kantor Pusat, atasanku langsung memberi selamat. Tapi entah mengapa kemudian, ada rasa yang hilang begitu aku mengetahuinya. Tiba-tiba aku tidak menginginkan semuanya terjadi. Aku tersadar, pindahnya aku kesana berarti aku akan kehilangan rekan-rekan kerja ku di kantor cabang Slipi yang sudah aku anggap seperti saudara. Pun dengan atasanku langsung yang begitu baik yang padanyalah, sering aku minta pendapat bila ada masalah.
Tapi aku harus mutasi dan tentu saja tidak bisa menolak. Akhirnya tibalah waktuku mulai bekerja di kantor yang baru. Pertama kali merasakan bekerja di Kantor Pusat aku mulai merasa banyak perbedaan dibandingkan dengan di kantor cabang, kantorku yang dulu. Aku pun mulai kehilangan suasana nyaman disana. Apa lagi atasanku yang baru kebetulan sebaya denganku. Ugh¡Ä boro-boro untuk meminta pendapatnya. Bila aku sedang mendapatkan masalah, aku merasa (saat itu) dia selalu saja mencari-cari kesalahanku. Entahlah, mungkin aku yang memang kurang bersabar atau karena masih kaget dengan suasana baru tapi hal itu sempat membuatku down.
Dengan atasan yang baru, sering kali aku beradu argumen apa lagi sepertinya aku merasa hasil kerjaku selalu tidak memuaskan baginya. Yah..akhirnya karena kerjaku yang mungkin menjadi tidak bagus dan tidak baik dimata Kepala Divisi, sehingga namaku semakin terpuruk di Divisi yang baru. Atau mungkin saat itu aku terlalu perasa sehingga selalu saja memikirkan apa yang terjadi dalam versiku sendiri, sungguh¡Ä.lama- kelamaan aku mulai bosan dengan suasana di kantor pusat dan menjadi mulai sering sakit-sakitan sehingga absensi kerjaku menurun. Rupanya hal ini mendapat sorotan dari Kepala Divisi ku sehingga aku sering mendapat teguran darinya.
Sampai suatu hari setelah lama aku izin karena sakit aku berbincang-bincang dengan istriku
"Ada apa sih sebenarnya yang terjadi di kantor"tanya istriku suatu malam.
Aku pun akhirnya menceritakan tentang masalah di kantorku padanya, tentang atasanku di kantor sampai dengan aku yang merasa tidak betah di kantor yang baru itu. Mendengar semua keluhanku istriku malah tersenyum.
"Bukannya dulu kakak kepingin sekali pindah ke Kantor Pusat, dan tidak betah lagi di Kantor Cabang?" goda istriku geli.
Aku Cuma terdiam saja.
"Memang sih, kalau kita kerja itu ada saja sandungan ataupun ujiannya, yah pintar-pintarnya kita saja untuk mengatasinya. Lebih baik kakak mencoba untuk lebih bersabar, jangan seringkali membandingkan tempat kita bekerja sekarang dengan tempat kerja lain baik yang dahulu maupun yang belum, sebab semuanya ada nilai tambah dan kurangnya sendiri. Banyak-banyak bersyukur pada Allah sebab kakak telah diberi tempat bekerja," ujar istriku dengan lembut.
"Iya ya," aku mencoba mulai memahami.
"Coba kakak lihat orang-orang lain , banyak kan yang belum diberi kesempatan untuk bekerja. Juga banyak yang di PHK oleh perusahaannya, " tambah istriku lagi.
Aku semakin terdiam mendengar nasehat istriku. Kupandangi mukanya dan muka anakku yang sedang tertidur pulas. Betapa selama ini aku benar-benar cengeng dan tidak dewasa dalam mensikapi kejadian yang aku alami di kantor.Benar yang istriku katakan kalau aku terlalu lemah selama ini. Segera kuambil wudlu dan dalam shalat aku pun terpekur. Kumohon ampun pada Allah betapa aku selama ini tak pernah mensyukuri rizki yang diberikan-Nya pada, mengapa aku tak pernah bersyukur tapi malah terus-terusan terpuruk dan menyesali nasibku.
Aku harus merubah cara pandangku lagi. Aku sadar, jalan keluar dari sebuah masalah, bukan dengan menghindar dari masalah, tapi harus terus berusaha untuk mencari pemecahan masalahku itu sendiri. Bila ada yang tidak menyukaiku , tapi aku berusaha untuk tidak balik tidak menyukainya. aku menganggap semuanya itu hanya kerikil-kerikil dalam karirku.
Akhirnya masa pun bergulir, sekarang suasana kantor pun sudah berubah. Aku pun mendapatkan atasan baru. Entahlah, ketika perpisahan dengan atasan lamaku, ada suatu rasa kehilangan juga yang aku rasakan. Yah...walau bagaimanapun aku banyak belajar dari nya. Mungkin selama ini, aku memang selalu merasa tidak puas hingga membawa suasana menjadi lebih buruk.
Bersama atasan yang baru yang aku rasakan lebih komunikatif, aku mencoba memulai lagi kerja dengan semangat yang baru dan lebih giat lagi. Suasana di kantor memang terasa berbeda. Tapi dari pengalaman yang aku alami, satu hal yang aku jadikan pelajaran adalah menyenangkan atau tidak suasana di mana pun berada adalah dari diri kita sendiri untuk menerima dengan lapang hati dan pandai-pandai bersyukur. Bila dari awal kita merasa tidak puas sampai kapan pun semua terasa salah dan menyenangkan di mata kita. Namun bila kita selalu bersyukur atas segala pemberian-Nya, langkah kita pun terasa lebih ringan dan bahagia.
Sungguh...terima kasih Tuhan atas semua pembelajaran ini dan anugerah yang dilimpahkan- untukku.
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji."(Luqman :12)
7 Habits by numbers
Dari milis tetangga : . . . . . . .
Bagi yg pernah baca dan belajar 7 habit :
Jika, nilai huruf-huruf ini kita anggap sbb:
- A - B - C - D - E - F - G - H - I - J - K - L - M
1 - 2- 3 - 4 -5 - 6 - 7 - 8 - 9- 10- 11- 12 - 13
- N - O - P - Q - R -- S - T- U - V - W - X - Y - Z
14 - 15- 16- 17- 18 - 19 - 20- 21- 22- 23 -24 - 25- 26
Hitung bareng-bareng:
Bahasa Inggris (dipercaya oleh orang America )
Kalau kita bekerja dengan modal angka tersebut dibawah, maka hasilnya
adalah...
- H - A - R - D - W - O - R - K ( kerjakeras )
8 1 18 4 23 15 18 11 = 98% Only
- K - N - O - W - L - E - D - G - E ( pengetahuan )
11 14 15 23 12 5 4 7 5 = 96% Only
- L - O - B - B - Y - I - N - G ( pendekatan )
12 15 2 2 25 9 14 7 = 86% Only
- L - U - C - K ( keberuntungan )
12 21 3 11 = 47% Only
Ternyata ... semua nilai dari usaha-usaha kita diatas nggak bisa
mengalahkan yang satu ini:
- A - T - T - I - T - U - D - E ( sikap/tingkah laku )
1 20 20 9 20 21 4 5 = 100%
tapi ini rumus yang berlaku di luar negeri he..he..he.. .
Di Indonesia, itung-itungannya menjadi begini:
- G - I - G - I - H (HARDWORK)
7 9 7 9 8 = 40% Saja
- I - L - M - U (Knowledge)
9 12 13 21 = 55% Saja
- L - O - B - I (Lobbying)
12 15 2 9 = 38% Saja
- M - U - J - U - R (Luck)
13 21 10 21 18 = 83% Saja
- S - I - K - A - P (Attitude)
19 9 11 1 16 = 46% Saja
- K - O - R - U - P - S - I
11 15 18 21 16 19 9 = 109 %
Ternyata yg ditekuni orang-orang INDONESIA yaitu
"KORUPSI" mempunyai kadar mencapai keberhasilan 109%.
Lebih baik dr "ATTITUDE"- nya ORANG BARAT yg hanya 100%.
No comments:
Post a Comment