Saturday, June 9, 2007

Ketika Kolev Digugat


Mencapai puncak prestasi butuh kerja keras dan kedisiplinan tinggi. Tapi, tidak cukup hanya itu sebab harus ditopang juga dengan rencana matang, kecerdasan, dan pengorbanan.

Kesebelasan nasional Indonesia kini tengah menapaki langkah untuk mencapai satu tahap ke atas. Tim yang diasuh pelatih asal Bulgaria, Ivan Kolev, itu akan mencoba hasil kerja berat mereka saat terjun ke Piala Asia.

Pengorbanan sudah ada. Bintang muda yang tengah bersinar, Boaz Solossa, bahkan hingga patah engkel saat beruji coba melawan Hong Kong. Pemuda asal Papua itu merintih menahan sakit namun tak menjadi cengeng.

Keringat semua pemain bercucuran saat latihan di Kalimantan hingga Senayan. Apakah itu sudah cukup guna memenangkan pertandingan sesungguhnya?

Ah, semua itu baru awal. Tak satu pun yang tahu apakah Ponaryo Astaman cs. mampu mengatasi Bahrain pada pertandingan pertama Piala Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, 10 Juli depan?

Ajang pembuktian sejauh mana kinerja tim Indonesia tak lama lagi. Banyak pengamat memberi suara dan komentar. Ada yang meragukan tim ini akan sukses meraih angka. Alasan yang dilontarkan tentu setelah mengamati kerja sama tim dalam dua kali uji coba di Senayan.

Putaran final Piala Asia tahun ini diikuti 16 negara. Terbagi dalam empat grup yang dilaksanakan di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Pembukaan berlangsung di Rajamangala National Stadium, Bangkok, pada 7 Juli 2007 mempertandingkan tuan rumah Thailand melawan Irak.

Indonesia tuan rumah Grup D menjamu Korsel, Arab Saudi, dan Bahrain. Final berlangsung di Senayan pada 29 Juli. Perebutan tempat ketiga diadakan di Stadion Jakabaring, Palembang, 28 Juli. Menurut ketua panitia lokal, Nugraha Besoes, total pertandingan di Indonesia adalah sembilan.

Untuk menyambut pesta sepakbola Asia empat tahunan ini, Stadion Gelora Bung Karno telah berbenah cukup manis. Para penonton yang hadir langsung di stadion tentu sudah merasakan adanya perbaikan itu. Penikmat layar kaca pun dapat melihat permainan warna sudut-sudut stadion.

Berubah ke arah lebih tertib dari kebiasaan bebas tanpa batas memang tidak mudah. Namun, kapan kita mulai disiplin jika tidak dimulai dari sekarang? Beberapa pemegang karcis masih tampak canggung dipandu panitia ke bangku masing-masing sesuai dengan nomor tiket.

“Nonton aja pake diatur. Biar aja bebas pilih kursi sendiri,” celetuk seorang penonton di Senayan.

Stadion yang sudah berusia lebih dari 45 tahun itu mengalami renovasi. Jumlah tempat duduk dari hampir 100 ribu menjadi berkapasitas 88 ribu penonton. “Semua pakai nomor sesuai yang tertera di karcis,” ujar Timmy Setiawan, salah seorang dari pihak Gelora.

Secara fisik, Gelora Bung Karno telah memadai. Kini giliran tim teknis dalam hal ini kesebelasan Indonesia dituntut memberikan hasil lebih baik.



Dua pertandingan uji coba telah dilakoni pasukan Kolev.

Pada pertandingan pertama, Indonesia menundukkan tamu dari Hong Kong 3-0. Bambang Pamungkas cs. tampil solid dan bertarung gigih mulai dari lapisan belakang hingga depan.

Tiga hari kemudian, Kolev mengambil keputusan kontroversial saat menghadapi pasukan muda Singapura. Hampir tidak ada pemain dari tim pertama disertakan melawan Singapura U-23.

Hasilnya sungguh tidak menyenangkan jika tidak boleh disebut memalukan. Bayangkan, Singapura hanya diperkuat 10 orang setelah di pengujung babak pertama seorang pemain diusir wasit Jimmy Napitupulu.

“Itu salah besar. Kolev tidak perlu coba-coba semua pemain, apalagi pada uji coba internasional. Kita tidak cukup waktu untuk bereksperimen,” mantan kapten tim nasional, Ronny Pattinasarani, meraung.

Risdianto dan Iswadi, pemain legendaris kita, ikutan tidak sepaham dengan pola pikir Kolev. “Seharusnya ada tim inti, kemudian dalam penggantian tidak perlu semua pemain digilir,” nada bicara keduanya seirama.

Tokoh tua, situs olahraga Indonesia, M.F. Siregar, tak habis pikir. “Bagaimana ini? Jika lawan Singapura saja kalah, bagaimana nanti menghadapi Korea?” Ia pun menyindir para pemain kurang gereget dan sistem pelatihan sekarang ini tidak ditopang scientific.

Banyak sekali kekecewaan dialamatkan ke tubuh tim nasional. Begitu juga perasaan manajer tim Andi Darussalam, yang bersedih menerima kekalahan dari Singapura.

Ketika ada peralihan pelatih dari Peter Withe ke Ivan Kolev, banyak yang yakin hasilnya akan lebih baik. PSSI sebagai penentu kebijakan tentu telah mempertimbangkan hal itu. Itulah sebabnya Kolev diberi wewenang memilih sendiri pemain.

Dua hasil berbeda melawan Hong Kong dan Singapura tak membuat Kolev, mantan pelatih Persija, panik. Ia tetap yakin pada kebijakannya sendiri yang ingin melihat semua performa pemain di uji coba internasional. Setelah itu, ia baru menentukan starting XI sesungguhnya.

Dengan materi pemain seperti sekarang, bagaimana peluang kita?

“Menang atas Bahrain bukan impian mustahil,” kata Nugraha sambil berharap. Jika itu yang terjadi, bisa saja mampu menahan Arab Saudi dan Korsel atau setidaknya tidak kalah memalukan.

Kata orang, penonton adalah pemain ke-12. Jika bisa, kenapa tidak kita coba?



1 comment:

Anonymous said...

In the name of Allah, the Beneficent, the Merciful. Say: He, Allah, is One Allah is He on Whom all depend. He begets not, nor is He begotten. And none is like Him.