1. Gula menyebabkan diabetes
Jika Anda penderita diabetes, Anda perlu memperhatikan asupan gula dan karbohidrat untuk menjaga kadar gula darah. Bila bukan diabetesi, asupan gula tak menyebabkan diabetes. Yang benar, makanan tinggi kalori, termasuk banyak minum dan makan manis, kegemukan, dan tak pernah olahraga adalah faktor risiko utama penyebab penyakit diabetes tipe 2.
2. Semua lemak buruk
Kita semua butuh lemak karena lemak membantu penyerapan vitamin A, D, E, K, transmisi saraf, dan menjaga integritas membran sel. Namun, ketika dikonsumsi berlebihan, lemak menyebabkan peningkatan berat badan, penyakit jantung, dan kanker. Tentu tidak semua lemak buruk. Pilihlah lemak baik yang disebut lemak tak jenuh tunggal dan lemak
tak jenuh ganda dalam pola makan sehari-hari. Lemak tak jenuh ini terdapat pada ikan dan kacang kacangan.
3. Turunkan kolesterol dengan pantang seafood
Kuncinya adalah konsumsi dalam jumlah wajar karena seafood memang mengandung kolesterol. Kadar koesterol dalam tubuh sebagian besar dipengaruhi oleh lemak jenuh dan trans fatty acid. Keduanya ini terdapat dalam daging merah dan makanan kemasan olahan. Trans fatty acid terdapat di snack kemasan, gorengan, atau margarin yang berisi minyak hydro genated.
4. Hindari karbohidrat agar berat badan cepat turun
Pesan utama diet rendah karbohidrat adalah karbohidrat mempercepat produksi insulin yang ujung-ujungnya akan menambah berat badan. Namun, membatasi asupannya secara berlebihan bisa membuat tubuh kekurangan karbohidrat untuk kegiatan harian. Akibatnya, tubuh akan membakar cadangan karbohidrat untuk energi, dengan melepaskan air. Itulah sebabnya Anda kehilangan banyak air ketika diet rendah karbohidrat.
5. Tidak makan malam membantu menurunkan berat badan
Banyak orang berpikir, makan lebih sedikit berarti mempercepat penurunan berat badan. Mereka tidak tahu, ketika tak makan, tubuh berpikir kita sedang kelaparan dan karenanya memperlambat proses metabolisme. Kita pun cenderung makan banyak sesudah melewati waktu makan. Karena itu, jangan lewatkan waktu makan. Cara yang sehat adalah makan sering tetapi dalam porsi kecil agar gula darah terus seimbang.
Menghadapi "Orang Sulit" di Kantor
Dalam pergaulan sehari-hari, kita sering menjumpai orang-orang tertentu yang sulit dihadapi. Orang-orang jenis ini juga ada di kantor kita dalam berbagai variasinya. Ada tipe orang yang tak pernah berhenti bicara dan kalau sudah bicara tak bisa disela atau pun susah distop, dan orang macam ini umumnya tak mau mendengar. Ada tipe lain lagi yang selalu punya kata untuk mengomentari orang lain, atau yang lebih parah lagi suka mengkritik pekerjaan temannya, yang bukan bagiannya. Kita juga menjumpai adanya orang-orang yang tak bisa menjaga komitmen.
Di antara orang-orang seperti itu ada yang diam-diam maupun terang-terangan menempatkan diri sebagai pesaing Anda, misalnya dalam meraih simpati dan opini positif dari atasan. Sebagian yang lain lagi mungkin ada yang berusaha menjatuhkan Anda sehingga memaksa Anda untuk selalu merasa seolah-olah Anda perlu balik mengawasi dia. Orang-orang tertentu di tempat kerja Anda mungkin juga membentuk 'geng' tanpa memasukkan Anda menjadi anggotanya, sehingga Anda menjadi merasa tersisih.
Begitulah, orang-orang yang sulit semacam itu, yang pada gilirannya membuat kita juga berada dalam situasi yang sulit, ada dalam setiap lingkungan kerja. Kita harus menyadarinya. Tak peduli jenis situasi sulit seperti apa yang kita temukan, orang atau situasi yang sulit tak mungkin kita hindari. Kita harus menghadapinya. Mengapa demikian –mengapa tak kita diamkan saja?
Menurut kolumnis masalah SDM Susan M Heathfield, bila kita mendiamkan saja orang-orang yang sulit seperti itu, situasi tidak akan berubah dengan sendirinya, dan biasanya akan makin buruk. Cuek, atau pura-pura tidak tahu hanya akan memperbaiki situasi di permukaan, namun sebenarnya justru menunda konflik yang kelak bisa meledak menjadi sesuatu yang bersifat kontraproduktif.
Pada dasarnya, orang berada dalam situasi "shock" ketika mereka diperlakukan secara tidak profesional. Jika Anda menghadapi situasi seperti itu, cobalah renungkan dan pahami apa yang sebenarnya tengah terjadi. Sekali Anda telah menyadari apa yang sedang terjadi, membiarkan diri berlama-lama berada dalam situasi sulit bukanlah pilihan yang tepat. Jangan sampai situasinya menjadi semakin tidak rasional sehingga membuat Anda marah dan sakit hati. Susan mengingatkan, alangkah jauh lebih baik menghadapi orang yang sulit selagi kita masih bisa bersikap objektif dan mengendalikan emosi.
Lebih penting lagi, membiarkan diri terlibat dalam konflik berkepanjangan di tempat kerja, bukan hanya akan membuat Anda disalahkan karena dinilai "tidak becus menghadapi situasi layaknya seorang profesional dewasa". Lebih dari itu, salah-salah Anda bahkan bisa dicap sebagai "orang sulit" juga. Sekalinya Anda dicap begitu, maka sulit untuk menghapusnya dan berdampak buruk terhadap perkembangan karir Anda ke depan.
Jadi, ketimbang situasinya menjadi terbalik, lebih baik Anda hadapi orang yang sulit di lingkungan kerja Anda sejak dini. Susan memberikan cara yang produktif untuk menghadapi mereka:
1. Mulailah dengan bertanya pada diri sendiri. Yakinkah Anda bahwa masalahnya adalah orang lain, dan bukan Anda sendiri saja yang overacting?
2. Diskusikan apa yang sedang Anda alami dengan teman atau kolega yang terpecaya.
3. Dekati orang yang Anda anggap sumber masalah tersebut untuk diajak bicara dari hari ke hati.
4. Tindak lanjuti pembicaran empat mata itu: apakah ada perubahan sikap? Apakah lebih baik? Atau, lebih buruk? Perlukah dilakukan pembicaraan lanjutan?
5. Hadapkan orang yang sulit itu ke publik. Misalnya, sindir dia dengan humor yang halus sampai yang agak kasar.
Jika kelima cara di atas tidak berhasil dengan baik, lakukan langkah berikut:
1. Libatkan pihak lain. Termasuk, bicarakan dengan atasan. Catatlah bahwa masalahnya bukan lagi sebatas antarpribadi melainkan sudah menyangkut produktivitas kerja Anda yang terganggu. Blak-blalan saja pada bos, betapa sulitnya menghadapi orang tersebut.
2. Kerja sama dengan karyawan lain yang punya masalah yang sama dengan orang tersebut. Tapi, hati-hati dengan pendekatan ini. Ingat selalu bahwa Anda ingin menyelesaikan masalah, dan bukannya sedang menggalang sekutu untuk menjatuhkan orang lain
3. Jika pendekatan tersebut gagal membuahkan hasil yang menggembirakan, cobalah batasi akses orang yang sulit tersebut terhadap diri Anda.
4. Pindah ke divisi lain. Tentu saja ini tergantung besar-kecilnya perusahaan tempat kerja Anda, tapi yang jelas Anda tak bisa lagi bekerja dengan orang yang sulit itu. Jadi, pindah bagian adalah pilihan mutlak.
5. Bila hal itu tidak mungkin, cabut saja dari perusahaan tempat Anda bekerja. Sebab, Anda bukan orang yang sulit. (portalHR)
DIKIT TENTANG AKU , repost :-)
Aku adalah kumpulan energi …. Yg berasal dr sebuah
energi … yg serba MAHA n aku sebut DIA yg ESA ….
Dan bila tiba waktu ku kelak maka aku ga akan mati …
krn energi ga pernah mati .. energi hanya berubah
bentuk .. ato aku akan kembali bergabung dgn energi
indukku …
Aku adalah energi MAHA itu dalam skala kecil …
Maka apa yg ada di MAHA itu ada pula padaku .
Aku adalah ciptaannya yg "sempurna" … karna aku punya
anggota tubuh yg lengkap .. and semua organ tubuhku
berfungsi dgn baik ….. so Aku menghargai diriku dari
ujung rambut sampai ujung kakiku ….. aku mencintai
diriku .. aku menghormati diriku … dan aku ingin
berlaku jujur pada diriku … sama seperti yg kulakukan
terhadap YG ESA … karena aku adalah miniatur YG ESA
…..
Kalo aku berjalan kutegakkan kepalaku .. aku ga perlu
… ber pura2 .. dgn segala basa basi busuk ….. krn aku
adalah aku … n aku ga akan pernah mau berubah .. just
to pleassed or to impressed anybody ….
Aku berjalan dgn segala kebaikan yg dikaruniakan oleh
YG ESA padaku …. Pendapat org ttg diriku … hanya
sebagai input aja ..utk aku introspeksi diri …. tp ga
akan mempengaruhi diriku … you know what ? karena
pendapat org ato penilaian org ttg diriku ga akan
membuat aku menjadi lebih baik ato lebih buruk .. so I
stay …. just the way I am .. n aku juga menerima
semua org…. just the way they are …
Aku ga akan pernah mengatakan diriku dgn segala
kekurangan dan kelebihan .. karna semua yg berasal dr
YG ESA .. adalah sempurna adanya ….yg ada adalah
setiap org punya ciri dan talenta yg beda …. Taukah
anda berapa bnyk lagu yg telah diciptakan diseluruh
dunia ….. hanya dgn basic .. 7 nada itu … n lagu2 itu
ga pernah betul2 sama …. Mirip2 dikit mungkin aja iya
.. n inget lagu itu hanya karya manusia aja.. maka
kita sebagai manusia juga ga pernah bener2 sama …
Karna aku menyadari aku adalah miniatur YG ESA … maka
aku ga perlu sifat .. sirik .. ato culas…aku ga perlu
merasa bersaing terhadap siapapun …. Dan aku ga pernah
ngerasa terancam dgn kehadiran siapapun …
Aku .. unique .. aku punya ciri … so aku bangga pada
diriku .. dgn catatan .. bangga bukan berarti sombong
looohh ….
Sedikit dulu ttg aku ya …..
Aku tulis dikit puisi ok ..?
.
karna aku adalah miniatur YG ESA
aku bisa pinjam bulan ..
aku bisa pinjam mentari
aku bisa pinjam bintang
Dalam kasih NYA
Aku punya semua
Lalu artinya ..
Aku dah ga butuh lg yg semu2
Aku dah ga butuh lg yg palsu2
Aku dah ga butuh lg yg biasa2 aja ….
Karna hatiku sempitpun lapang
Karna hatiku tinggi pun rendah
Karna hatiku hitampun putih
Top-Down Approach Analysis on All Sectors
April 2008
[MetaStock Team] - Kondisi bursa kembali muram. Namun, tidak semua saham terperosok ke bawah. Beberapa terlihat jelas ditahan penurunannya. Dengan metode analysis Top-Down Approach kita dapat menemukan saham-saham tersebut yang berada di dalam sektor yang masih berwarna biru.
Namun, trend beberapa sektor yang masih berwarna biru ini kebanyakan sudah tidak terlalu kuat. Hanya sub sektor Energi, Perikanan dan Consumer Good Rumah Tangga yang masih memiliki trend positif yang cukup kuat.
Jika kita mau trading dengan jangka pendek seperti intraday, kita dapat memilih saham2 yang berada di dalam sektor-sektor tersebut.
Wawancara Rudy Hartono
Maaf Saja Tak Cukup
Kegagalan tim Indonesia di Piala Thomas memang sudah berlalu. Namun, hasil mengecewakan ini harus disikapi serius oleh PBSI. Maestro bulutangkis Indonesia yang meraih gelar juara All England delapan kali, Rudy Hartono, menyebut Indonesia tetap bisa bersaing asal ada pembenahan. Berikut penuturannya kepada BOLA:
Rudy Hartono, menilai perlu ada punishment dan reward buat pemain.(Foto: Arief Bagus/BOLA)
Bagaimana Anda melihat penampilan pebulutangkis Indonesia di Piala Thomas lalu?
Semua tahu tim kita tidak mencapai target ke final. Pemain memang sudah berlatih dan mempersiapkan diri. Namun, latihan yang dilakukan tidak mencapai sasaran.
Mengucap kata maaf saja seperti sekarang tak cukup. Mereka harus berlatih lebih keras dan membuktikan diri bisa meraih gelar juara.
Seperti apa persiapan yang ideal menurut Anda?
Pertama, sebelum bertanding pemain harus menyiapkan fisik yang prima. Hal ini menyangkut kekuatan, ketahanan, dan kecepatan. Sekarang tipe permainan yang berkembang mengandalkan power dan speed. Percuma kalau pemain bisa main dengan tipe itu tapi hanya bertahan dua gim karena kondisi fisik tak memadai. Di gim ketiga lawan yang kondisi fisiknya lebih siap tentu bisa menang.
Setelah itu, pemain harus berlatih teknik dan akurasi pukulan. Kalau hal pertama tak tercapai, bagaimana bisa mengeluarkan akurasi dan teknik yang sempurna?
Dua hal tersebut berhubungan dengan mental. Bagaimana pemain punya mental bagus jika merasa tak siap? Pemain yang merasa siap berhadapan dengan lawan dengan bekal latihan keras otomatis punya mental bertanding yang bagus.
Terakhir baru bicara strategi. Tanpa persiapan bagus, strategi apa pun tak akan berjalan lancar.
Apa metode kepelatihan yang salah? Perlu inovasi?
Tidak juga. Di mana pun semua pelatih hampir sama metodenya. Percuma pelatih membuat program bagus, tapi tak dijalankan dengan serius dan sungguh-sungguh oleh pemain. Implementasinya tidak sesuai dan kurang berkualitas.
Proses pengiriman pemain ke turnamen luar negeri sudah betul?
Harus ada punishment dan reward. Hal ini yang tak ada di pelatnas. Sekarang, kalah atau menang, pemain tetap saja dikirim. Jangan terus beralasan tetap dikirim untuk mengejar poin ke Olimpiade. Tak bisa seperti itu.
Kalau terus dikirim ke turnamen mereka memang dapat poin untuk tiket ke Olimpiade. Tapi, apa gunanya kalau di Olimpiade hasilnya sudah bisa ditebak, karena persiapan yang kurang kita gagal.
Kalau gagal, harus ada punishment. Bentuknya bukan cuma tak dikirim ke turnamen. Mereka harus dilatih lebih keras. Semua hasilnya harus diukur secara berkala. Ada parameternya. Jika sudah mencapai target, baru dikirim lagi ke turnamen.
Punya saran bagi pemain sekarang?
Mereka harusnya mandiri dan sadar bahwa mereka adalah atlet profesional. Tak usah disuruh atau dipaksa latihan sudah sadar dan melakukannya sendiri. Malah kalau perlu menambah porsi latihan.
Jangan sedikit-sedikit mengeluh capek atau bosan. Mau juara ya harus menderita. Mungkin ada yang bilang dulu persaingan belum seketat sekarang. Tapi, tetap saja latihan keras diperlukan untuk menjadi juara. Tak ada gelar juara yang dicapai dengan mudah.
Pemain yang banyak meraih gelar pasti menderita saat latihan. Pemain Korea pasti latihan lebih keras sehingga akhirnya bisa menang atas kita.
Rangsangan Bonus
Soal hubungan bonus dan hadiah dengan motivasi pemain sekarang?
Sekarang pemain diiming-imingi bonus dan hadiah besar. Mereka harusnya juga mau berlatih keras. Tak masalah kalau mereka sekarang orientasinya uang. Zaman sekarang mereka butuh uang untuk hidup. Hal itu wajar.
Tapi, mereka harus konsekuen. Kalau memang mau mengejar hadiah, mereka juga harus mau latihan ekstra keras. Jangan cuma mau hadiahnya saja tapi mengejarnya kurang.
Komentar soal regenerasi yang lambat?
Kesenjangan pasti ada. Kita juga tak bisa berharap pada Taufik Hidayat terus. Sony Dwi Kuncoro dan Simon Santoso apa betul mentok kemampuannya? Apa mereka sudah maksimal latihan?
Soal regenerasi, sistem yang harus diperbaiki. Sekarang harus ada kerja sama dengan pemerintah untuk lebih memassalkan bulutangkis mulai dari sekolah. Kalau bisa, klub menerima pemain yang setengah jadi. Kita tak bisa terus mengharap klub memproduksi pemain dari nol.
Peluang Indonesia untuk meraih emas Olimpiade 2008?
Masih ada waktu sekitar tiga bulan. Kalau mau serius memperbaiki diri tentu peluang tetap ada. Kita bukannya sengaja mau mencari kelemahan saja. Tapi, kelemahan yang ada hendaknya diperbaiki supaya Indonesia tetap bisa berprestasi.
Jangan sampai pemain merasa pesimistis. Sekarang tinggal melihat kesungguhan dari pemain, mau atau tidak mereka berlatih keras untuk meraih prestasi? (Erwin Fitriansyah)
Thursday, May 29, 2008
5 Mitos Menyesatkan Soal Makanan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment