
Kedewasaan Kapten Junior
Sikap dewasa dan bertanggung jawab sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kepribadian Nigel Reo-Coker. Ia tak pernah menolak tanggung jawab. Saat sebagian besar pemain menikmati liburan musim panas, kapten West Ham United ini justru terbang ke Belanda bersama tim U-21 Inggris.
Nigel Reo-Coker, fokus ke timnas U-21.
Reo-Coker, yang juga kapten timnas junior Inggris, dipercaya oleh pelatih Stuart Pearce memimpin rekan-rekannya di Kejuaraan U-21 Eropa, yang bergulir sejak awal pekan.
Di pertandingan perdana Grup B versus Ceska, Senin (11/6), The Three Lions nyaris memetik tiga angka penuh. Namun, kegagalan striker Reading, Leroy Lita, mengonversi penalti di menit ke-88 membuat Inggris harus puas dengan hasil imbang.
“Itu tetap saja hasil yang positif,” komentar Reo Coker di situs resmi turnamen. “Lebih baik kami fokus pada poin yang diraih, bukannya menyesal karena kehilangan poin.”
Berusaha tetap positif adalah salah satu karakter gelandang energik ini. Ia tak pernah menyalahkan rekan-rekannya. Persis seperti ketika West Ham bermain sangat buruk pada akhir Desember lalu hingga klub tersebut akhirnya memecat pelatih Alan Pardew. Ketika itu Reo-Coker dengan tegas menyatakan bahwa dirinya yang bertanggung jawab atas merosotnya performa The Hammers.
Beberapa kali ia dikirimi surat-surat kaleng bernada kebencian oleh suporter. Namun, pemain kelahiran 14 Mei 1984 tak patah semangat.
Justru ia berikrar membawa West Ham, yang sempat tergelincir ke zona degradasi, untuk tetap bertahan di Premiership. Sebuah janji yang jadi kenyataan di akhir musim.
Diincar Aston Villa
Eks pemain tengah Wimbledon tersebut saat ini dihubung-hubungkan dengan Aston Villa, Arsenal, Tottenham, dan Newcastle United.
Kubu Villa yang paling berminat. Kabarnya pelatih Martin O’Neill sudah menyiapkan dana tak kurang dari 7 juta pound untuk memboyongnya ke Villa Park. Masalahnya, pihak West Ham belum memberi lampu hijau.
“Saya tak tahu apakah masih akan terus di West Ham atau tidak. Terus terang tak enak rasanya dilingkupi ketidakpastian,” keluhnya kepada South Wales Echo.
“Saya pasti bohong kalau bilang ini hal yang mudah. Tapi, ini bagian dari status Anda sebagai pesepakbola pro,” ujar pemain yang hobi memancing di laut lepas tersebut. “Karena itu, saat ini saya tak ingin dipusingkan dengan hal-hal macam itu. Lebih baik fokus ke timnas U-21.”
Kejuaraan U-21 Eropa diikuti oleh para pemain kelahiran 1 Januari 1984 atau sesudahnya. Yang jadi patokan pun bukanlah umur saat di putaran final sekarang ini, melainkan usia ketika mereka mulai tampil di babak kualifikasi pada dua tahun silam. (Barry Manembu/Foto: Getty Images)
Nigel Shola Andre Reo-Coker
Lahir: 14 Mei 1984 di Croydon, London
Tinggi: 175 cm
Berat: 70 kg
Posisi: Gelandang
Klub: West Ham United
Nomor Punggung Klub: 20
Nomor Punggung Timnas U-21: 7
Karier Pro:
2002-2004 Wimbledon 58 tampil (6 gol)
2004- West Ham United 120 (11)
Natural Born Leader
Naluri pemimpin mengalir deras dalam darah Nigel Reo-Coker. Sejak menekuni karier sebagai pesepakbola, ia selalu dipercaya menyandang jabatan kapten.
Pria bernama lengkap Nigel Shola Andre Reo-Coker tersebut ditemukan oleh para pemandu bakat Wimbledon pada usia 15 tahun. Ketika itu Reo-Coker masih membela Croydon, yang juga distrik lokasi kelahirannya di London.
Dasar berbakat, hanya dalam tempo dua tahun, Reo-Coker langsung menembus tim utama Wimbledon. Hebatnya, dua tahun kemudian, di usia 19, ia langsung diplot sebagai skipper dan menjadi kapten termuda di Championship.
Otoritasnya di lapangan tengah membuat West Ham jatuh hati. Lagi-lagi Reo-Coker, yang hijrah ke Upton Park pada Januari 2004, disodori ban kapten pada awal musim 2005/06.
Di usia 21 tahun, ia menjadi kapten termuda West Ham sepanjang sejarah. Dengan keberhasilan The Hammers promosi ke kancah Premiership, otomatis Reo-Coker juga dinobatkan sebagai kapten termuda di top flight.
Andaikan West Ham berhasil mengatasi Liverpool di final Piala FA, Mei 2006, Reo-Coker pasti menyandang satu predikat lagi, yakni kapten termuda yang pernah mengangkat trofi FA Cup.
Hebatnya, Reo-Coker tak merasa terbeban dengan semua tanggung jawab yang ia pikul. “Dulu sih begitu. Namun, sekarang tidak lagi. Saya sudah terbiasa,” tuturnya kepada Times Online.
“Orang malah melihatku sebagai natural born leader, pemimpin alami sejak lahir,” imbuh pemain yang mengaku percaya akan cinta sejati tersebut.
“Bahkan sahabat-sahabatku beranggapan demikian. Mereka memanggilku ‘Skip’. Saya pula yang harus mengatur segala sesuatu, termasuk merencanakan liburan dan hal lainnya.” (bry)
Produk Broken Home
Untuk ukuran pesepakbola muda, Nigel Reo-Coker sudah menampakkan kematangan yang berbeda dengan rekan sebaya.
Berapa banyak anak muda yang mendengarkan berita televisi setiap kali bangun di pagi hari? Berapa banyak pula yang beribadah ke gereja saban pekan dan bahkan jadi patron yayasan amal bertajuk Hope and Homes for Children?
Tapi, itulah sisi humanis seorang Reo-Coker, yang bacaan favoritnya ternyata lumayan “berat”, yakni kitab strategi perang klasik The Art of War karangan Sun Tzu.
Padahal, ia dibesarkan di lingkungan broken home. Ia sempat menghabiskan masa kanak-kanak di Sierra Leone selama enam tahun lantaran sang ayah, Ransford, adalah seorang dokter.
Ia balik ke London pada 1990 tanpa sosok ayah menyusul perceraian sang mama, Agnes-Lucinda, yang kemudian membesarkannya bersama dua kakak perempuannya, Natalie dan Vanessa.
Mamanya harus kerja keras untuk membiayai studi Reo-Coker sekaligus mendukung kegemarannya bermain bola. Sang ibu pula yang membelikan sepatu bola-nya yang pertama.
“Saya selalu ingat momen tersebut,” kenangnya. “Ibu dan kakak perempuanku sebetulnya tak punya banyak uang. Namun, entah bagaimana mereka terus menyokong karierku sehingga bisa seperti sekarang. Saya sungguh berutang budi.” (bry)
No comments:
Post a Comment