Friday, May 2, 2008

Seni Berkomunikasi dengan Pasangan




Ada banyak faktor yang menjadikan sebuah keluarga dapat mencapai bahagia, harmonis dan langgeng. Di antaranya adalah landasan agama yang kokoh, kesamaan latar belakang, kesetaraan, kepercayaan, saling pengertian, cinta dan komunikasi yang berjalan baik. Dari sekian faktor ini, komunikasi menjadi faktor yang kurang diperhatikan oleh pasangan suami istri.
Merasa sudah satu agama, setara, sama, cocok dan percaya seolah-olah semua urusan rumah tangga akan beres. Padahal, banyak pasangan gagal meneruskan bahtera ruamah tangga mereka karena kurang peduli dengan urusan komunikasi.

Sesungguhnya komunikasi menghiasi semua kehidupan manusia. Komunikasi adalah kebutuhan. Dalam kehidupan keluarga, komunikasi dapat menjadikan hubungan pasangan suami isteri bertambah harmonis. Inilah komunikasi yang dijadikan sebagai seni untuk mempengaruhi orang lain, termasuk seni untuk membahagiakan pasangan. Komunikasi yang tidak diolah dengan baik bahkan dapat memunculkan kesalahpahaman.

Komunikasi Kunci Keharmonisan

Salah satu kunci keharmonisan rumah tangga Islam adalah komunikasi dan dialog yang intensif dan sehat antara suami istri. Pada saat ini tidak jarang terjadi adanya sumbatan komunikasi diantara pasangan suami istri. Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hal itu, misalnya kesibukan kerja, terlampau letih dan lain-lain. Bahkan karena begitu sibuk dan letihnya, ada pasangan bertatap mukapun tidak sempat. Sebagai akibatnya, tentu saja mereka tidak memiliki kesempatan untuk melakukan komunikasi satu dengan lainnya.

Komunikasi yang hambar biasanya mengakibatkan hubungan kemesraan menjadi berkurang. Bahkan tidak jarang menimbulkan ketegangan dan terjadilah perselisihan, Kalau sudah begini suami istri akan mengalami penderitaan. Sangat disayangkan apabila hubungan yang hambar ini terjadi pada keluarga yang dibangun dalam rangka beribadah kepadaNYA. Diperlukan pengertian yang mendalam dari kedua pasangan agara komunikasi dapat berjalan secara kontinyu.

Dalam tangga yang harmonis memberi dampak yang sangat banyak antara lain:

1. Membahagiakan pasangan suami istri, karena keduanya akan semakin menyadari fungsi dan peranan rumah tangga dalam ibadah kepadaNYA.

2. Memungkinkan kedua suami isteri mendidik anak secara lebih konsentrasi. Sebab kerukunan kedua orang tua merupakan modal utama bagi pembentukan generasi yang kuat.

3. Melahirkan produktiftas keluarga yang sangat menguntungkan. Usaha keluarga yang sukses biasanya tumbuh dari rumah tangga yang harmonis.

4. Merupakan syarat utama dalam membentuk keluarga yang berorientasi kepada upaya pendekatan kepada Yang Maha Kuasa.

5. Menjadi pendorong pasangan suami istri untuk meningkatkan peranannya di tengah-tengah masyarakat.

Teknik Memahami Komunikasi Pasangan

1. Kenalilah lebih dahulu pasangan hidup kita. Hal ini sangat penting, agar tumbuh suatu ikatan hati yang sinergis. Apa yang anda inginkan dari pasangan Anda? Bagaimana perasaan anda terhadap anda. Apa yang diinginkan pasangan anda terhadap anda.

2. Sampaikan segala sesuatunya secara terbuka, jangan ada lagi yang disembunyikan. Karena suami istri dalam pandanganNYA adalah sepasang manusia yang diberi amanah kehidupan dan kelak akan diminta pertanggung jawaban kelak.

3. Berusaha untuk tidak mengeluarkan kata-kata yang menyinggung apalagi menyakiti pasangan. Menyakiti pasangan sama dengan anda menyakiti diri sendiri.

4. Berkomunikasi lebih banyak dikendalikan oleh suasana emosi. Oleh karena itu perhatikan baik-baik bagaimana emosi anda dan pasangan ketika hendak berkomunikasi.

Tips Berkomunikasi Efektif dengan Pasangan

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pasangan suami istri ketika berkomunikasi agar komunikasi dapat berjalan efektif :


* Pada saat ada gagasan yang ingin disampaikan sadarilah pada saat itu kita adalah subyek atau sumber dan pasangan kita adalah obyek atau penerima.
* Sebagai sumber (subyek), apakah pesan/gagasan yang akan disampaikan dapat dimengerti oleh pasangan kita. Jangan-jangan apa yang kita maksud tidak dapat diterima dengan baik. Inilah pentingnya mengurai secara baik dengan seni berbahasa, berempati, dan mengerti keadaan pasangan. Seni ini juga mencakup mengatur intonasi suara, mungkin juga sambil menatap lekat-lekat wajah pasangan.
* Seringkali apa yang sudah disampaikan, sekalipun telah dimengerti, tidak diterima pasangan kita dengan lapang hati, karena disampaikan sambil lalu atau dengan membelakangi pasangan. Akhirnya komunikasi menjadi gagal hanya karena pasangan merasa tidak dihargai.
* Perhatikan reaksi pasangan kita. Reaksi pasangan merupakan indikasi apakah kita telah berhasil menyampaikan pesan dengan baik. Raut wajah yang sedih atau bibir yang tersenyum simpul adalah sebuah reaksi meski tidak ada kata-kata yang keluar dari lisan pasangan. Banyak pasangan tidak memahami dengan baik tentang reaksi ini. Misalnya ketika suami mengajak bicara isterinya, ternyata sang istri diam saja. Karena diam saja suami beranggapan isterinya setuju, padahal mungkin saja si isteri tidak setuju dan sedang berfikir kalimat apa yang pantas disampaikan kepada suaminya. (dari berbagai sumber)


A different May Day

http://weekly. ahram.org. eg/2008/895/ fe1.htm

1 - 7 May 2008
Issue No. 895
Published in Cairo by AL-AHRAM established in 1875

A different May Day
Workers in the industrial town of Mahala Al-Kubra have cause to celebrate, writes Faiza Rady
Click to view caption
Prime Minister Ahmed Nazif with Minister of Labour Aisha Abdel-Hadi visiting Mahala workers last month following unrest at the industrial Delta town; Nasser visiting a factory on May Day during the 1960s; a textile factory in the 1930s; and industrial action at Mahala last year

"Over the past two years the struggles of Egyptian workers have changed the country's political map. For the first time in more than five decades the government will really have to address workers' demands on May Day rather than pay the customary lip service to Egypt's 'honourable workforce'", says Mohamed Al-Attar, a strike leader and veteran worker at the Misr Spinning and Weaving Company in the northern industrial city of Mahala Al-Kubra where nearly a quarter of all public sector textile and clothing workers are employed.

On Sunday 6 April, the date of the national strike called in protest against poverty, low wages and spiralling food prices, street demonstrations in Mahala were violently repressed by state security forces.

"The Mahala people were demonstrating peacefully," says Misr labour leader Faysal Nakousha. "In fact, it was women and young people who started marching and chanting slogans. State security attempted to stop them. They beat one woman and pushed her to the ground, the youths fought back and street battles ensued that escalated into riots over the course of the next two days."

In an attempt to calm the situation, Prime Minister Ahmed Nazif, Minister of Labour and Immigration Aisha Abdel-Hadi, Minister of Investment Mahmoud Mohieddin, Minister of Health Hatem El-Gabali and head of the General Federation of Egyptian Trade Unions (GFETU) Hussein Mugawer visited the Misr plant, pledging to increase the workers' wages and improve the town's crumbling infrastructure.

Though the Misr workers initiated the 6 April strike -- the 6 April coalition was formed in solidarity with their planned action -- the workers pulled out when the holding company announced a day before the strike that they would honour earlier promises to increase salaries.

"Though we had already called off the strike, the cabinet ministers came to address us because Misr Spinning and Weaving Company is the largest plant in Mahala and they know this is a workers' town," says El-Attar.

Mahala, a town of 1.5 million people, is home to 250,000 textile and garment workers. Each worker, on average, supports a family of five, which means that 90 per cent of the town's population relies directly on the textile factories for their livelihood. "It's the workers, and only the workers, who move things here," notes El-Attar.

The Misr Company is the largest textile enterprise in Egypt. It employs 27,000 workers, a labour force that has developed a reputation for militancy. "It is also an emblem of Egyptian economic nationalism since it was established by Bank Misr under the leadership of Talaat Harb in 1928," says labour historian Joel Beinin.

The December 2006 Misr workers' strike over unpaid bonuses initiated, and set the tone, for the unprecedented wave of strikes that have rocked the country since. The Egyptian daily Al-Masry Al-Yom reported 222 industrial actions in 2006, a figure that more than doubled to 580 in 2007. "Estimates of the number of workers involved range from 300,000 to 500,000," says Beinin.

Since 2006 the strikes have affected the transport and textile sectors, among others, with blue collar workers including railway and subway employees, textile industry workers, ready made garment workers and garbage collectors all taking action. Their lead has been followed by professionals and white collar workers. University professors and physicians have threatened nationwide work stoppages. The largest collective action so far involved some 55,000 property tax collectors who staged a dramatic sit-in for higher wages in front of the headquarters of the Council of Ministers in December 2007.

"The actions of Egyptian workers are motivated by dire poverty and untenable living conditions," says El-Attar. "The straw that eventually broke the camel's back is the soaring price of staple foods."

The Central Agency for Public Mobilisation and Statistics reports an inflation rate of 16 per cent for March, up from 12 per cent in February. But as economist Ahmed El-Naggar points out, the aggregate figures mask the price hikes faced by the poor. The bulk of their income goes on basic foodstuffs which have recorded some of the highest price increases.

El-Naggar dismisses the current minimum wage of LE300 for university graduates, LE275 for technical school graduates and LE250 for unskilled labour as "ridiculous" .

"An average worker's entire monthly salary would buy only six kilos of meat. In 1970, it would have bought 37 kilos," he explains.

Nader Fergani, editor of the Global Human Development Report, agrees. "Between December 2007 and March 2008, the price of food stuffs rose by 100 per cent," says Fergani. In 2007 alone the price of tea rose by 50 per cent, flour by 84 per cent, noodles by 150 per cent and lentils by 100 per cent.

The UN World Food Programme categorises Egypt as a low-income, food-deficit country with high levels of food insecurity and malnutrition. Twenty per cent of the population, almost 14.2 million people, live below the line set for extreme poverty, i.e. on less than $1 a day.

In addition to these, says Fergani, "tens of millions of others live below the global poverty level set by the International Monetary Fund at $2 per day".

"The minimum monthly income for an average family of five should be LE1,650, yet 75 per cent of Egyptian families make less than that."

The monthly minimum wage demanded by the state- controlled General Federation of Egyptian Trade Unions (GFETU) is LE800, which falls short of IMF requirements and will ensure that the bulk of Egypt's workers continue to exist well below the internationally defined poverty line.

It is against this backdrop that workers are waging their struggle. In March 2007, 14,000 Misr plant workers signed a petition to impeach their local union committee, denouncing the GFETU as an arm of the government. One measure of the workers' success is that they established their own local committee, which the GFETU now recognises as a negotiating partner.

"We forced the GFETU to address us as the legitimate representative of the plant's workers," says El-Attar. "This is why, this May Day, we feel both free and empowered.



Refleksi: Penyelidikan Dr Gazdzinski ini tentunya berdasarkan samples di USA, tetapi kalau diselidiki di Indonesia mungkin sekali hasil penemuannya berbeda. Observasi di Indonesia menunjukkan gejala utama dari kemakmuran bin sejahtera dan tidak berkekurangan gizi adalah gemuk. Buktinya lihat saja bentuk badan para petinggi partai politik dan petinggi NKRI dibandingkan dengan rakyat biasa yang dianugerahi kekurangan gizi atau yang harus antre beli minyak goreng dsb.

Waktu sebelum mendapat kedudukan, para petinggi berbadan biasa, tetapi setelah mendapat kedudukan empuk dengan gaji setinggi langit, mereka menjadi gemuk. Kalau mereka cepat menua itu tanda Illahi bahwa kekayaan para petinggi telah bermamak biak sebagaimana mestinya sesuai rahmat berkat yang dianugerahkanNya..

http://www.antara. co.id:80/ arc/2008/ 4/30/orang- gemuk-kemungkina n-lebih-cepat- menua/


30/04/08 09:52
Orang Gemuk Kemungkinan Lebih Cepat Menua


New York, (ANTARA News) - Orang setengah baya yang kelebihan berat badan atau gemuk, makin sedikit memiliki kadar zat-zat kimia penanda fungsi dan kesehatan otak, ungkap suatu penelitian baru berteknologi tinggi dengan pemindai otak sebagaimana dilaporkan Reuters Health.

Temuan itu menduga bahwa kelebihan lemak tubuh dapat mempercepat proses penuaan otak sehingga menimbulkan resiko lebih besar terkena penyakit-penyakit otak yang berkaitan dengan usia tua, misalnya Alzheimer, kata Dr Dr. Stefan Gazdzinski dan para koleganya dari San Francisco VA Medical Center. Para peneliti itu memperhatikan pemindaian otak dengan magnetic resonance imaging (MRI) terhadap 50 laki-laki maupun perempuan paruh baya yang sehat.

Mereka mengukur jumlah berbagai zat kimia pada otak bercitra putih dan abu-abu. Bagian abu-abu terdiri dari badan-badan sel syaraf sedangkan bagian putih adalah hasil dari hubungan-hubungan antara sel-sel syaraf.
Lima dari partisipan penelitian itu tergolong gemuk, 15 lainnya punya berat badan berlebih dan 30 punya berat badan normal.
Semakin tinggi indeks massa tubuh (BMI) berarti semakin rendah konsentrasi N-acetyl-aspartate (NAA) di daerah frontal, temporal dan parietal otak.

BMI adalah rasio tinggi badan terhadap berat tubuh sedangkan NAA adalah zat kimia otak yang berguna untuk beberapa fungsi serta menjadi penanda kesehatan otak secara keseluruhan. Orang yang tubuhnya lebih berat juga makin sedikit memiliki NAA di bagian frontal abu-abu serta makin sedikit memiliki konsentrasi kolin-pembawa metabolit di bagian frontal putih pada otak. Zat tersebut adalah kunci pembentukan membran sel.

Hubungan terkuat antara BMI dan zat kimia otak terlihat pada bagian putih daerah frontal. Para peneliti menyakini bagian itu secara khusus rawan mengalami kerusakan akibat usia tua.Terdapat kemungkinan bahwa badan yang terlalu berat mempercepat penuaan otak, atau kelebihan berat badan dan kegemukan saat kanak-kanak mempengaruhi perkembangan otak, kata para peneliti tersebut.
Mereka mengakui bahwa data tersebut belum memastikan apakah abnormalitas otak hanya ada punya hubungan dengan lemak tubuh atau juga terkait masalah kesehatan lainnya seperti gizi dan jarang gerak.*

KEBIJAKAN NEOLIBERAL LIMA PRESIDEN INDONESIA

Satu hal yang pasti, ada solusi dan pencerahan yang ditawarkan sang penulis kepada kita dengan cara memberi gambaran apa adanya tentang Tanah Air tercinta. Setidaknya agar muncul ide-ide kreatif untuk menyelesaikannya.
(Epung Saepudin, Media Indonesia, 29-3-2008)


Sudah lima presiden memimpin Indonesia. Tidak satu pun yang mampu mengantarkan negeri ini bermartabat baik secara ekonomi maupun politik. Setiap presiden, dalam pandangan penulis buku Catatan Hitam Lima Presiden Indonesia, selalu saja tunduk pada mekanisme Washington. Konsensus yang dikomandoi IMF yang berwatak neoli-beral. Akibatnya, setiap kebijakan yang ada selalu meminggirkan masyarakat yang justru telah memilihnya. Itulah potret sesungguhnya dari karakter presiden di Indonesia terutama Soeharto yang telah memimpin Indonesia selama 32 tahun lamanya.

Saat membaca buku ini, terasa ada kegelisahan yang mendalam tentang peranan dan ketangguhan negara serta korporasi dalam menghadapi gejolak krisis baik pada tahap awal maupun pascakrisis. Berpijak dari keadaan itu buku ini memetakan analisis mengapa Indonesia gagal tinggal landas setelah 32 tahun Orde Baru. Berbagai kelemahan struktural dan penyimpangan prioritas masa Orde Baru dianalisis dengan tajam dan menarik secara jumalistik.

Penulis memotret semua perkembangan yang terjadi di Indonesia dalam kurun 1997-2007. Menurut penulis buku, di tengah pertumbuhan ekonomi yang lumayan semasa Orde Baru, rupanya berbagai ketimpangan dan kerawanan di bidang ekonomi maupun sosial terjadi. Implikasinya polarisasi Indonesia begitu terasa.

Transisi Indonesia

Transisi dari sistem otoriter ke sistem demokrasi sesungguhnya tidak membawa manfaat pada kemajuan negara maupun kesejahteraan rakyat. Lihat, proses pemilu maupun' pilkada diwarnai dan didominasi oleh politik uang. Menurut penulis, jika kecenderungan ini terus berlanjut, akan muncul pertanyaan, apakah demokrasi ada manfaatnya untuk rakyat kebanyakan? Seperti yang dikatakan penulis buku, matinya ideologi dalam proses politik Indonesia merupakan salah satu penyebab utama dari komersialisasi dan dominasi politik uang dalam proses demokrasi di Indonesia
.
Dalam kondisi dominasi pragmatisme dan politik uang yang begitu terasa, Indonesia sangat mudah sekali dipengaruhi oleh pandangan ekonomi ortodoks dan neoliberal yang mengecilkan peranan negara dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Negara hanya memperjuangkan kepentingan elite, sedangkan rakyat dilepaskan kepada belas kasihan mekanisme pasar. Misalnya, berbagai subsidi di dalam bidang pendidikan dan kesehatan dihapuskan tanpa melihat perbedaan kemampuan ekonomis dari masyarakat. Padahal, di negara kapitalistik sekalipun, seperti di Eropa, tetap ada subsidi maupun bantuan keuangan di bidang pendidikan dan kesehatan untuk masyarakat yang tidak mampu.

Penulis mengajukan pertanyaan penting, mengapa Indonesia batal tinggal landas ? Pada 1967, negara-negara utama di Asia nyaris memiliki posisi yang hampir sama secara sosial dan ekonomi. Pada waktu itu, GNP per kapita Indonesia, Malaysia, Thailand, Taiwan, dan China nyaris sama yaitu kurang dari US$100 per kapita. Setelah lebih dari 40 tahun, GNP per kapita negara-negara tersebut pada 2004, Indonesia mencapai sekitar US$ 1.100, Malaysia US$4.520, Korea Selatan US$14.000, Thailand US$2.490, Taiwan US$14.590, dan China US$1.500.

Mafia Berkeley

Kekuasaan dan peranan Mafia Berkeley nyaris 40 tahun di Indonesia tidak mampu meningkatkan kesejahteraan dan mewariskan potensi sebagai salah satu negara gagal (failed state) di Asia. Penulis menunjukkan penyebab situasi tersebut adalah kebijakan Orde Baru dalam bidang ekonomi Indonesia terutama didukung oleh eksploitasi sumber daya alam (minyak bumi, hutan) dan peningkatan pinjaman luar negeri. Sementara itu, kemajuan ekonomi negara Asia Timur dan Tenggara lainnya terutama didukung oleh industrialisasi, ekspor, peningkatan produktivitas, dan daya saing nasional Secara keseluruhan, Mafia Berkeley telah gagal membawa Indonesia menjadi negara yang sejahtera dan besar di Asia. Satu hal yang pasti, ada solusi dan pencerahan yang ditawarkan sang penulis kepada kita dengan cara memberi gambaran apa adanya tentang Tanah Air tercinta. Setidaknya agar muncul ide-ide kreatif untuk menyelesaikannya.

Walaupun didukung rezim otoriter selama nyaris 40 tahun. Selain ketinggalan dari segi pendapatan per kapita, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki distribusi pendapatan paling timpang, stok utang paling besar, dan memiliki landasan struktural dan industri yang sangat rapuh. Di bawah pengaruh dan kekuasaan Mafia Berkeley, utang yang besar dan habisnya kekayaan alam hutan yang rusak ternyata hanya menghasilkan pendapatan per kapita sekitar US$1.100 dan pemenuhan kebutuhan dasar sangat minimum serta ketergantungan mental maupun finansial terhadap utang luar negeri.

Kegagalan itu terjadi karena strategi dan kebijakan ekonomi politik akan selalu menempatkan Indonesia sebagai subordinasi alias kepanjangan tangan dari kepentingan global. Padahal tidak ada negara menengah yang berhasil meningkatkan kesejahteraannya dengan mengikuti model Washington Konsensus yang digawangi IMF. Situasi tersebut juga diperparah dengan tidak adanya perubahan dalam arah kepemimpinan nasional di tingkatan presiden. Semua presiden yang ada masih tunduk pada kepentingan pasar yang bercorak neoliberal.

Presiden pascareformasi

Strategi pemulihan ekonomi yang diterapkan pemerintahan Indonesia pasca Soeharto sampai Susilo Bambang Yudhoyono semuanya merupakan strategi yang mengorbankan kelompok masyarakat yang lebih luas demi kepentingan segelintir orang atau kelompok yang lebih kecil, tapi menguasai perekonomian Indonesia. Berbagai kebijakan memang terdengar asing bagi masyarakat awam, namun merekalah yang paling terkena imbasnya dengan pemotongan tingkat kesejahteraan orang miskin melalui pengurangan subsidi, pengurangan nilai upah ril, penghancuran nilai tukar petani dan nelayan, serta penghapusan banyak kondisi kerja yang menguntungkan buruh. Sementara itu, untuk kelompok yang lebih kecil tersebut, kita dapati pemerintah membayari utang mereka, bahkan sampai pada tahap write¬off (penghapusan utang) dan R&D (release and discharge, pengampunan utang), masih ditambah adanya pemberian fasilitas pemotongan pajak dan to holiday. Sebuah ketidakadilan diperlihatkan secara nyata oleh pemerintah.

Buku ini merupakan hasil penelusuran jurnalistik selama 10 tahun sekaligus analisis kitis yang komprehensif mengenai setiap peristiwa yang berlangsung selama itu. Buku ini memang tidak meny ajikan sesuatu yang manis tentang republik. Buku setebal 442 halaman ini juga tentu tidak ditujukan untuk menyenangkan setiap orang seperti cerita pengantar tidur. Di dalamnya memuat rekaman hitam bersejarah yang boleh jadi belum pernah terungkap di media. Catatan yang tajam dan paling komprehensif yang membedah kegagalan demi kegagalan presiden kita dalam membawa Indonesia tinggal landas. Satu hal yang pasti, ada solusi dan pencerahan yang ditawarkan sang penulis kepada kita dengan cara memberi gambaran apa adanya tentang Tanah Air tercinta. Setidaknya agar munculide-ide kreatif untuk menyelesaikannya.


Epung Saepudin,
pustakawan Pustaka Transformasi Jakarta






Michael Dickhaeuser
dari Swiss


Latihan pun Dijual

Dalam waktu kurang dari lima pekan, bola pertama Euro 2008 akan dimainkan di Basel pada partai pembukaan antara Swiss dan Rep. Ceska. Pesta sepakbola datang ke negeri cokelat dan arloji.

Waktu sudah mengubah semuanya. Pada 1954, Piala Dunia juga digelar di Swiss. Saat itu suporter tidak punya uang untuk berangkat mendukung timnya, harga tiket masih murah, dan sports marketing belum ditemukan.

Lima puluh empat tahun berselang, Swiss menggelar sebuah turnamen dengan tingkat peredaran uang begitu tinggi. UEFA menargetkan keuntungan terbesar sepanjang sejarah, yang otomatis akan membuat semua menjadi mahal.

Sekarang suporter tak bisa membeli karcis di ticket box lagi. Mereka harus mendaftarkan diri di UEFA. Jika beruntung, mereka hanya mendapatkan maksimal empat tiket untuk satu partai. Harganya bervariasi, dari 80 sampai 800 franc (725 ribu-7,25 juta rupiah), tergantung kelas partainya.

Sekitar 1,2 juta tiket beredar di pasar--80% di antaranya di pasar bebas. Ada kalanya orang yang sudah mendapatkan tiket dari UEFA ternyata tidak mau menonton partai yang sesuai dengan tiketnya. Dia kemudian menjual tiket itu di internet dengan harga gila-gilaan, antara 400 sampai 1.000 franc! Pasar ini ternyata berjalan mulus.

Sumbangan Bank

Untungnya fan tidak perlu menghabiskan tabungan masa tuanya untuk membeli tiket dengan harga di atas. Mereka berkesempatan menonton pertandingan di televisi layar lebar yang terdapat di hampir semua kota besar di Swiss. Anda tetap harus membayar, tapi dengan harga murah Anda sudah mendapatkan tempat duduk di arena istimewa.

UBS (bank terbesar Swiss) membangun 16 UBS-Arena di kota-kota yang berbeda. Mereka menawarkan 1.000-1.200 tempat duduk berharga 11-16 franc. Di sini juga tersedia 3.000-9.000 tempat menonton berdiri yang gratis. Layar yang ada berukuran 37 sampai 53 meter persegi.

Apabila menonton lewat layar kaca tidak memuaskan, ada cara lain yang membuat Anda bisa menyaksikan aksi tim favorit secara langsung. Biaya yang dibutuhkan untuk cara alternatif ini hanya 25% dari harga tiket normal.

Yang Anda saksikan bukan pertandingan, melainkan hanya sesi latihan. Beberapa tim menawarkan tiket menonton latihan mereka. Contohnya salah satu tim yang difavoritkan menjadi juara, Portugal. Mereka akan menetap di kota Neuchatel dan berlatih dua kali sehari di Stadion Maladiere.

Suporter bisa menonton sesi latihan Portugal, tapi tidak gratis. Mereka harus membayar 20 franc (sekitar 180 ribu rupiah) per kepala untuk menyaksikan Cristiano Ronaldo mempersiapkan strategi. Hebatnya, sebanyak 20.000 tiket yang tersedia ternyata ludes terjual hanya dalam hitungan jam.

Co-Host Diragukan

Sepanjang sejarah Piala Eropa, belum pernah ada tuan rumah gagal lolos ke fase knock-out. Belgia memang gagal lolos ke perempatfinal Euro 2000. Namun, prestasi buruk mereka ditebus negara tetangga sesama tuan rumah, Belanda.

Catatan bagus para tuan rumah Piala Eropa mungkin akan berubah pada turnamen tahun ini. Co-host Austria dan Swiss sama-sama diragukan bisa melewati fase grup.

Faktanya dua tim ini memang bukan tim papan atas Eropa. Rekor penampilan mereka di putaran final Piala Eropa sangat minim. Sebelum Euro 2008, Swiss baru dua kali bermain di putaran final. Austria malah belum pernah lolos.

Catatan tersebut diperburuk dengan persiapan dua co-host ini. Mereka tidak melalui kualifikasi sehingga tak merasakan aroma kompetisi. Hanya melewati partai-partai uji coba, hasil yang didapatkan Austria-Swiss juga mengecewakan.

Austria hanya bisa meraih enam kemenangan dalam 20 pertandingan. Rekor Swiss sedikit lebih baik. Mereka menang tujuh kali dalam 17 partai uji coba. Namun, dalam empat pertandingan terakhir, Schweiz selalu mengalami kekalahan. Mereka juga hanya mampu membukukan satu gol.

Wajar dalam jajak pendapat di situs UEFA.com, Austria dan Swiss diperkirakan tidak akan lolos dari fase grup dan meraih tak tiket ke perempatfinal. Oleh sejumlah rumah taruhan, dua tim ini malah diprediksi hanya menjadi juru kunci grup. (wid)

21st Century....
Love more Humor? Click to join this group

Our communication - Wireless

Our dress - Topless

Our telephone - Cordless

Our cooking - Fireless

Our youth - Jobless

Our food - Fatless

Our labour - Effortless

Our conduct - Worthless

Our relation - Loveless

Our attitude - Careless

Our feelings - Heartless

Our politics - Shameless

Our education - Valueless

Our follies - Countless

Our arguments - Baseless

Our Job - Thankless

Our Boss - Brainless

Our Salary - Very less


Man. United vs Barcelona 1-0
Kaki Bernilai 71 Miliar

Bukan Cristiano Ronaldo yang menentukan Manchester United maju ke final Liga Champion, melainkan Paul Scholes. Buat United, pada Selasa (29/4), kaki gelandang veteran itu bernilai lebih dari 71 miliar rupiah.

Kaki kanan Scholes membuat United menang 1-0 atas Barcelona. Tembakan gelandang berusia 33 tahun itu dari jarak 25 meter pada menit ke-14, memanfaatkan kesalahan Gianluca Zambrotta melepas bola liar yang ia kuasai, membedakan Red Devils dengan Azulgrana setelah kedua tim ber¬main 0-0 di Camp Nou pekan lalu.

Tiga belas menit sebelum mencetak gol, kaki Scholes juga memegang peran penting dalam duel di Old Trafford. Saat pertandingan baru dimulai, bintang Barcelona, Lionel Messi, melaju di sisi kanan pertahanan United. Tinggal selangkah masuk kotak penalti, Scholes menekel kaki pemain asal Argentina itu.

Bukan tak sportif. Kejadian demikian biasa terjadi dalam sepakbola, di mana pemain sering kalah cepat untuk menghentikan lawan pada sebuah duel. Jika Scholes tidak cepat bertindak, bisa saja Messi dilanggar di kotak penalti atau terlepas dan membahayakan gawang Edwin van der Sar. Pada episode ini pengalaman Scholes berbicara.

Scholes sudah lebih dari 14 tahun berada di United. Menurut situs Football Finance, ia memperoleh gaji 81.795 pound (1,4 miliar rupiah) setiap pekan. Dalam satu tahun, kemampuan Scholes dihargai 3,9 juta (71 miliar rupiah). Di United, gaji Scholes ada di bawah Ronaldo, Wayne Rooney, Rio Ferdinand, Louis Saha, dan Ryan Giggs.

“Gol yang fantastis. Dia ber¬usia 33 tahun dan saya tak berharap dia mencetak 10-15 gol dalam satu musim seperti saat dia masih muda, tapi malam ini dia mencetak satu untuk kami,” kata manajer United, Sir Alex Ferguson, seperti dikutip AFP. “Dia salah satu pemain besar yang ada di klub ini,” puji manajer Setan Merah sejak 1986 itu.

Ferguson menjanjikan satu tempat di daftar starter United pada laga final untuk Scholes. Jika eks pemain tim nasional Inggris itu fit, partai di Moskow pada 21 Mei akan menjadi final Liga Champion pertama untuknya. Pada 1999, ia absen karena terkena hukuman akumulasi kartu.

Pada era Ferguson, United baru sekali bermain di final. Red Devils juara setelah mengalahkan Bayern Muenchen 2-1. Jadi, apa yang dilakukan Scholes di Old Trafford sangat berharga bagi klub. Hal itu jauh lebih bernilai dari uang 71 miliar rupiah yang dikeluarkan United dalam satu tahun untuk si gelandang.

Pada Liga Champion tahun lalu, tim yang kalah di final (Liverpool) memperoleh 4 juta euro (57 miliar rupiah), sedangkan juara (Milan) mendapat 7 juta (100 miliar rupiah).

Lebih Dominan

Selasa lalu, permainan United sebenarnya tidak hebat. Pasukan Ferguson lebih banyak menunggu. Setan Merah tampak ingin mengandalkan kecepatan Ronaldo, Nani, dan Carlos Tevez untuk menciptakan serangan balik mematikan.

United lebih banyak bertahan karena filosofi permainan Barcelona, yakni banyak menguasai bola. Azulgrana memang lebih dominan. Namun, apa gunanya penguasaan bola jika tidak dapat mencetak gol? Hal itu yang dialami pasukan Frank Rijkaard di Old Trafford.

Aneh Rijkaard terlambat me¬¬mainkan dua pemain yang sebenarnya sangat mengenal pertahanan tim-tim Inggris. Thierry Henry (eks Arsenal) baru dimainkan pada menit 61. Eidur Gudjohnsen (eks Chelsea) hanya beberapa menit sebelum laga selesai.

Kegagalan Messi dkk. menjebol gawang Van der Sar tak lepas dari pertahanan nyaris sempurna yang ditampilkan United. Ferdinand dkk. begitu disiplin mengawal area pertahanan dan menutup ruang tembak lawan. (Riemantono)

Perang Saudara Ketiga

Inggris akhirnya dapat menyamai pencapaian Spanyol dan Italia. Musim ini, final Liga Champion mempertemukan dua klub dari Negeri Pangeran Charles. Sebelumnya Negeri Matador dan Negeri Spageti mampu menciptakan perang saudara di final.

Spanyol yang pertama kali melakukannya. Pada musim 1999/00 Real Madrid menciptakan all-Spanish final setelah mengalahkan Bayern Muenchen babak sebelumnya. Semifinal lain mempertemukan Valencia dan Barcelona yang dimenangkan klub pertama. El Real juara setelah memukul Valencia 3-0 di Stade de France, Saint-Denis.

Tiga musim kemudian terjadi final sesama Italia. All-Italian final terjadi setelah Juventus menyingkirkan Madrid. Pada semifinal lain Milan mengatasi Inter. I Rossoneri menjadi kampiun setelah menang adu penalti dalam final yang dimainkan di Old Trafford, Manchester.

Final yang melibatkan klub dari negara yang sama selalu terjadi setelah negara itu memiliki tiga wakil di babak semifinal. Sebelum musim ini, Inggris melakukan itu pada tahun lalu. Saat itu, Milan mampu mengatasi kepungan tiga klub Premier League.

Dua wakil Inggris di final juga memastikan negara tersebut menyamakan prestasi Spanyol dan Italia dalam jumlah menjuarai Liga Champion. Klub-klub Spanyol dan Italia 11 kali menjadi kampiun.

Meski musim ini ada dua klub Inggris di final, Italia masih teratas dalam kategori paling banyak tampil di laga puncak. Klub-klub Serie A 25 kali main di final. Spanyol di posisi kedua dengan 20 penampilan, sedangkan Inggris 14 kali, tak termasuk musim ini. (man)

No comments: