Thursday, June 12, 2008

"KEBIJAKSANAAN"





Seorang Gubernur mengundurkan diri dari jabatan tingginya dan datang kepada Sang Guru, minta pengajaran.

" Ajaran apa yang Saudara inginkan dari saya?" tanya Sang Guru.

"Kebijaksanaan, " jawabnya

"Ah, Sahabatku! Betapa senangnya saya mengajarkan itu kalau saja tidak satu rintangan yang besar."

"Apa?"

"Kebijaksanaan itu tidak dapat diajarkan."

"Kalau begitu, tak ada sesuatu pun yang dapat saya pelajari disini."

"Kebijaksanaan dapat dipelajari, tetapi tidak dapat diajarkan."
I missed my day, completely today
But I would not , tomorrow
For the days are mine, world is mine
All the life is totally mine

I missed my fortune, all way today
But I would not, tomorrow
For luck can't be bad everyday
leaving just pains totally my way

I missed my path, totally today
But I would not, tomorrow
For I would reach back the right way
Making my path clear by today

I missed my soul,somewhere today
But I would not, tomorrow
For I would start my life afresh
Fragrancing my soul in every possible way

I missed my everything, only today
But I would surely not,tomorrow
Though tomorrow might not be my day
My little hope lets me live my life this way..


Smile at a stranger

Listen to someone’s heart

Drop a coin where a child can find it

Learn something new,& teach it to some one else

Tell someone you’re thinking of them

Hug a loved one

Don’t be afraid to say “I AM SORRY”

Look a child in the eye & tell them how great they are

Don’t kill that spider in your house he is just lost, so show him the way out

Look beyond the face of a person of their heart

Make a promise and keep it

Call someone for no other reason than just to say “HI”

Show kindness to an animal

Stand up for what you believe in

Smell the rain feel the breeze listen to the wind enjoy the sun

Use all your senses to their fullest

Cherish all you’re TODAYS!!



ANTARA DOA DAN MANTRA

Akhir-akhir ini aku memang sedang sibuk sekali. Bahkan
sangat sibuk. Aku harus mengatur seluruh jadwalku karena kalau
tidak, sudah pasti akan ada kegiatan yang tidak bisa aku laksanakan.
Pada saat-saat sibuk seperti itu, saat-saat aku merasa tidak punya
waktu luang yang lebih banyak, aku sering meneriakkan kalimat untuk
diriku sendiri. Kalimatnya begini, "Sesuatu yang besar dicapai
dengan usaha keras dan pengorbanan! "
Setelah berteriak dalam hati dengan kalimat tersebut, ada
perasaan bahwa semangatku bertambah, optimismeku dalam menjalani
seluruh kegiatan yang sangat padat ini meningkat.
Kadang saat menyetir ketika menuju kepada sebuah meeting dengan
klien training, kadang saat mengendara motor karena aku harus
memburu waktu untuk negosiasi, juga pada saat aku harus menjalankan
jadwal terbangku sebagai karyawan sebuah maskapai penerbangan.
Hampir setiap jam.
Hampir setiap hari.
Hampir setiap aku melangkah keluar dalam kegiatanku.
Selalu kuteriakkan kalimat 'sakti' tersebut.
Ya, kalimat sakti yang mungkin sudah menjadi sebuah 'doa'
bagiku. Atau istilah yang lebih populer lagi adalah sudah menjadi
mantra untuk diriku. Doa, mantra atau kalimat sakti bagiku sama
saja, esensinya sama.
Banyak yang masih tidak mau terima ketika aku bilang bahwa
aku punya doa yang mujarab untuk menambah motivasi dan optimisme.
Tetapi banyak yang tidak menolak ketika aku bilang bahwa aku punya
mantra untuk menambah motivasi dan optimisme. Padahal kalimatnya
sama, ya itu-itu juga.
Yang ingin aku tekankan di sini bukanlah doa atau mantra itu
apa. Tetapi pengaruh sebuah kalimat yang dapat mengubah seluruh
pergerakan sel tubuh manusia.
Mengapa itu bisa terjadi?
Bagaimana membuatnya supaya itu bisa terjadi?
Darimana saya memualinya untuk membuat itu terjadi?
Tiga pertanyaan diatas itulah yang sering aku gunakan untuk
memulai segala sesuatu.
Why – mengapa?
How – bagaimana?
Where – darimana?

Bagiku,
`Mengapa' itu adalah merupakan pekerjaan bidang wilayah kesadaran
manusia yang berada di wilayah emosi. Istilah kerennya adalah
emotional quotient.
`Bagaimana' itu adalah merupakan pekerjaan bidang wilayah kesadaran
manusia yang berada di wilayah spiritual. Istilah kerennya adalah
spiritual quotient.
`Darimana' itu adalah merupakan pekerjaan bidang wilayah kesadaran
manusia yang berada di wilayah kesadaran menghadapi hambatan dan
tantangan. Istilah kerennya adalah Adversity quotient.

Sebuah kalimat atau kata adalah merupakan susunan energi
yang bisa dibaca. Maka kadang kalau kita mengucapkan kalimat atau
membaca kata kita merasakan perubahan dalam perasaan kita. Bisa
sedih, senang, marah atau berapi-api.
Mengapa?
Karena kalimat atau kata itu pada mulanya menyentuh pikiran manusia.
Di pikiran itulah segala sesuatu diproses. Pikiran mempunyai filter
untuk menyaringnya sebelum masuk ke bawah sadar manusia.
Bagaimana?
Pikiran yang terdiri dari bermilyar-milyar neuron (sel otak) adalah
sebuah jalan bercabang yang saling berhubungan antara satu neuron
dengan neuron yang lain. Ketika kalimat kita ucapkan maka terjadi
aliran listrik yang melewati neuron-neuron tersebut sehingga terjadi
loncatan listrik yang menghubungkan satu neuron dengan neuron yang
lain. Semakin kita mantap dalam mengucapkan sebuah kalimat, semakin
sering loncatan listrik terjadi dan semakin kokoh jembatan yang
tercipta antara neuron tersebut.
Darimana?
Mulailah dari membuat kalimat untuk diri sendiri yang cocok.
Versinya bisa apa saja, kalimatnya bisa apa saja. Yang terpenting
adalah merasa nyaman dengan kalimat tersebut dan tidak terjadi
pertentangan di pikiran ketika mengucapkannya.

Apapun bentuknya, sebuah motivasi dan optimisme bisa anda
temukan dalam diri anda sendiri. Bisa anda munculkan dari diri anda
sendiri.





APAKAH PILIHAN HIDUP ANDA MEMBAHAGIAKAN



Oleh: Eko Jalu Santoso, www.ekojalusantoso. com





Beberapa waktu lalu sekembalinya saya dari Surabaya , saya menggunakan taxi dalam perjalanan pulang dari Bandara Soekarno Hatta menuju rumah saya di kawasan Cibubur. Dengan ramah sopir taxi ini mempersilakan saya, menyapa saya dan menanyakan perjalanan saya. Tidak ada yang istimewa dari taxi ini, tetapi yang membuat berbeda adalah keramahan si sopir taxi ini dibandingkan dengan beberapa sopir taxi lainnya yang sering saya naiki sebelumnya. Selama perjalanan, kamipun terlibat saling pembicaraan yang akrab. Dari pembicaraan saya menangkap bahwa sopir taxi ini (namanya Sunardi) merasa cukup bahagia dan sangat menikmati pekerjaannya sebagai sopir taxi.



Begitu bersahabat dan ramahnya dia, tanpa sungkan saya mencoba menanyakan mengenai keluarganya dan penghasilannya dari menjadi sopir taxi . Dengan semangat dia menceritakan istrinya dan keempat anak-anaknya yang masih sekolah dan tinggal di Bekasi Timur. Meskipun penghasilannya termasuk pas-pasan, namun ia merasa sangat bersyukur dapat mengangsur sebuah rumah sederhana melalui KPR yang ditinggali keluarganya sekarang. Dia mengatakan kepada saya kalau sangat mensyukuri dan menikmati pekerjaannya saat ini, menikmati hidupnya, menikmati kebahagiaannya bersama keluarganya.



Saya sempat merenung sejenak dan tidak habis pikir, ketika membandingkan sopir taxi ini dengan beberapa kawan saya yang saat ini bekerja sebagai eksekutif, pengusaha, manager, general manager, direktur di beberapa perusahaan besar di Jakarta . Mereka ini bekerja di gedung perkantoran yang megah, ruangan kerja yang nyaman, memiliki penghasilan puluhan kali lipat dibandingkan sopir taxi ini setiap bulannya. Mereka tinggal di rumah real estate yang mewah, pekerjaan rumah dibantu oleh pembantu, memiliki kendaraan pribadi yang nyaman dan segala perlengkapan canggih untuk kemudahan hidupnya. Tetapi seringkali ketika bertemu mereka dan berbincang dengannya, mereka seringkali mengeluh, mengatakan tidak memiliki waktu, selalu diburu-buru oleh target dan pekerjaan. Mereka sering merasakan hidupnya tertekan, hidupnya penuh dengan kekawatiran, mengeluh stress, merasa kehabisan waktu dan tidak pernah bisa merasakan kedamaian hati.



Mereka begitu sibuknya mementingkan kariernya, mengejar kehidupan dunianya, mengejar kekayaan harta, seringkali mengabaikan kehidupan sosial dan kebutuhan makanan untuk pemenuhan kekayaan jiwanya. Meskipun sudah hidup berkecukupan, seringkali masih mengeluh kurang bahagia karena kurang bersyukur dengan apa yang sudah diraihnya selama ini.



Akhirnya saya lebih menyadari bahwa kebahagiaan hidup tidaklah semata-mata diperoleh melalui tingginya jabatan, fasilitas atau banyaknya harta yang sudah dimiliki, tetapi sesungguhnya ada dalam bagaimana kita menikmati setiap pilihan hidup yang dilakukan, menerima setiap yang didapatkan dengan keikhlasan, rasa syukur atas karunia Allah yang diperolehnya.



Sahabat, setiap orang berhak memilih kehidupannya, karena hidup adalah pilihan. Yang perlu kita sadari adalah ketika kita sudah menentukan pilihan kehidupan kita, maka berusahalah menjiwai peran kehidupan tersebut dan menjadikannya pilihan hidup yang dapat membahagiakan kita. Berusahalah menjadikan setiap pilihan kehidupan yang kita jalani menjadi bagian dari kebahagiaan kita. Bagaimana caranya ? Dalam salah satu bab di buku saya “The Art of Life Revolution” yang diterbitkan Elex Media Komputindo, saya membahasnya mengenai masalah ni secara lengkap dan detail. Setidaknya ada tujuh prinsip yang perlu diperhatikan dalam menjadikan realitas kehidupan kita saat ini menjadi sumber kebahagiaan hidup kita.



Sahabat, kalau kita saat ini menghabiskan sepertiga waktu hidup untuk bekerja, berusahalah memberikan makna pada pekerjaan kita sehingga menjadi bagian dari kebahagiaan kita. Kalau kita menghabiskan sebagian hidup dengan berbisnis, maka berusahalah memberi makna perbedaan yang lebih bernilai dalam bisnis kita, sehingga menjadikannya bagian dari kebahagiaan kita. Kalau kita menghabiskan sebagian besar hidup dengan pasangan hidup kita, maka berusalah menjadikan pasangan hidup kita menjadi sumber kebahagiaan kita.



Intinya, apapun pilihan hidup yang sudah kita tentukan, jadikanlah sebagai bagian dari sumber kebahagiaan kita. Kalau kita merasakan tidak bahagia dalam apa yang kita kerjakan saat ini, bagaimana mungkin mengharapkan kebahagiaan dalam realitas kehidupan kita ?



Penting bagi kita memiliki kesadaran untuk memberikan makna perbedaan yang lebih bernilai dalam setiap pekerjaan, hidup maupun bisnis yang kita lakukan saat ini.



Penting bagi kita untuk memberikan nilai yang lebih bermakna dan mulia dalam setiap pilihan hidup yang sudah ditentukan agar menjadikannya sebagai bagian dari kebahagiaan.



Kalau kita menyadari bahwa pilihan pekerjaan dan hidup yang kita lakukan saat ini belumlah memberikan potensi kebahagiaan bagi diri kita, maka segeralah melakukan perubahan. Perubahan dapat diartikan dalam sikap kita, cara berpikir kita, tindakan kita atau dalam pilihan hidup kita. Karena apa yang akan kita hadapi di masa mendatang adalah hasil dari pilihan kita saat ini. Apa yang akan kita lakukan saat ini akan menjadi sebab dari hasil yang akan kita nikmati di masa mendatang. Dengarkan suara hati terdalam dalam menentukan setiap pilihan kehidupan, sehingga apa yang kita lakukan dapat menjadi bagian dari kebahagiaan hidup kita.



Dalam soal kebahagiaan hidup, ada sebuah ungkapan bijak yang pantas kita renungkan adalah,



“Dalam soal menikmati kebahagiaan hidup, sebaiknya jangan hanya menunggu ibu peri yang mengayunkan tongkat ajaibnya untuk memberikan kebahagiaan. Namun kita harus berusaha menjadi ibu peri yang memainkan tongkat ajaib kita sendiri.”



Apakah aktivitas pilihan hidu Anda dalam bekerja, berbisnis telah menjadi sumber kebahagiaan Anda ? Lebih pastinya Anda dapat bertanya demikian, “kalau Anda meninggal hari ini, akankah Anda bahagia dengan cara Anda menghabiskan umur kehidupan selama ini ? Mampukah Anda berdiri dihadapan sang Khalik dan berkata kepada-NYA, akau merasa bahagia karena telah melakukan tugasku dalam kehidupan sesuai amanah yang Tuhan berikan ?



Renungkanlah dan pastikanlah bahwa pilihan hidup anda saat ini telah benar-benar sesuai dengan suara hati Anda. Karena apa yang menjadi kebahagiaan hidup kita, bukanlah tercipta secara kebetulan, melainkan tercipta oleh karena pilihan yang kita tentukan.



Semoga Bermanfaat. Salam Motivasi Nurani.


RI, Singapore make significant progress in free trade zones

JAKARTA (JP): A joint ministerial level meeting between Indonesia and Singapore in Bali on Wednesday highlighted significant progress in the development of the Batam, Bintan and Karimun free trade zones (FTZs).

Indonesian Coordinating Minister for the Economy Boediono together with Singapore's Minister of Trade and Industry Lim Hng Kiang expressed their satisfaction with the progress made on the establishment of the FTZs and agreed to continue to work together in developing the region.

Compared to other countries in the region, Singapore is likely to benefit most from the development of the FTZs due to its advantage in proximity and the land limitations in its country.

Also present at the meeting was Investment Coordinating Board chairman Muhammad Lutfi, who reported that of the 75 action plans agreed by the Joint Working Group that established last year, Indonesia was responsible for 52.

The meeting in Bali was the fifth working group meeting.

"Of the 52 action plans, we have concluded 33, 18 are still in progress and there is one that has not been initiated yet," Lutfi said.

The most recent progress made by Indonesia was the issuance of three regulations last week, which formally established Batam, Bintan and Karimun islands in the Riau islands province as FTZs for 70 years, with actual implementation expected to commence no later than early January, next year.

Upon implementation, all tariffs on imports, added value tax, luxury goods tax and excise duty on the three islands will be removed.

With the establishment of the FTZs, the government targets to double exports from the figures made at the end of 2006, and to attract $1 billion worth of new investment, and create 130,000 new employment by the end of 2009.

Lutfi also reported that total exports value from the three islands soared to $2.19 billion during the first four months of this from US$1.86 billion in the same period, last year. Total value of exports throughout 2006 reached $4.24 billion. (Andi Haswidi)


Living consciously involves being genuine; it involves listening and responding to others honestly and openly; it involves being in the moment."


Sidney Poitier
Actor and Author of The Measure of a Man


CHOOSE WHAT YOU LOVE, LOVE WHAT YOU CHOOSE

Suatu ketika, pada akhir sebuah seminar di Yogyakarta , seorang peserta datang menghampiri saya.

“Minta waktu sebentar boleh, Pak?” katanya “Saya ingin meminta pendapat Bapak,” lanjutnya lagi

“OK, baik. Silakan… silakan…. Apa yang bisa saya bantu,” jawab saya.

“Begini Pak. Terus terang saat ini saya sedang bingung. Orang tua saya menyuruh saya untuk mulai membuka usaha. Mereka telah menyiapkan modal yang harus saya kelola sendiri. Di sisi lain, ada tawaran dari sebuah perusahaan di Semarang . Menurut Bapak, sebaiknya saya memilih yang mana?” katanya. “Saya memang ingin suatu saat membuka usaha sendiri. Namun rasanya bukan sekarang. Saya belum siap. Saya ingin kerja dulu di perusahaan lain untuk belajar,” katanya lagi sebelum saya memberikan komentar.

Obrolan itu berlangsung beberapa saat. Saya menanyakan berbagai hal untuk mengetahui sebetulnya apa yang menjadi “root cause” dari kebingungannya. Dan di akhir pembicaraan saya mengatakan “Mas, at the end of the day keputusan harus Anda yang mengambil. Namun apapun itu yang saudara pilih saya selalu menyarankan dalam memilih pekerjaan pilihlah yang kita sukai. Choose what you love.”

Alasan saya sederhana saja. Ketika saya mengerjakan hal yang saya sukai, semua terasa lebih menyenangkan. Dan ketika saya mengerjakan dengan senang hati, maka energy suka cita yang mengalir membuat apapun yang saya kerjakan membawa hasil yang bagus. Selain itu, karena saya menyukai maka saya tidak serasa bekerja. Bahkan saya berasa menyalurkan hobby namun mendapatkan imbalan financial.

“Ayaaa…… lo ini omong enak sekale …. Mas,” sanggah teman saya. “Emang elo. Hobby ngomong … kerja jadi trainer …. Ya enakkk. Lha kita-kita ini. Dulu mah mana ada cita-cita sebagai Marketing Executive. Wong kuliah aja guwe di tehnik. Tapi apa boleh buat, adanya kerjaan cuma ini. Ya daripada nganggur.”

“In that case. Kalau begitu, you have to love what you choose, man.” Kata saya. “Cobalah menyukai apa yang kau pilih.”

“Mana bisa, Mas,” ujar teman saya tak yakin.

“Kalau niat, pasti bisa!”

Kemudian saya bercerita. Di tahun-tahun pertama saya bekerja, saya bukanlah orang yang menyukai bidang sales. Lebih-lebih “direct selling”. Bisa dibayangkan dalam dunia ini, saya harus mendampingi ibu-ibu yang menjadi ‘sales coordinator’ untuk melakukan prospecting, recruiting dengan cara door-to-door. Betul-betul, masuk dari satu rumah ke rumah yang lain. Dari satu gang ke gang yang lain. Jujur saja awalnya saya tidak menyukai apa yang disebut ‘field work’ atau kerja lapangan. Ketika saya tidak menyukai kerjaan ini, maka field work yang tiap hari harus dijalani serasa berat sekali. Apalagi kalau hujan.

Hingga suatu ketika, saya mendampingi sekelompok ibu-ibu melakukan presentasi di luar kota . Hari itu hari Minggu. Seharusnya hari libur bagi kami semua. Namun demikian ibu-ibu ini rela mengorbankan waktu untuk keluarganya untuk pergi bersama saya. Padahal mereka adalah orang-orang yang tidak mendapat gaji tetap. Mereka hanya mendapat komisi dari penjualan kelompoknya. Kenyataan ini menyentak saya. Ada rasa malu. Selanjutnya saya mencoba melakukan presentasi dan kegiatan lapangan ini dengan lebih sungguh-sungguh. Saya belajar menyukainya. Dan ketika saya menyukai, maka presentasi saya ternyata lebih hidup dan menarik. Hasilnya, hari itu kami sukses besar baik dari sisi recruiting maupun selling. Dan melihat kegembiraan yang tercermin dari senyum ibu-ibu ini, segala lelah terbayar lunas.

Hari itu saya belajar untuk menyukai apa yang sudah saya pilih. Dan ketika saya belajar menyukainya, dengan selalu mengingat bahwa hal ini akan membawa manfaat bagi ibu-ibu tersebut, semua menjadi lebih ringan. Semakin ringan. Semakin maksimal. Hingga tiba-tiba cabang yang saya pimpin menjadi cabang terbaik di seluruh Indonesia atas prestasinya dalam hal perekrutan ‘independent sales force’.

Saya bisa. Saya yakin Anda juga bisa. Bagaimana menurut Anda?

Selalu Semangat, Selalu HEBAT:)

Agus Sutikno



Daily Wisdom Words Tentang Kegagalan dan Kesempatan

Kesempatan mengetuk di saat yang paling aneh. Persoalannya bukan pada kapan itu terjadi, melainkan
bagaimana anda membuka pintu.

Sebagaimana banyak buah apel yang tersimpan dalam sebuah biji apel, dalam setiap kesempatan yang
kita raih terdapat begitu banyak keuntungan yang tak dapat diceritakan.

Orang menunggu kesempatan datang, padahal ia hadir setiap pagi.

Bila kau merasa cemas dan gelisah akan sesuatu, libatkan dirimu ke dalamnya, sebab ketakutan
menghadapinya lebih mengganggu ketimbang sesuatu yang kautakuti itu sendiri.


Pelangi hanya terjadi bila ada gabungan antara cahaya matahari dan hujan. Kita memerlukan kesuksesan
dan kegagalan untuk menemukan keindahan.

Dikala tidak mengalami kegagalan anda belum mengembangkan diri. Dikala segala-galanya berjalan dengan
mudah, anda tidak ada artinya sama sekali. Anda tidak bernilai karena tidak berbuat apa-apa.

Tatkala murung, keunggulan anda teruji, kentara dan terlihat. Kita memerlukan sebanyak mungkin
pengalaman pahit agar kita menjadi unggul.

Leadership, Inovasi, dan Kualitas SDM

Bermula dari perusahaan kecil hanya dengan delapan orang pegawai, pada tahun 1970 Pura mulai berkembangan pesat dan kini menjadi grup perusahaan yang menaungi 23
divisi produksi yang didukung oleh 8.500 karyawan. Kekuatannya ada di bidang leadership, inovasi penerapan teknologi dan kualitas human resources.

Bermula dari perusahaan kecil hanya dengan delapan orang pegawai, pada tahun 1970 Pura mulai berkembangan pesat dan kini menjadi grup perusahaan yang menaungi 23
divisi produksi yang didukung oleh 8.500 karyawan. Kekuatannya ada di bidang leadership, inovasi penerapan teknologi dan kualitas human resources.

Meski tumbuh dan berkembang dari lingkungan perusahaan keluarga, dalam banyak hal Pura agaknya layak menjadi contoh sekaligus benchmark bagi konsep pengembangan
perusahaan di dalam negeri. Perusahaan yang berpusat di Kudus, Jawa Tengah itu, tak hanya terus berkembang dengan 23 divisi usaha di bawah Pura Group dan menjadi
tempat berkarya bagi ribuan orang pekerja. Lebih dari itu, perusahaan ini juga dikenal sebagai pelopor dalam bidang implementasi teknolog sekaligus mampu menyelaraskan
antara peran teknologi dengan kompetensi sumber daya manusia.

Kepeloporan Pura Group di bidang teknologi mendapat penghargaan dari pemerintah ketika pada Agustus 2005 lalu, Jacobus Busono, Presiden Direktur dan pemilik Pura
Group memperoleh Anugerah Riset Industri 2005 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Anugerah yang diberikan di Istana Negara dalam rangka hari Kebangkitan
Teknologi Nasional, merupakan bentuk penghargaan tertinggi untuk kategori pengembang, perancang, dan rekayasa teknologi.

Sebelumnya, pada tahun 2003 lalu Presiden Megawati Soekarnoputri menganugerahkan penghargaan Siddhakretya, atas keberhasilan Pura Group mengembangkan teknologi
rekayasa industri. Bagi Pura yang bergerak di bidang printing, packaging, converting (proses lanjut kertas), rekayasa (engineering) , sistem anti pemalsuan terpadu (total security
system) dan kertas berharga, anugerah itu semakin melengkapi penghargaan yang pernah diterimanya.

Bahkan, pada tahun 2001, Pura menerima sejumlah penghargaan baik nasional maupun internasional. Dalam bidang mutu perencanaan dan standar teknis hologram, Pura
Group memperoleh Excellent in Holography 2001 dari IHMA (International Hologram Manufactures Association) untuk aplikasi stratch hologram pada kartu telepon Mentari.
Pada waktu yang sama, kantor Menteri Perindustrian dan Perdagangan menganugerahkan Primaniyarta 2001 dan Menteri Riset dan Teknologi memberikan penghargaan
Anugerah Teknologi karena Pura berhasil menciptakan mesin pengering padi dengan bahan baker sekam dengan dilengkapi sistem after burner yang telah dipatenkan. Berbagai
penghargaan tersebut semakin mengukuhkannya sebagai perusahaan pengembang berbagai teknologi terapan.

Lima Strategi Dasar

Dalam wawancara khusus dengan Human Capital di Kudus, beberapa waktu lalu, Jacobus Busono mengungkapkan bahwa keberhasilan yang diraih perusahaannya selama ini
merupakan buah dari proses yang sangat panjang dan memakan biaya cukup besar. “Keberhasilan ini juga berkat ketekunan dan semangat kerja seluruh karyawan," ujarnya.

Setidaknya ada lima strategi dan kebijakan dasar yang diterapkan untuk merangsang pertumbuhan perusahaan. Pertama adalah external focus, yakni senantiasa menaruh
perhatian terhadap perkembangan kondisi di luar. Kedua, decisiveness dalam arti ketegasan dalam mengambil keputusan dan tindakan. Ketiga, imagination and courage
(imajinasi dan keberanian). Keempat inclusiveness, selfessness dan servant leadership yang diimplementasikan dalam bentuk toleransi, tidak membeda-bedakan dalam setiap
kebijakan, tidak mementingkan diri sendiri dan menjalankan prinsip kepemimpinan yang melayani. Sedangkan kelima adalah re/evant expertise, yang mengutamakan keahlian
pada bidang terkait.

Dengan berpedoman pada strategi dan kebijakan dasar yang bersumber pada leadership, inovasi dan kualitas SDM itulah Pura Group terus melaju. Di bawah kepemimpinan
Jacobus Busono sebagai Presiden Direktur, perusahaan yang berdiri pada tahun 1908 itu kini tercatat sebagai salah satu dari beberapa gelintir perusahaan dalam negeri yang
mengembangkan teknologi maju.

Jika menilik ke belakang tentang sejarah perjalanannya, prestasi yang diraih Pura Group sungguh fenomenal. Perusahaan itu semula hanyalah perusahaan kecil milik keluarga
yang melayani percetakan sederhana seperti formulir dan sejenisnya. Setelah tampuk pengelolaan perusahaan diserahkan kepada Jacobus Busono sebagai generasi penerus
ke-3, Pura perlahan-lahan menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan. Hanya dalam waktu kurang dari 20 tahun sejak kepemimpinannya, Jacobus berhasil mendirikan
pabrik hot stamping foil dan hologram yang pertama di Asia Tenggara, yang pada perkembangannya ditambah berbagai unsur pengaman terhadap pemalsuan.

Di bidang human resources, menurut Jacobus, dari awal pihaknya telah menempatkan karyawan sebagai unsur penting yang layak mendapatkan perhatian penuh. Sebab, pada
prinsipnya, sebaik apapun sistem dan organisasinya, jika tidak didukung oleh manusia yang berkualitas, maka akan sulit bagi sebuah organisasi mencapai tujuan. Kemudian
diciptakan budaya kerja di setiap jajaran dalam perusahaan untuk melakukan terobosan dan inovasi secara berkelanjutan.

Ada beberapa parameter yang diterapkan Jacobus dalam menilai kualitas karyawannya. Yakni senang pada pekerjaan, kreatif, bersikap rendah hati dan menerima kritikan dari
orang lain, serta bisa bekerja secara tim dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan besar. Pembinaan SDM dengan parameter tersebut di atas dilakukan secara
berkesinambungan sehingga tercipta terobosan dan inovasi, yang selanjutnya dapat menopang arah perjalanan perusahaan. "Ini bukan pekerjaan gampang yang bisa dilakukan
dalam waktu singkat,” kata Jacobus Busono.

Dengan demikian Pura dapat menerapkan falsafahnya yaitu Melalui pembinaan SDM untuk mengembangkan produk-produk baru berkualitas dan berteknologi tinggi sebagai
pengganti produk impor untuk pemasaran dalam dan luar negeri.

Meski memakan waktu, biaya dan tenaga yang tidak sedikit, upaya yang dilakukan Jacobus Busono beserta seluruh jajarannya, kini memang telah membawa hasil. Pura Group
tercatat sebagai perintis berbagai produk yang pertama di dunia. Seperti aplikasi hologram langsung pada blister aluminium, scratch hologram, penutup dan pengaman nomor
kode pada kartu prabayar, serta modifikasi mesin cetak offset menjadi mesin cetak intaglio. (PortalHr)



How To Stay Highly Motivated

The degrees of success and happiness we achieve in life result overwhelmingly from the actions we take. But the actions which matter most are not those we do every now and then. It is our consistent actions (our habits) which more than anything else determine the direction and success of our lives. Thus, the first key to success is to adopt good habits.
However, the problem with the above bill of advice is that in the vast majority of cases our habits are not the result of conscious thought and logical decision making. Instead, our habits tend to be "reactions" to our experiences. If those experiences are disproportionately negative, they will tend to produce negative reactions and when this happens consistently, the mental foundation for the bad habit would have been laid.

Always remember that while all experiences count, the ones which count the most in shaping our habits are those which are most emotional and which occur most frequently, especially when we are young. But despite their obvious power and near control over our lives, we do not have to be slaves to our past experiences. Indeed, if those experiences have produced low self-esteem, self-defeating habits and other negative behaviors, we must not be slaves to them.

The most important tool to employ in order to take control of you habits (and as a result become the master of your destiny) is to be highly motivated. You must be driven. Your desire for success must be greater than your fear of failure. You must step outside your current comfort zone and take a chance. If you are not currently a highly motivated person, here are some steps you can take to become a more focused and motivated individual.

Establish Clear, Specific Goals! You life goals are the things which give purpose to your life. They are the reason you live. Your desire to achieve these goals will be your greatest motivator. Thus, you must organize you life around the achievement of those goals. Write them down and read (internalize) them at least twice a day.

Take An Action A Day! You must establish an action plan which requires that you do at least one thing each day which brings you closer to your goals. Never forget that it is action which turns goals and dreams into realities. Do something each day. Habit is nothing but repeated behavior. Just do it, do it, do it. And one day you will wake up and find yourself taking productive actions without even thinking about it. That is when you would have formed a habit.

Instill Emotion! Rational thought and logic can enable us to figure out what to do and how to do it, but it is only emotion that will make us do it. Human behavior is emotionally driven. The two chief emotions are desire and fear. Strong desire will make you take action. But fear can also prompt action. You act because you are afraid of the consequences if you fail to act. I recommend the use of self-hypnosis to instill strong, positive emotional desire. And self-hypnosis can be as simple as retreating to a quiet place twice a day and emotionally repeating positive affirmations.

Take Charge! Repeat this mantra, "If it is to be, it is up to me." There may be a host of reasons for current bad habits ranging from having been raised in a dysfunctional home to falling in with the wrong crowd, to just not having correct information. Regardless, if things are going to change for the better, it is up to you. No one else is responsible for bettering your life. If you find someone or group which helps, that's fine. But the chief responsibility is yours. Stop playing the "blame game" and take charge of your life.

Tuan Rumah
Tanda Tragedi Belgia

Sudah menjadi semacam tradisi, lebih tepatnya keharusan bagi tuan rumah untuk berprestasi maksimal. Apa pun ajangnya, entah di sebuah turnamen maupun ajang multicabang semisal Olimpiade, Asian Games, atau SEA Games. Kebetulan pula setiap host biasanya memang mendulang prestasi berupa kepingan medali emas nan melimpah.

Korelasi paling mudah yang bisa kita tarik adalah kemungkinan tuan rumah untuk mendapat sokongan penuh seisi stadion. Hal sama berlaku juga di sepakbola. Perebutan status pemilik tempat hajatan lewat tender dan pamer proposal didasari probabilitas tinggi host country untuk berkarya optimal.

Jika negara dengan latar belakang mengkilap dari segi koleksi piala, hukumnya mungkin wajib menjadi juara. Tapi, jika skala negara kecil tanpa tradisi, acuannya cukup lolos dari babak penyisihan grup. Sejarah membuktikan bahwa tuan rumah Piala Dunia pasti lolos ke knock-out stage.

Bahkan negara dunia ketiga di ajang sepakbola macam Korsel dan Jepang ikut meneruskan patron ini tatkala menjabat sebagai co-host PD 2002. Pun Amerika Serikat, yang lebih ngetop lewat basket, bisbol, american football, juga mampu masuk ke 16 besar sewaktu menggelar USA ’94.

Di Piala Eropa kejadiannya juga nyaris sama, di mana host selalu tampil lebih baik ketimbang saat mereka bertarung di luar kandang. Namun, bank statistik soal ini cacat di tangan Belgia, saat negara tersebut menghelat Euro 2000 bareng Belanda. Rode Duivels gagal menyamai langkah Oranje.

Tim yang pernah mencapai semifinal PD 1986 saat masih dibela Enzo Scifo itu tak kuasa menahan laju Italia dan Turki yang lolos dari Grup C. Padahal, di partai pembuka turnamen, Bart Goor cs. memetik kemenangan 2-1 atas Swedia. Namun, kemudian mereka kalah dua kali beruntun.

Nah, akankah tragedi Belgia menular ke Swiss dan Austria pada Euro 2008? Tanda-tandanya kebetulan mengarah pada aura kegagalan ketimbang penerusan tradisi kesuksesan. Kedua host ini sama-sama menderita kekalahan 0-1. Swiss dipukul Republik Ceska, sedangkan Austria digebuk Kroasia.

Faktor yang semakin memberatkan kedua tim ini adalah kekalahan diderita bukan dari tim terkuat. So, di atas kertas, satu lagi kekalahan sudah terbayang di depan mata. Siapa pun mungkin akan setuju jika Swiss tak memiliki kans menekuk Portugal, Begitu pula Austria untuk menjegal Jerman.

Kendati begitu, dua arsitek tim semenjana ini masih menyimpan asa. “Saya telah mengucapkan selamat kepada anak-anak atas performa yang mereka tunjukkan. Sepakbola bukan ilmu hukum. Turnamen ini belum usai, begitu pula dengan kiprah kami,” tegas Kobi Kuhn, pelatih Schweiss.

Komentar Josef Hickersberger, nakhoda Osterreich? “Setengah jam terakhir jelas menunjukkan bahwa sepakbola Austria sudah semakin meningkat pesat. Dengan permainan seperti ini, anak-anak layak mendapat lebih dari sekadar sebuah kekalahan,” paparnya.

Ketidaklolosan Belgia kala itu masih tertolong performa apik Oranje yang juga menjadi host. Tapi, kali ini, jika benar Swiss dan Austria rontok bersama, maka sejarah baru akan tercipta, yakni tuan rumah tak punya wakil di babak perempatfinal!



Wawancara Alfred Riedl
Penentuan di Pembuka

Di tangannya, Vietnam melesat menjadi kekuatan baru sepakbola Asia Tenggara. Kala ginjal Alfred Riedl mengalami masalah, orang Vietnam pun rela memberikan sebelah ginjalnya untuk ditransplantasi sebagai tanda kecintaan pada pria kelahiran 2 November 1949 ini.

Alfred Riedl dan Christian, menjagokan Italia di Euro 2008.

Riedl telah kembali dari perantauannya. Berkat bantuan dua teman baru dari VVTV, stasiun televisi Vietnam, yakni Hoang Nguyen dan Anh Pham, BOLA menemui Riedl di kediamannya di daerah Pottendorf, Wiener Neustadt, sekitar 35 km ke arah selatan dari Wina, sebelum turnamen digelar.

Wina terlihat sepi dari aroma Euro 2008. Tanda kurangnya antusiasme masyarakat Austria?

Saya melihat Austria masih menunggu hingga saat-saat terakhir. Penggemar sepakbola di sini bukan tipe yang senang berkumpul selain pada hari pertandingan. Saat matchday, semua akan berbeda.

Pendapat Anda tentang timnas Austria kini?

Inilah tim terbaik dalam 50 tahun terakhir dengan beberapa pemain bagus. Menarik menunggu apakah mereka bisa berbuat sesuatu di turnamen.

Peluang Austria?

Mereka punya peluang ke babak selanjutnya meski kecil. Penentuan di partai pembuka melawan Kroasia. Harapan ada jika berakhir imbang lalu mengalahkan Polandia. Jerman masih terlalu tangguh untuk bisa ditekuk.

Sebagai pelatih, tim mana yang Anda jagokan jadi juara?

Italia. Mereka adalah tim turnamen yang memiliki mental bagus saat pergelaran dimulai. Grafik permainan mereka selalu menanjak dari awal sampai akhir perhelatan. Italia sekarang bahkan lebih baik dibanding tim juara dunia 2006. Lalu Jerman, Prancis, Portugal, dan Spanyol.

Bagaimana dengan Roberto Donadoni? Di level klub ia tak terlalu sukses.

Ia mantan pemain bagus, jadi paham apa yang dibutuhkan timnya saat melatih. Walau kurang berprestasi di tingkat klub, Italia dibawanya lolos ke putaran final Euro 2008. Itu sebuah bukti.

Bagaimana dengan Yunani, bisakah mengejutkan lagi?

Tidak kali ini. Mereka tidak sesolid empat tahun lalu walau Otto Rehhagel masih melatih. Beban sebagai juara bertahan juga akan memengaruhi performa Yunani secara negatif.

Bicara kepelatihan, apakah Anda siap melatih Indonesia bila memungkinkan?

Tentu. Saya adalah pelatih sepakbola dan kini sedang tak melatih tim mana pun. Saya selalu siap jika ada pihak yang ingin memakai jasa saya.



Vatreni Gali Keyakinan

Kroasia jelas kehilangan Eduardo Da Silva. Tanpa penyerang berdarah Brasil ini, tim berjulukan Vatreni tersebut bisa dikatakan mandul. Namun, kubu kuda hitam ini yakin tetap bagus tanpa Eduardo.

BOLA dan Josip Simunic, lebih baik dari lawan.

Striker Arsenal yang membuat 10 gol dalam 12 partai bersama Kroasia itu mesti absen akibat cedera patah tulang kaki saat membela klub pada Februari silam.

Gol terakhir yang diciptakan barisan penyerang Vatreni adalah gol kemenangan saat mengempaskan Inggris di Wembley pada November 2007, yang dibuat Mladen Petric. Gol-gol untuk kemenangan 1-0 atas Moldova dan 1-1 kontra Skotlandia dan Hongaria bukan hasil ketajaman para striker.

Pelatih Slaven Bilic mendapat kritik setelah beberapa penampilan, terutama seusai melawan Hongaria. Namun, eks bek tengah itu meyakinkan publik bahwa skuadnya tetap kuat seperti beberapa bulan lalu.

“Saya paham beberapa pihak menilai kami tak lagi sekuat dulu, tapi tak ada yang berubah sejak Wembley. Kami sungguh siap untuk kejuaraan ini,” ucap Bilic saat konferensi pers di Bad Tatzmannsdorf, Austria, akhir pekan lalu.

Padahal, segera seusai Eduardo dihajar cedera, dari Bilic hingga Perdana Menteri Kroasia, Ivo Sanader, bersuara sama. “Ketidakhadirannya akan memperlemah Kroasia.”

Kelemahan

Well, sebelum menjalani laga pertama versus tuan rumah, Kroasia mengklaim sudah memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Paling tidak pertahanan menjamin takkan membiarkan lawan mudah membuat gol.

Menarik menyimak pernyataan Josip Simunic. Bek berusia 30 tahun ini mengaku senang dengan kemungkinan Osterreich mengidentifikasi dirinya sebagai kelemahan di sektor pertahanan Vatreni.

“Teknik pemain-pemain lawan secara umum baik, tapi tidak sebaik yang saya miliki,” ucap bek klub Hertha Berlin itu. “Tanpa bermaksud meremehkan siapa pun, saya telah menghadapi banyak striker. Namun, kami harus tetap berkonsentrasi untuk tak membuat kesalahan bodoh,” katanya lagi.


Wawancara Igor Budan
Tak Menggubris Krisis

Kemandulan tanpa Eduardo mesti cepat dihilangkan Kroasia. Igor Budan adalah salah satu harapan Vatreni dalam hal ofensivitas dan tentu saja produktivitas.

Igor Budan, terbuka pada wartawan.
Namun, penyerang Parma yang menjalani turnamen besar pertama usai menikah 13 Juni tahun lalu ini mendapat saingan ketat dari beberapa pemain. Sosok berusia 28 tahun yang sedang menunggu kehadiran anak pertama itu sendiri menyatakan kepentingan tim di atas segalanya.

Apakah kesempatan Anda untuk tampil cukup besar?

Saya tak dapat mengatakan dengan pasti. Tidak masalah siapa yang akan bermain. Yang penting adalah kemenangan tim. Saya tak ingin terganggu dengan spekulasi. Hal terpenting adalah saya benar-benar siap jika dipercaya tampil.

Kroasia mengalami krisis di sektor penyerang.

Saya tak menggubris pendapat tentang krisis penyerang itu. Beberapa striker lain juga lebih banyak bermain dalam setahun terakhir. Itu bukan masalah bagi saya.

Bagaimana peluang tim ini lolos ke babak 8 besar?

Kami akan lolos ke babak selanjutnya.

Ini adalah turnamen Anda yang pertama setelah menikah.

Ya. Kami sudah paham akan berpisah sementara. Dina, istri saya, dan anak yang akan lahir nanti akan menjadi pendukung dan inspirasi terbesar saya. Tak sabar menunggu saat kembali ke rumah.

Di mana Anda akan bermain musim depan?

Parma dan Palermo memiliki saya bersama-sama. Kontrak baru akan dibicarakan akhir Juni nanti.


Santainya Kroasia

Kesantaian Kroasia bisa terlihat dari markas yang mereka tentukan. Bad Tatzmannsdorf, basis persiapan pilihan Vatreni, adalah sebuah kota kecil di daerah pegunungan Distrik Burgenland. Distrik ini adalah distrik dengan kepadatan penduduk terendah di Austria.

Toh pada 3 Juni lalu kota tersebut tiba-tiba menjadi ramai. Ketika sampai di Josef-Holzel-Allee, markas mereka, peringkat ketiga Piala Dunia 1998 itu disambut meriah sekitar seribu pendukung. Dari sana, terlihat jelas alasan Kroasia memilih tempat di daerah pegunungan ini.

Sebagian besar dari seribu fan yang datang menyambut kehadiran Ivan Klasnic cs. adalah warganegara Austria yang tinggal di Burgendland dengan darah kental Kroasia di tubuh mereka.

Kota yang sampai 1921 masih dikuasai Hongaria tersebut hanya berpenduduk tak lebih dari 1.500 jiwa. Tak mengherankan Kroasia mengharapkan ketenangan sekaligus kedekatan dengan para pendukung.

Ketika BOLA hadir di sana, ketenangan yang lebih mendekati sepi itu itu tak berkurang, meski banyak kuli laptop yang datang ke sana. Temu media yang digelar di sebuah kafetaria berpintu rendah pun berlangsung simpel.

Toh meski di dusun, petugas media Kroasia bisa memberikan teknologi internet nirkabel untuk para jurnalis. Peliput pun tak perlu merasa keberatan dengan keharusan mendapatkan akreditasi khusus Kroasia lebih dulu. Semua tersaji rapi dan santai.

No comments: