Nelson Tansu meraih gelar Profesor di bidang Electrical Engineering di Amerika sebelum berusia 30 tahun. Karena last name-nya mirip nama Jepang, banyak petinggi Jepang yang mengajaknya "pulang ke Jepang" untuk membangun Jepang. Tapi Prof. Tansu mengatakan kalau dia adalah pemegang paspor hijau berlogo Garuda Pancasila. Namun demikian, ia belum mau pulang ke Indonesia . Kenapa?
http://www3.lehigh.edu/images/userImages/dmb4/Page_2877/Tansu_L
Nelson Tansu lahir di Medan , 20 October 1977. Lulusan terbaik dari SMA Sutomo 1 Medan. Pernah menjadi finalis team Indonesia di Olimpiade Fisika. Meraih gelar Sarjana dari Wisconsin University pada bidang Applied Mathematics, Electrical Engineering and Physics (AMEP) yang ditempuhnya hanya dalam 2 tahun 9 bulan, dan dengan predikat Summa Cum Laude. Kemudian meraih gelar Master pada bidang yang sama, dan meraih gelar Doktor (Ph.D) di bidang Electrical Engineering pada usia 26 tahun. Ia mengaku orang tuanya hanya membiayai-nya hingga sarjana saja. Selebihnya, ia dapat dari beasiswa hingga meraih gelar Doktorat. Dia juga merupakan orang Indonesia pertama yang menjadi Profesor di Lehigh University tempatnya bekerja sekarang.
Thesis Doktorat-nya mendapat award sebagai "The 2003 Harold A. Peterson Best ECE Research Paper Award" mengalahkan 300 thesis Doktorat lainnya. Secara total, ia sudah menerima 11 scientific award di tingkat internasional, sudah mempublikasikan lebih 80 karya di berbagai journal internasional dan saat ini adalah visiting professor di 18 perguruan tinggi dan institusi riset. Ia juga aktif diundang sebagai pembicara di berbagai even internasional di Amerika, Kanada, Eropa dan Asia .
Karena namanya mirip dengan bekas Perdana Menteri Turki, Tansu Ciller, dan juga mirip nama Jepang, Tansu, maka pihak Turki dan Jepang banyak yang mencoba membajaknya untuk "pulang". Tapi dia selalu menjelaskan kalau dia adalah orang Indonesia . Hingga kini ia tetap memegang paspor hijau berlogo Garuda Pancasila dan tidak menjadi warga negara Amerika Serikat. Ia cinta Indonesia katanya. Tetapi, melihat atmosfir riset yang sangat mendukung di Amerika , ia menyatakan belum mau pulang dan bekerja di Indonesia . Bukan apa-apa, harus kita akui bahwa Indonesia terlalu kecil untuk ilmuwan sekaliber Prof. Nelson Tansu.
Ia juga menyatakan bahwa di Amerika, ilmuwan dan dosen adalah profesi yang sangat dihormati di masyarakat. Ia tidak melihat hal demikian di Indonesia . Ia menyatakan bahwa penghargaan bagi ilmuwan dan dosen di Indonesia adalah rendah. Lihat saja penghasilan yang didapat dari kampus. Tidak cukup untuk membiayai keluarga si peneliti/dosen. Akibatnya, seorang dosen harus mengambil pekerjaan lain, sebagai konsultan di sektor swasta, mengajar di banyak perguruan tinggi, dan sebagianya. Dengan demikian, seorang dosen tidak punya waktu lagi untuk melakkukan riset dan membuat publikasi ilmiah. Bagaimana perguruan tinggi Indonesia bisa dikenal di luar negeri jika tidak pernah menghasilkan publikasi ilmiah secara internasional?
Prof. Tansu juga menjelaskan kalau di USA atau Singapore , gaji seorang profesor adalah 18-30 kali lipat lebih dari gaji professor di Indonesia . Sementara, biaya hidup di Indonesia cuma lebih murah 3 kali saja. Maka itu, ia mengatakan adalah sangat wajar jika seorang profesor lebih memilih untuk tidak bekerja di Indonesia . Panggilan seorang profesor atau dosen adalah untuk meneliti dan membuat publikasi ilmiah, tapi bagaimana mungkin bisa ia lakukan jika ia sendiri sibuk "cari makan".
ETIKA DALAM KEPEMIMPINAN
Sara A. Boatman
Apakah "Etika" itu?
Pada pengertian yang paling dasar, etika adalah sistem nilai pribadi yang
digunakan memutuskan apa yang benar, atau apa yang paling tepat, dalam
suatu situasi tertentu; memutuskan apa yang konsisten dengan sistem nilai
yang ada dalam organisasi dan diri pribadi.
Apakah "Kepemimpinan yang Etis" itu
Kepemimpinan yang etik menggabungkan antara pengambilan keputusan
etik dan perilaku etik; dan ini tampak dalam konteks individu dan
organisasi. Tanggung jawab utama dari seorang pemimpin adalah membuat
keputusan etik dan berperilaku secara etik pula, serta mengupayakan agar
organisasi memahami dan menerapkannya dalam kode-kode etik.
Saran-saran untuk perilaku secara etik
Bila pemimpin etik memiliki nilai-nilai etika pribadi yang jelas dan nilai-nilai
etika organisasi, maka perilaku etik adalah apa yang konsisten sesuai
dengan nilai-nilai tersebut. Ada beberapa saran yang diadaptasi dari
Blanchard dan Peale (1998) berikut ini:
1. berperilakulah sedemikian rupa sehingga sejalan dengan tujuan anda
(Blanchard dan Peale mendefinisikannya sebagai jalan yang ingin anda lalui
dalam hidup ini; jalan yang memberikan makna dan arti hidup anda.)
Sebuah tujuan pribadi yang jelas merupakan dasar bagi perilaku etik.
Sebuah tujuan organisasi yang jelas juga akan memperkuat perilaku
organisasi yang etik.
2. berperilakulah sedemikian rupa sehingga anda secara pribadi merasa
bangga akan perilaku anda. Kepercayaan diri merupakan seperangkat
peralatan yang kuat bagi perilaku etik. Bukankah kepercayaan diri
merupakan rasa bangga (pride) yang diramu dengan kerendahan hati
secara seimbang yang akan menumbuhkan keyakinan kuat saat anda harus
menghadapi sebuah dilema dalam menentukan sikap yang etik.
3. berperilakulah dengan sabar dan penuh keyakinan akan keputusan anda
dan diri anda sendiri. Kesabaran, kata Blanchard dan Peale, menolong kita
untuk bisa tetap memilih perilaku yang terbaik dalam jangka panjang, serta
menghindarkan kita dari jebakan hal-hal yang terjadi secara tiba-tiba.
4. berperilakulah dengan teguh. Ini berarti berperilaku secara etik
sepanjang waktu, bukan hanya bila kita merasa nyaman untuk
melakukannya. Seorang pemimpin etik, menurut Blanchard dan Peale,
memiliki ketangguhan untuk tetap pada tujuan dan mencapai apa yang
dicita-citakannya.
5. berperilakulah secara konsisten dengan apa yang benar-benar penting.
Ini berarti anda harus menjaga perspektif. Perspektif mengajak kita untuk
melakukan refleksi dan melihat hal-hal lebh jernih sehingga kita bisa melihat
apa yang benar-benar penting untuk menuntun perilaku kita sendiri.
(diadaptasi dari presentasi "Ethical Leadership: Doing What's Right", Sara
A. Boatman)
A WAY TO REDUCE STRESS
An Angel says, "Never borrow from the future. If you worry about what may
happen tomorrow and it doesn't happen, you have worried in vain. Even if it
does happen, you have to worry twice."
1. Pray
2. Go to bed on time.
3. Get up on time so you can start the day unrushed.
4. Say No to projects that won't fit into your time schedule, or that will
compromise your mental health.
5. Delegate tasks to capable others.
6. Simplify and unclutter your life.
7. Less is more.. (Although one is often not enough, two are often too
many.)
8. Allow extra time to do things and to get to places.
9. Pace yourself. Spread out big changes and difficult projects over time;
don't lump the hard things all together.
10. Take one day at a time.
11. Separate worries from concerns. If a situation is a concern, find out
what God would have you do and let go of the anxiety. If you can't do
anything about a situation, forget it.
12. Live within your budget; don't use credit cards for ordinary purchases.
13 . Have backups; an extra car key in your wallet, an extra house key
buried in the garden, extra stamps, etc.
14. K.M.S. (Keep Mouth Shut). This single piece of advice can prevent an
enormous amount of trouble.
15. Do something for the Kid in You everyday.
16. Carry a book with you to read while waiting in line.
17. Get enough rest.
18. Eat right.
19. Get organized so everything has its place.
20. Listen to a tape while driving that can help improve your quality of
life.
21. Write down thoughts and inspirations.
22. Every day, find time to be alone.
23. Having problems? Talk to God on the spot.. Try to nip small problems in
the bud. Don't wait until it's time to go to bed to try and pray.
24. Make friends with Godly people.
25. Keep a folder of favorite scriptures on hand.
26. Remember that the shortest bridge between despair and hope is often a
good "Thank you GOD."
27. Laugh.
28. Laugh some more!
29. Take your work seriously, but not yourself at all.
30. Develop a forgiving attitude (most people are doing the best they can).
31. Be kind to unkind people (they probably need it the most).
32. Sit on your ego.
33. Talk less; listen more.
34. Slow down.
35. Remind yourself that you are not the general manager of the universe.
36 . Every night before bed, think of one thing you're grateful for that
you've never been grateful for before. GOD HAS A WAY OF TURNING THINGS
AROUND FOR YOU. "If God is for us, who can be against us?" (Romans 8:31
-- Author Unknown
Kingfisher -The King
After an international beer conference in London, all the world's top brewery bosses decide to go out for a beer together.
The Chairman of Budweiser says, "I'd like the most refreshing beer in the world, 'The King Of Beers': give me a Budweiser."
The bartender takes a bottle from the shelf and opens it for him .
The Chairman of Guiness says, "I'd like the only beer in the world worth really, truly waiting for: give me a Guinness."
The bartender serves him.
The Chairman of Carlsberg says, " I would like the world's best beer, drunk in more countries than any other: give me a Carlsberg."
He gets it.
Vijay Mallaya sits down, looks around and says, "Just give me a Coke."
The bartender looks at him, shrugs, and serves him.
The other brewery bosses laugh loudly and say, "Hey Vijay, how come you aren't drinking a Kingfisher?"
"Listen," says Vijay Mallya, "If you guys aren't drinking beer, neither will I"
Jelang Chelsea vs Liverpool
Rafa Bidik Final Ketiga Bersama Liverpool
London - Jika berbicara soal kompetisi klub Eropa Rafael Benitez memang jagonya. Setelah dua kali mengantarkan Liverpool ke final Liga Champions dalam empat tahun terakhir, kini ia pun membidik final ketiganya bersama The Reds.
Fakta yang ditorehkan oleh pelatih asal Spanyol itu memang demikian. Setidaknya dalam empat tahun terakhir sudah tiga kali ia merasakan final kejuaraan antaklub Eropa--dengan dua klub berbeda. Yang pertama adalah pada musim 2003/04 di mana ia berhasil membawa Valencia menjuarai Piala UEFA dengan mengalahkan Olympique Marseille 2-0.
Semusim kemudian ia pindah ke Liverpool. Lagi-lagi ia sukses melangkah ke final kejuaraan antarklub Eropa, namun kali ini dalam tingkatan yang lebih tinggi yakni Liga Champions. Di final yang berlangsung di Istanbul ia membawa Steven Gerrard cs menaklukkan AC Milan lewat drama adu penalti.
Terakhir adalah musim lalu di mana mereka kembali berjumpa dengan Milan, kali ini di Athena. Sial bagi Benitez, kali ini ia menemui kegagalan. Liverpool dikalahkan Rossoneri dengan skor 1-2 dan Benitez harus puas hanya meraih medali runner up, bukan tropi juara.
Kini ia pun mengincar final Liga Champions lagi, syaratnya tentu saja dengan menyingkirkan Chelsea, lawan yang sudah dua kali mereka langkahi dalam perjalanan menuju dua final sebelumnya. Namun, kali ini membuat The Blues masuk kotak bukan perkara mudah. Pasalnya John Terry cs memiliki keuntungan telah mencetak away goal di laga perdana, selain tentunya bermain di kandang sendiri.
Tetapi tetap saja nada optimisme disuarakan oleh Rafa. "Para pemain tahu bahwa mereka bias menjadi legenda. Mereka tahu bisa menorehkan sejarah dengan tampil di tiga final," ujarnya seperti dilansir Goal, Rabu (3/4/2008).
"Ini merupakan kesempatan mereka untuk naik ke level atas, menuju level pemain hebat dan ini merupakan kebanggan tersendiri. Saya tidak harus mengatakan apa-apa kepada mereka, tidak banyak yang harus saya katakan. Mereka tahu betapa pentingnya pertandingan ini dan secara mental mereka sangat siap."
Jalan menuju final di Moskow memang tak pernah mudah. Tetapi dengan tekad yang sudah bulat plus fakta pada masa lalunya, bukan tak mungkin The Spaniard akan meraih final ketiganya bersama Liverpool. (roz/krs)
Cruz Incar Scudetto, Bukan Milan
Milan - Striker Inter Milan Julio Ricardo Cruz sangat berhasrat memenangkan derby Milan. Alasannya bukan hanya ingin mengalahkan AC Milan namun memastikan gelar Scudetto.
Dalam laga derby Milan akhir pekan ini, kemenangan bukan hanya membawa I Nerazzurri dapat memastikan gelar Scudetto, namun juga bisa menghambat peluang rival sekotanya tersebut lolos ke Liga Champions musim depan.
Meski demikian, Cruz menegaskan bahwa skuadnya tidak memikirkan hal lain, selain memenangi Scudetto. "Memenangi pertandingan atas bagi kami hanya untuk mengejar Scudetto," kata penyerang berusia 33 tahun ini seperti dilansir Goal.
"Berpikir merusak harapan lawan kami dari tujuan mereka adalah jauh dari mental kami. Kami hanya ingin melengkapi musim yang luar biasa ini dengan cara yang positif," ungkap Cruz yang selalu mencetak gol dari dua derby terakhir.
Pekan lalu, pemain Argentina ini mencetak golnya yang ke-100 di Seri A sejak merumput di Italia bersama Bologna hingga ke Inte. Ia bergabung bersama I Nerazzurri pada 2003 ketika Hernan Crespo meninggalkan Inter bergabung dengan Chelsea.
Sejak bergabung bersama Inter, dia telah mencetak gol 70 kali, termasuk di kompetisi lain. Pencapaian yang dibuat oleh Cruz memang cukup mengesankan, apalagi di sering bermain dari bangku cadangan khususnya pada musim ini.
Inter memang sudah bisa memastikan pesta Scudetto dalam derby Milan nanti. Syaratnya La Beneamata harus bisa mengalahkan Milan dan rivalnya di peringkat kedua, AS Roma kalah saat menghadapi tuan rumah Sampdoria. (key/krs)
Jelang Chelsea vs Liverpool
Gerrard: Chelsea Favorit
London - Steven Gerrard bicara mengenai peluangnya Liverpool ke Liga Champions. Namun melihat hasil leg pertama, kapten Liverpool ini mengakui bahwa Chelsea lebih favorit.
Kedua tim Inggris ini akan kembali saling bertemu di Stamford Bridge, Kamis (1/5/2008) dinihari WIB, setelah di leg pertama pekan lalu di Anfield harus berakhir imbang 1-1. Gerrard pun mengomentari mengenai peluang skuadnya ke final Liga Champions.
"Saya akan mencoba realistis dan mengatakan keuntungan dengan Chelsea. Mereka tim yang bagus dan sangat tangguh di kandangnya sejak lama. Namun kami menunjukkan dalam beberapa tahun terakhir bahwa kami sangat bagus dalam laga away di Eropa," tegas Gerrard seperti dilansir BBC.
Melihat statistik, The Reds memang kesulitan jika bermain di Stamford Bridge dan mereka belum pernah mencetak gol di kandang Chelsea ini sejak ditangani oleh Rafael Benitez. Meski demikian Gerrard tidak gentar dengan catatan tersebut.
"Kami sangat merasa bahwa kami sama bagus seperti Chelsea, jika tidak lebih bagus dari mereka. Kami tentu saja menjadi tim yanglebih baik ketika kami bermain menghadapi mereka di musim ini," tukas gelandang internasional Inggris ini.
Statistik pertemuan kedua tim sebelumnya di Liga Champions :
27.04.2005 Semi Chelsea 0-0 Liverpool
03.05.2005 Semi Liverpool - Chelsea 1-0
28.09.2005 Group Liverpool - Chelsea 0-0
06.12.2005 Group Chelsea - Liverpool 0-0
25.04.2007 Semi Chelsea - Liverpool 1-0
01.05.2007 Semi Liverpool - Chelsea 1-0 (Liverpool win 4-1 on pens aet)
22.04.2008 Semi Liverpool - Chelsea 1-1
Riise Siap Bayar Kekecewaan
London - Membuat gol bunuh diri memang tidak pernah menyenangkan seperti apa yang kini dirasakan John Arne Riise. Namun, bek Liverpool itu menyatakan siap untuk membayar lunas kekecewaannya itu.
Dalam leg pertama semifinal Liga Champions pekan lalu, Riise memang tampil bak dewa penyelamat bagi Chelsea. Golnya ke gawang tim sendiri membuat seisi Anfield terhenyak. Liverpudlians terdiam namun para pendukung The Blues bersorak, siapa sangka mereka bisa mendapat away goal di penghujung pertandingan.
Skor pun berubah menjadi 1-1 sehingga menyebabkan langkah The Reds di leg II relatif berat karena Chelsea hanya membutuhkan hasil imbang tanpa gol untuk bisa lolos ke final. Merasa bersalahkah Riise? Ya, tetapi ia siap membayarnya dalam pertemuan kedua di Stamford Bridge.
"Kami beristirahat satu hari setelah pertandingan dan saya mendapati banyak pikiran berada di dalam kepala saya," ujarnya seperti dilansir Goal, Rabu (30/4/2008).
"Saya pulang ke rumah dan tak mau berbicara kepada siapa pun. Saya hanya berpikir mengenai diri saya sendiri. Lalu saya sadar bahwa saya harus tetap melangkah dan saya pikir saya sudah melakukannya. Yang harus Anda lakukan adalah menatap pertandingan selanjutnya bukan yang telah berlalu," lanjutnya.
Pemain asal Norwegia ini pun menambahkan bahwa dirinya bersama seluruh tim sangat percaya diri untuk bisa melangkah ke final. Dengan membawa The Kop ke Moskow maka lunas sudah 'utang' Riise kepada klubnya itu.
"Kami tahu kami bisa melakukannya. Ini adalah masalah pergi ke sana, melakukannya dan tahu bahwa kami bisa mencetak gol. Kami dalam keadaan sangat positif dan kami mampu melakukannya. Ini adalah pertandingan penting dan akan menjadi malam yang menentukan. Saya harap kami mampu melangkah ke final," tukasnya. (roz/krs)
Jelang Chelsea vs Liverpool
'Birukan Stamford Bridge!'
London - Mampu tidaknya Chelsea melaju ke final Liga Champions pertamanya bergantung pada hasil pertandingan di Stamford Bridge. Maka, para suporter "Si Biru" pun diminta jadi pemain ke-12 yang luar biasa.
Setelah dua kali berhadapan dengan "Si Merah" di semifinal Liga Champions tiga tahun belakangan, inilah kali pertama Chelsea bermain di kandang pada leg kedua. Fakta ini bisa jadi keuntungan besar, apalagi John Terry cs sudah memetik hasil 1-1 pada pertemuan pertama di Anfield.
Untuk memberikan semangat buat Chelsea dalam memastikan kemenangan atas Liverpool, Kamis (1/5/2008) dinihari WIB, fans tuan rumah pun diimbau ikut berkontribusi dengan memberikan dukungan nan dahsyat.
Dikutip dari situs resmi Chelsea, pihak klub disebutkan bakal memasang 30 ribu bendera di tribun dan para suporter dipersilakan untuk mempergunakan bendera tersebut, bahkan boleh membawanya pulang, untuk memberikan dukungan. Fans juga boleh membawa pernak-pernik sendiri, tentu harus berwarna biru, dan diimbau datang lebih dini ke stadion guna membangun atmosfer pra-pertandingan.
Faktor atmosfer ini penting dan diyakini Kapten Chelsea John Terry bisa jadi penentu hasil akhir pertandingan. Dia mencontohkan bagaimana nuansa yang senantiasa dihadirkan Liverpudlians acap mendongkrak semangat Liverpool.
"Kami harus menggunakannya (kesempatan bermain di kandang pada leg kedua) sebagai keuntungan, saya pikir Liverpool sudah melakukannya dua tahun belakangan, jadi kami harus menggunakannya untuk keuntungan kami kini," tutur dia.
Terry juga menolak anggapan kalau para pendukung klubnya kurang bisa "memanaskan" stadion dengan dukungan, sebagaimana pendukung klub-klub lain. Menurutnya, fans Chelsea dalam partai besar selalu bisa menghadirkan atmosfer luar biasa.
Kali terakhir klub London itu bermain di kandang sendiri pada returning leg semifinal Liga Champions adalah saat menghadapi Monaco empat tahun lalu. Tertinggal agregat 1-3 di pertemuan pertama, Chelsea bangkit di kandang, kendati hanya bisa membuahkan hasil 2-2.
Saat itu, ungkap bek kiri Chelsea Wayne Bridge, atmosfer Stamford Bridge benar-benar luar biasa. "Ada atmosfer khusus di Bridge malam itu, dan saya masih ingat ramainya fans Chelsea. Semoga kali ini kami bisa melangkah lebih maju dan sampai ke final," tandas dia.
Jelang Chelsea vs Liverpool
Benitez & Grant Ribut Soal Drogba
London - Panasnya laga semifinal antar Chelsea dan Liverpool sudah terjadi di luar lapangan. Manajer Rafael Benitez dan manajer Avram Grant rupanya sedang saling kritik soal Didier Drogba.
Perseteruan berawal dari pernyataan Manajer Liverpool Benitez yang meminta wasit yang akan memimpin laga semifinal Liga Champions di Stamford Bridge Kamis (1/5/2008) dinihari WIB, untuk lebih cermat menghadapi gerak gerik Drogba yang suka diving.
"Saya sangat jelas setelah menyaksikan banyak pertandingan saya yakin setiap orang punya pikiran yang sama. Drogba adalah pemain yang fantastik, itu jelas namun dia sangat mudah terjatuh," sindir Benitez kemarin seperti dilansir Sporting Life.
Pernyataan Rafael Benitez langsung mendapatkan reaksi keras dari Manajer Chelsea Avram Grant. Bahkan Grant berbalik meminta wasit untuk lebih memperhatikan Drogba dari tekel-tekel keras yang dilakukan para pemain Liverpool yang ingin menjatuhkan dia.
"Saya tidak berpikir bahwa dia adalah pemain yang suka diving. Dia pemain yang bagus dan bertenaga, jadi wasit perlu melihat lebih apa yang terjadi pada dia. Dia memang tangguh dan bek lawan akan berpikir dengan cara lain menghentikannya," tegas Grant.
Drogba memang sempat mendapatkan kritikan atas apa yang dilakukannya saat di leg pertama yang berakhir imbang 1-1 di Anfield. Namun Grant membalikan kritikan Benitez bahwa seharusnya pemain Liverpoool Jamie Carragher yang mendapatkan kartu kuning.
Bagi Grant tuduhan kepada Drogba suka diving adalah permainan pikiran Benitez saja. "Saya pikir dia (Benitez) hanya mencoba mencuri perhatian dari hal ini. Rafa bisa ngomong apa saja yang dia ingin katakan. Saya pikir alasannya sudah jelas," tukasnya
Melalui London, Torres Impikan Moskow
London - Liverpool memang belum pasti melangkah ke final Liga Champions di Moskow, namun Fernando Torres berkeyakinan mereka bisa melakukannya. Syaratnya? Menundukkan kota London, tempat di mana Chelsea telah menunggu.
Selama enam tahun membela Atletico Madrid, penyerang berusia 24 tahun ini belum pernah sekali pun merasakan aroma persaingan antarklub papan atas Eropa di Liga Champions. Baru ketika pindah ke Liverpool awal musim ini, Torres bisa menikmatinya sehingga bisa dibilang ini merupakan musim perdananya di kompetisi antarklub terketat di benua biru itu.
Dalam perjalanannya membawa The Reds ke semifinal, bomber berjuluk El Nino ini sudah menjaringkan lima buah gol. Meski masih kalah subur dibandingkan Steven Gerrard yang sudah mengoleksi enam gol, kontribusi Torres di lini depan Liverpool tak perlu diragukan lagi.
Kini dirinya berharap Liga Champions perdananya ini tidak berhenti di semifinal, melainkan di final. Namun, untuk sampai ke kota Moskow--tempat laga final digelar--ia harus lebih dulu menaklukkan kota London tempat di mana lawan selanjutnya menunggu, Chelsea.
Dalam pertemuan pertama di Anfield pekan lalu The Blues sukses mereguk away goal melalui hasil 1-1. Sebuah skor yang tentunya membuat kedudukan Liverpool kali ini cukup sulit. Meski demikian, optimisme Torres untuk membawa Liverpool ke partai final tidaklah surut.
"Saya selalu memimpikan bermain melawan pemain seperti John Terry dan Ricardo Carvalho. Mereka memberikan kehormatan kepada saya dengan mengawal saya sangat ketat," ujarnya seperti dilansir AFP, Rabu (30/4/2008).
"Sekarang adalah saatnya saya membalas hal itu dengan mencetak beberapa buah gol ke gawang Chelsea. Semua orang sangat memimpikan bermain di Liga Champions dan dalam beberapa waktu saya sudah lama menontonnya dari televisi, bermimpi bisa berain di dalamnya," sambungnya.
"Saya memiliki banyak memori. Gol di San Siro ketika mengalahkan Inter Milan 1-0, menang 4-0 atas Marseille, dan sebuah gol saya ketika meundukkan Arsenal 4-2. Sekarang giliran Chelsea. Saya tidak memiliki pertanyaan karena saya yakin saya sudah benar dengan bergabung ke Liverpool," tukasnya.
Jika keinginan Torres untuk mencetak gol di Stamford Bridge terlaksana maka itu adalah hal yang bagus bagi Liverpool karena dalam delapan kali pertemuan di sana sejak Rafa Benitez berkuasa pada 2004 The Kop belum pernah sekali pun membobol gawang "Si Biru".
Namun, tentunya ada yang lebih penting ketimbang memecahkan rekor buruk tersebut. Memberikan kemenangan bagi Liverpool tentu lebih berharga karena dengan demikian mimpinya untuk bisa tampil di final bisa menjadi kenyataan.
Fergie: Untung Alat Pacu Jantung Bekerja!
Manchester - Kemenangan 1-0 atas Barcelona cukup untuk membuat Manchester United maju ke final Liga Champions. Tipisnya skor sudah pasti bikin gelisah, contohnya seperti yang dirasakan Manajer MU Sir Alex Ferguson.
Dalam pertandingan di Old Trafford, Rabu (30/4/2008) dinihari WIB, Paul Scholes sukses menggetarkan gawang Barca di menit 14. Gol tersebut membuat MU unggul agregat 1-0 setelah kedua tim berbagi hasil imbang 0-0 pada pertemuan pertama.
Meski MU sudah unggul, ketika itu masih ada sisa waktu sekitar 76 menit sampai pertandingan tuntas. Jika Barca bisa mencetak gol balasan, tiket semifinal pun dipastikan melayang dari tangan "Setan Merah". Cristiano Ronaldo cs tak pelak harus berupaya memastikan langkah dengan menambah satu gol lagi sekaligus mempertahankan keunggulan.
Namun demikian, gol kedua yang akan melicinkan jalan tak kunjung lahir. Alih-alih begitu, justru Barca yang terus menerus menekan MU dengan penguasaan bolanya yang dominan. Degup jantung para pecinta MU jelas terpacu, bahkan Fergie yang sudah amat kaya pengalaman itu pun merasa demikian.
"Saya hanya berharap pacemaker (alat pacu jantung) saya bekerja! Kalau tidak, saya dalam bahaya," seloroh Fergie kepada MUTV.
"Itu sangat menyiksa. Rasa sakit dan deritanya --saya selalu merasa untuk bisa mencapai kesuksesan, para pemain harus bisa menanggungnya. Semua kerja keras, semua rasa sakit dan derita yang Anda lalui dalam sepakbola diganjar dengan hasil seperti malam ini," lanjut dia.
Kesuksesan tersebut tentu kian terasa maknanya karena yang ditundukkan adalah lawan sekaliber Barca, yang disebut Fergie sebagai klub dengan filosofi luar biasa.
"Sportifitas mereka di akhir pertandingan menunjukkan betapa mereka adalah klub yang hebat. Saya merasa malam ini kami sudah mengalahkan sebuah klub sepakbola fantastik dan tim hebat, dan itu menonjolkan performa kami. Saya pikir itu luar biasa," lugas manajer asal Skotlandia tersebut.
Kemenangan tersebut sekaligus membuat MU menggenapkan kemenangan kandang ke-12 dalam Liga Champions. Untuk raihan ini, Fergie merasa perlu memberikan kredit khusus kepada pemain ke-12-nya: fans di Theatre of Dreams.
"Fans sangat brilian. Ketika pendukung kami seperti itu, kami tak pernah mengecewakan mereka. Mereka membuat dampak semacam itu, mereka memaksa kami bermain," tandas dia.
Pujian dan Keheranan Rijkaard
Manchester - Kemenangan Manchester United atas Barcelona memastikan final Liga Champions akan diisi oleh dua tim senegara. Pelatih Barca Frank Rijkaard pun melayangkan pujian kendati seperti sedikit menyindir gaya permainan lawannya itu.
MU memastikan diri maju ke partai puncak setelah meraih kemenangan tipis 1-0 saat menjamu Barca pada returning leg semifinal di Old Trafford, Rabu (30/4/2008) dinihari WIB. "Setan Merah" akan menanti pemenang laga antara Chelsea dan Liverpool untuk dihadapi di final.
Pertemuan sesama klub Inggris di final pentas terakbar klub se-Eropa itu adalah yang kali pertama. Sebelumnya, Spanyol dan Italia sudah pernah membukukan raihan serupa.
Buat Inggris, capaian di Liga Champions musim ini juga bak sebuah kulminasi setelah mereka sukses menempatkan tiga wakil di babak empat besar musim lalu. Sayangnya, saat itu yang juara justru adalah wakil Seri A Italia, AC Milan.
"Saya pikir level tim-tim Inggris sangatlah tinggi," aku Rijkaard seperti dilansir Yahoosport.
Rijkaard sendiri sudah berupaya keras mematahkan dominasi tim-tim Inggris tersebut, sekaligus mengulangi apa yang sudah dilakukan Milan musim lalu.
Bermain imbang 0-0 di Nou Camp dalam pertemuan pertama, walau sudah habis-habisan menekan, Barca melawat ke markas MU juga dengan gaya serupa. Selama 90 menit, mereka mendominasi penguasaan bola --Soccernet menyebut Barca memiliki 62 persen penguasaan bola.
Akan tetapi rapatnya pertahanan tuan rumah tak kuasa ditembus anak-anak Catalan. Upaya penetrasi Lionel Messi pun lebih sering kandas. Keadaan makin sulit buat Barca karena belum genap 15 menit pertandingan berlangsung, Paul Scholes sudah membuat "Red Devils" unggul.
"Aneh melihat tim Inggris bertahan, bertahan dan bertahan dengan nyawa mereka dan mencoba menang dengan serangan balik," lugas pelatih asal Belanda itu.
Bisa jadi MU sudah tampil seperti yang disebutkan Rijkaard, setidaknya ketika menghadapi Barca di semifinal kali ini. Namun, jangan lupa strategi tersebut terbukti efektif. Kemenangan pun nyaris diraih pada pertemuan pertama semifinal jika saja Cristano Ronaldo mampu menyelesaikan peluang tendangan penalti dengan baik.
Sebagai catatan, laga MU kontra Barca di pentas Eropa selalu ketat. Pada perempatfinal Piala Winners Maret 1994, kubu Manchester menang 3-2 secara agregat atas lawannya. Di ajang yang yang sama pada tahun 1991, kali ini di final, Barca kembali kalah tipis, 1-2.
Satu-satunya pertarungan dengan skor besar antara kedua tim terjadi pada fase grup Liga Champions November 1994, ketika Barca menang 4-0 atas MU. Di fase grup empat tahun kemudian, skor 3-3 jadi hasil akhir di Old Trafford dan Nou Camp. (krs/a2s)
MU Kembali Fokus ke Liga Inggris
Jakarta - Kemenangan atas Barcelona bukan hanya membawa Manchester United ke final Liga Champions. Sukses itu juga menjadi modal besar bagi MU untuk mengejar juara Premier League.
Sebelum memetik kemenangan 1-0 atas Barca di Old Trafford, Rabu (30/4/2008) dinihari WIB, penampilan MU sempat diragukan. Berawal dari hasil leg pertama semifinal yang berakhir 0-0 di Nou Camp dan kemudian dikalahkan oleh Chelsea 2-1 di Liga Inggris, target MU meraih gelar Premiership menjadi tersendat.
Meski demikian, MU masih membuktikan keperkasaannya saat mengatasi Barca lewat gol tunggal Paul Scholes. Hasil itu sudah cukup membawa The Red Devils menuju ke Moskow dan tinggal menunggu pemenang antara Chelsea dan LIverpool yang akan menjadi lawan mereka di final Liga Champions pada 21 Mei nanti.
Namun MU tidak mau berlarut-larut dengan keberhasilannya tersebut karena masih ada target lain yang harus dikejar yaitu gelar Premier League. Apalagi posisi MU saat ini memang masih cukup riskan karena mereka dan Chelsea sama-sama mengantongi 81 poin di dua sisa pertandingan tersisa.
Kemenangan atas Barca bisa menjadi momentum yang tepat bagi MU menyelesaikan sisa pertandingannya dan merebut hasil maksimal. Cristiano Ronaldo pun mengakui bahwa perhatian skuadnya saat ini adalah menghadapi West Ham United dan juga Wigan Athletic.
"Pertandingan di Liga Inggris adalah yang paling penting saat ini dan kemenangan atas Barca membuat kami lebih percaya diri menghadapi dua pertandingan sisa ," tegas Ronaldo yang telah mengoleksi 28 gol di Liga Inggris musim ini, seperti dilansir Yahoo Sport. (key/a2s)
Kemarahan Gabriel Milito
Manchester - Kekalahan 0-1 dari Manchester United membuat Barcelona tersingkir dari Liga Champions. Gabriel Milito merasa sangat marah dengan hasil ini, karena mereka justru mendominasi.
Sebiji gol dari Paul Scholes di Old Trafford, Rabu (30/4/2008) dinihari WIB, membuat Barca harus menerima nasib tersisih dari satu-satunya ajang yang masih bisa memberi mereka gelar musim ini.
"Kami sangat marah. Ini adalah pukulan telak. Kami datang ke sini untuk (menuju) final, tapi kami tak dapat melakukannya," ujar Milito sebagaimana dilansir Goal.
"Setelah menderita kekalahan, normal kami merasa seperti ini. Apalagi jika mengingat cara kami tersingkir," imbuhnya.
Barca memang patut menggerutu atas peruntungan mereka. Carlos Puyol dkk lebih mendominasi dalam penguasaan bola, bahkan mereka dapat mengurung MU di seperempat jam terakhir laga. Satu yang kurang hanyalah gol.
"Saya pikir tim kami bermain sangat bagus dan hanya satu gol yang menentukan babak ini," kata bek asal Argentina itu.
Untuk mencari penghiburan, Milito pun mengalihkan fokus ke Liga Spanyol. Los Azulgranas saat ini berada di peringkat tiga, empat poin di belakang runner-up klasemen, Villarreal. Dengan empat pertandingan sisa, Milito optimistis Barca masih bisa menapak naik.
"Kini kami harus memenangi empat laga tersisa dan menyelesaikan (liga) dengan cara terbaik yang mungkin. Kami tampil inkonsisten di Liga, tapi di Copa del Rey dan Liga Champions, saya percaya kami sudah bermain baik," pungkas Milito. (arp/din)
Wednesday, April 30, 2008
PROFESSOR TERMUDA.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment