
Jangan Memalukan Bangsa!
Sebagai olahraga yang kerap mengharumkan nama bangsa dan negara di kancah internasional, tim Piala Sudirman Indonesia harus bisa mengemban tugas dengan baik. Jangan sampai penampilan tim Merah-Putih di Glasgow, Skotlandia, 11-17 Juni, mempermalukan bangsa.
Penegasan itu disampaikan Ketua Umum PB PBSI, Sutiyoso, pada acara pelepasan tim Piala Sudirman X di Pelatnas Cipayung, Jakarta Timur, Sabtu (2/6). Dalam surat keputusan yang ditandatangani Sutiyoso, tim Indonesia berkekuatan 35 orang yang terdiri dari ofisial, pelatih, dokter, dan masseur, serta 20 pemain.
Menurut Bang Yos, sapaan akrab Gubernur DKI Jakarta itu, menang dan kalah dalam pertandingan internasional itu adalah hal yang biasa. Namun, yang lebih utama adalah bagaimana proses kalah dan menangnya itu.
“Kalah, tidak mengapa. Sepanjang kekalahan di Glasgow nanti itu jangan sampai mempermalukan bangsa,” tegasnya.
Diutarakannya, kalau tim bulutangkis Indonesia sukses, orang akan tenang-tenang saja. “Namun, begitu kalah di banyak turnamen, termasuk seperti di Indonesia Super Series, masyarakat akan langsung memaki-maki habis,” tandas Bang Yos.
Dalam tim untuk menghadapi Korea, Denmark, dan Hong Kong di penyisihan Grup 1-B, Indonesia akhirnya mencoret dua pemain. Mereka yang tak masuk dalam tim adalah pemain ganda Luluk Hadiyanto dan pemain tunggal putri Pia Zebadiah.
Dikatakan oleh manajer tim Lutfi Hamid, tim Indonesia sudah siap segalanya. Baik teknik, fisik, maupun nonteknis, semuanya sudah dipersiapkan dengan baik, termasuk melakukan dua kali simulasi di Bandung dan Batam.
“Tim siap mengemban tugas dengan baik. Kami akan berusaha untuk tampil terbaik,” tegas Lutfi.
Rombongan besar Indonesia akan berangkat Senin (4/6) malam menggunakan maskapai Emirat langsung menuju Glasgow dengan transit di Dubai.
Tak Mungkin Diganti
Meskipun Joko Riyadi dipastikan sakit tifus dan mungkin tidak dibawa ke Glasgow, PBSI tetap tidak akan menganulir Surat Keputusan No. SKEP/50/0.3/V/2007. Artinya Luluk, yang tidak dimasukkan dalam tim, tidak mungkin dipanggil lagi.
“Ya tidak mungkin SK diubah. Walau Joko nantinya tak dibawa karena sakit, tempatnya tidak bisa digantikan oleh Luluk,” tegas Lutfi.
Penegasan manajer bertangan dingin itu sekaligus untuk mengakhiri rumor yang menyebutkan Luluk akan dibawa, menggantikan Joko. Apalagi, pasangan Joko, Hendra Aprida Gunawan, bisa juga diduetkan dengan Alvent Yulianto.
Selamat berjuang, pahlawan bulutangkis! (Broto Happy W.)
Tim Indonesia
Manajer Tim: Lutfi Hamid
Wakil Manajer Tim: Jacob Rusdianto
Sekretaris Umum: Lius Pongoh
Koordinator Pelatih: Christian Hadinata
Dokter Tim: Grace Tumbelaka
Pelatih: Mulyo Handoyo, Hendrawan, Herry Imam Pierngadi, Aryono Miranat, Richard Mainaky, Sigit Pamungkas, Paulus Firman
Pelatih Fisik: Ari Bayu Marta
Masseur: Sugiat Moeljo Soedarmo, Ace Kusmana
Tunggal Putra: Taufik Hidayat, Sony Dwi Kuncoro, Simon Santoso
Tunggal Putri: Maria Kristin Yulianti, Adrianti Firdasari
Ganda Putra: Markis Kido, Hendra Setiawan, Alvent Yulianto, Joko Riyadi, Hendra Aprida Gunawan, Candra Wijaya
Ganda Putri: Greysia Polii, Lita Nurlita, Rani Mundiasti, Endang Nursugianti
Ganda Campuran: Nova Widianto, Lilyana Natsir, Flandy Limpele, Vita Marissa, Muhammad Rizal
Singapura Satelit
Hampa dari Negeri Singa
Kalau pekan sebelumnya pebulutangkis kita boleh jumawa di Vietnam Challenge dengan tiga gelar, hal serupa tidak bisa diulangi lagi pada Singapura Satelit, yang berakhir Sabtu (2/6) di Singapore Badminton Hall. Pebulutangkis kita malah pulang dengan tangan hampa.
Memang di turnamen berhadiah 10 ribu dolar Singapura yang berlangsung 30 Mei-2 Juni Indonesia menempatkan wakil pada dua nomor final. Sayang, Bona Septano/M. Ahsan dan Dili Puspita Richi/Yulianti tak mampu mengatasi lawan.
Di ganda putra, Bona/Ahsan, yang kembali sukses menekuk seterunya di Vietnam Challenge, Cho Gun-woo/Yoo Yeon-seong (Korea) pada babak semifinal, malah kurang beruntung di partai puncak. Ganda masa depan kita itu kalah melawan Khoo Chung Chiat/Chang Hun Pin (Malaysia) 21-19, 10-21, 21-23.
“Padahal, kita sangat berharap Bona/Ahsan bisa memetik gelar lagi. Meski begitu, mereka sudah menunjukkan permainan yang baik,” tutur pelatih Herry Imam Pierngadi.
Kekalahan juga dialami Dili/Yulianti. Juara Vietnam Challenge pekan lalu itu menyerah kepada ganda Korea yang dikalahkannya di Ho Chi Minh City, pekan sebelumnya, Ha Jung-eun/Kim Min-jung 18-21, 12-21.
Pemain Indonesia lain yang ke semifinal adalah Lingga Lie/Devi Tika Permatasari. Sayang, langkah mereka ke partai akhir dijegal Yoo Yeung-seong/Ha Jung-eun (Korea) 17-21, 21-14.
Sementara itu, Febby Angguni, yang diharap terus bisa menambah pengalaman, terhenti di babak kedua. Setelah menang atas Vivian Kah Mun Hoo (Malaysia) 21-17, 21-19, dia kemudian disingkirkan Gu Juan (Singapura), 21-23, 21-19, 8-18 (mundur). (Broto Happy W.)
Hasil Final
Tunggal Putra: Tan Chun Seang (Mas) vs Chan Kwong Beng (Mas) 17-21, 21-16, 21-10 Tunggal Putri: Jun Jae-youn (Kor) vs Bae Youn-joo (Kor) 21-8, 21-8 Ganda Putra: Khoo Chung Chiat/Chang Hun Pin (Mas) Mohammad Ahsan/Bona Septano (Ina) 19-21, 21-10, 23-21 Ganda Putri: Ha Jung-eun/Kim Min-jung (Kor) vs Yulianti/Puspita Richi Dili (Ina) 21-18, 21-12 Ganda Campuran: Cho Gun-woo/Kim Min-jung (Kor) vs Yoo Yeon-seong/Ha Jung-eun (Kor) 21-19, 21-15
Berat, tapi Tetap Terbuka
Peluang Indonesia menggapai Piala Sudirman X memang berat. Tetapi, di pertandingan olahraga tidak ada yang mustahil. Itulah pesan mantan manajer tim sekaligus tim dokter PB PBSI, Haditono.
Menurut dokter lulusan UI itu, hal serupa pernah terjadi pada Piala Sudirman 1989 di Jakarta. Indonesia sudah nyaris kalah saat melawan Korea Selatan di final. Namun, berbekal kemauan keras dan semangat juang, Tim Merah-Putih justru berbalik menjadi menang.
“Susy Susanti telah memberikan pelajaran berharga. Dia bermain penuh semangat dan pantang menyerah saat melawan Lee Young-suk. Hasilnya dia menang dan Indonesia pun akhirnya mengatasi Korsel 3-2. Sebuah perjuangan yang harus diteladani tim sekarang,” tutur Haditono.
Karena itu, meskipun berat, Taufik Hidayat dkk. harus berjuang sekuat tenaga dulu. Jangan ada kata menyerah. Korea, Denmark, dan Hong Kong bukanlah lawan enteng, tetapi mereka juga tidak mustahil untuk dikalahkan.
“Kalau jadi juara grup, rasa percaya diri tim akan terdongkrak. Lawan siapa saja di semifinal kita tidak takut,” tutur Presdir Golden Rama, perusahaan perjalanan dan wisata itu.
Sebenarnya ada niat dia untuk menonton langsung. Namun, kondisinya setelah menjalani operasi cangkok jantung di AS tahun 1992 tidak memungkinkan. Apalagi, 12 Desember nanti ia genap berusia 75 tahun.
“Tanggal 8 Juni nanti saya genap berusia 15 tahun dengan jantung orang lain. Saya bersyukur karena mungkin saya adalah orang hidup terlama dengan jantung orang lain,” ujarnya. (bhw)
Luluk Tak Sakit Hati
Dicoret dari tim Piala Sudirman X tentu sangat menyakitkan. Tetapi, pemain ganda Luluk Hadiyanto berusaha tegar. Dia pun mengaku tidak menyesali nasib buruk yang menimpa.
Justru sebaliknya, dengan berbesar hati, dia mengikuti acara pengumuman tim yang akan berlaga ke Glasgow, 11-17 Juni. Dia tetap ikut upacara, meskipun harus berdiri di luar kelompok tim ke Piala Sudirman di Pelatnas Cipayung, Sabtu (2/6).
“Saya legowo. Tidak ada sakit hati. Makanya saya tetap datang ke acara. Kalau saya mangkir, berarti saya pengecut,” sebut Luluk kepada BOLA, yang menemani semobil menuju Cibinong, Bogor, usai pengumuman.
Disebutkan pemain kelahiran Blora, 8 Juni 1979 itu, tidak masuk tim bukan berarti karier dan pengharapannya sebagai pebulutangkis tamat. Masih banyak asa yang ingin direngkuhnya. Salah satunya, tentu kembali ke klub lama, PB Djarum, atau hijrah ke luar negeri.
Namun, sebelum memutuskan untuk melangkah, pasangan Alvent Yulianto itu akan bicara dengan pelatih dan pengurus, baik di Cipayung maupun PB Djarum. “Saya tentu akan bicara dulu dengan mereka,” sebutnya.
Cuma, kalau toh ada yang disesalkan, dia menyebut hingga pengumuman dirinya belum pernah diajak bicara pelatih atau pengurus. “Saya enggak tahu kenapa kok saya tidak diajak bicara,” sebutnya. (bhw)
Sebagai olahraga yang kerap mengharumkan nama bangsa dan negara di kancah internasional, tim Piala Sudirman Indonesia harus bisa mengemban tugas dengan baik. Jangan sampai penampilan tim Merah-Putih di Glasgow, Skotlandia, 11-17 Juni, mempermalukan bangsa.
Penegasan itu disampaikan Ketua Umum PB PBSI, Sutiyoso, pada acara pelepasan tim Piala Sudirman X di Pelatnas Cipayung, Jakarta Timur, Sabtu (2/6). Dalam surat keputusan yang ditandatangani Sutiyoso, tim Indonesia berkekuatan 35 orang yang terdiri dari ofisial, pelatih, dokter, dan masseur, serta 20 pemain.
Menurut Bang Yos, sapaan akrab Gubernur DKI Jakarta itu, menang dan kalah dalam pertandingan internasional itu adalah hal yang biasa. Namun, yang lebih utama adalah bagaimana proses kalah dan menangnya itu.
“Kalah, tidak mengapa. Sepanjang kekalahan di Glasgow nanti itu jangan sampai mempermalukan bangsa,” tegasnya.
Diutarakannya, kalau tim bulutangkis Indonesia sukses, orang akan tenang-tenang saja. “Namun, begitu kalah di banyak turnamen, termasuk seperti di Indonesia Super Series, masyarakat akan langsung memaki-maki habis,” tandas Bang Yos.
Dalam tim untuk menghadapi Korea, Denmark, dan Hong Kong di penyisihan Grup 1-B, Indonesia akhirnya mencoret dua pemain. Mereka yang tak masuk dalam tim adalah pemain ganda Luluk Hadiyanto dan pemain tunggal putri Pia Zebadiah.
Dikatakan oleh manajer tim Lutfi Hamid, tim Indonesia sudah siap segalanya. Baik teknik, fisik, maupun nonteknis, semuanya sudah dipersiapkan dengan baik, termasuk melakukan dua kali simulasi di Bandung dan Batam.
“Tim siap mengemban tugas dengan baik. Kami akan berusaha untuk tampil terbaik,” tegas Lutfi.
Rombongan besar Indonesia akan berangkat Senin (4/6) malam menggunakan maskapai Emirat langsung menuju Glasgow dengan transit di Dubai.
Tak Mungkin Diganti
Meskipun Joko Riyadi dipastikan sakit tifus dan mungkin tidak dibawa ke Glasgow, PBSI tetap tidak akan menganulir Surat Keputusan No. SKEP/50/0.3/V/2007. Artinya Luluk, yang tidak dimasukkan dalam tim, tidak mungkin dipanggil lagi.
“Ya tidak mungkin SK diubah. Walau Joko nantinya tak dibawa karena sakit, tempatnya tidak bisa digantikan oleh Luluk,” tegas Lutfi.
Penegasan manajer bertangan dingin itu sekaligus untuk mengakhiri rumor yang menyebutkan Luluk akan dibawa, menggantikan Joko. Apalagi, pasangan Joko, Hendra Aprida Gunawan, bisa juga diduetkan dengan Alvent Yulianto.
Selamat berjuang, pahlawan bulutangkis! (Broto Happy W.)
Tim Indonesia
Manajer Tim: Lutfi Hamid
Wakil Manajer Tim: Jacob Rusdianto
Sekretaris Umum: Lius Pongoh
Koordinator Pelatih: Christian Hadinata
Dokter Tim: Grace Tumbelaka
Pelatih: Mulyo Handoyo, Hendrawan, Herry Imam Pierngadi, Aryono Miranat, Richard Mainaky, Sigit Pamungkas, Paulus Firman
Pelatih Fisik: Ari Bayu Marta
Masseur: Sugiat Moeljo Soedarmo, Ace Kusmana
Tunggal Putra: Taufik Hidayat, Sony Dwi Kuncoro, Simon Santoso
Tunggal Putri: Maria Kristin Yulianti, Adrianti Firdasari
Ganda Putra: Markis Kido, Hendra Setiawan, Alvent Yulianto, Joko Riyadi, Hendra Aprida Gunawan, Candra Wijaya
Ganda Putri: Greysia Polii, Lita Nurlita, Rani Mundiasti, Endang Nursugianti
Ganda Campuran: Nova Widianto, Lilyana Natsir, Flandy Limpele, Vita Marissa, Muhammad Rizal
Singapura Satelit
Hampa dari Negeri Singa
Kalau pekan sebelumnya pebulutangkis kita boleh jumawa di Vietnam Challenge dengan tiga gelar, hal serupa tidak bisa diulangi lagi pada Singapura Satelit, yang berakhir Sabtu (2/6) di Singapore Badminton Hall. Pebulutangkis kita malah pulang dengan tangan hampa.
Memang di turnamen berhadiah 10 ribu dolar Singapura yang berlangsung 30 Mei-2 Juni Indonesia menempatkan wakil pada dua nomor final. Sayang, Bona Septano/M. Ahsan dan Dili Puspita Richi/Yulianti tak mampu mengatasi lawan.
Di ganda putra, Bona/Ahsan, yang kembali sukses menekuk seterunya di Vietnam Challenge, Cho Gun-woo/Yoo Yeon-seong (Korea) pada babak semifinal, malah kurang beruntung di partai puncak. Ganda masa depan kita itu kalah melawan Khoo Chung Chiat/Chang Hun Pin (Malaysia) 21-19, 10-21, 21-23.
“Padahal, kita sangat berharap Bona/Ahsan bisa memetik gelar lagi. Meski begitu, mereka sudah menunjukkan permainan yang baik,” tutur pelatih Herry Imam Pierngadi.
Kekalahan juga dialami Dili/Yulianti. Juara Vietnam Challenge pekan lalu itu menyerah kepada ganda Korea yang dikalahkannya di Ho Chi Minh City, pekan sebelumnya, Ha Jung-eun/Kim Min-jung 18-21, 12-21.
Pemain Indonesia lain yang ke semifinal adalah Lingga Lie/Devi Tika Permatasari. Sayang, langkah mereka ke partai akhir dijegal Yoo Yeung-seong/Ha Jung-eun (Korea) 17-21, 21-14.
Sementara itu, Febby Angguni, yang diharap terus bisa menambah pengalaman, terhenti di babak kedua. Setelah menang atas Vivian Kah Mun Hoo (Malaysia) 21-17, 21-19, dia kemudian disingkirkan Gu Juan (Singapura), 21-23, 21-19, 8-18 (mundur). (Broto Happy W.)
Hasil Final
Tunggal Putra: Tan Chun Seang (Mas) vs Chan Kwong Beng (Mas) 17-21, 21-16, 21-10 Tunggal Putri: Jun Jae-youn (Kor) vs Bae Youn-joo (Kor) 21-8, 21-8 Ganda Putra: Khoo Chung Chiat/Chang Hun Pin (Mas) Mohammad Ahsan/Bona Septano (Ina) 19-21, 21-10, 23-21 Ganda Putri: Ha Jung-eun/Kim Min-jung (Kor) vs Yulianti/Puspita Richi Dili (Ina) 21-18, 21-12 Ganda Campuran: Cho Gun-woo/Kim Min-jung (Kor) vs Yoo Yeon-seong/Ha Jung-eun (Kor) 21-19, 21-15
Berat, tapi Tetap Terbuka
Peluang Indonesia menggapai Piala Sudirman X memang berat. Tetapi, di pertandingan olahraga tidak ada yang mustahil. Itulah pesan mantan manajer tim sekaligus tim dokter PB PBSI, Haditono.
Menurut dokter lulusan UI itu, hal serupa pernah terjadi pada Piala Sudirman 1989 di Jakarta. Indonesia sudah nyaris kalah saat melawan Korea Selatan di final. Namun, berbekal kemauan keras dan semangat juang, Tim Merah-Putih justru berbalik menjadi menang.
“Susy Susanti telah memberikan pelajaran berharga. Dia bermain penuh semangat dan pantang menyerah saat melawan Lee Young-suk. Hasilnya dia menang dan Indonesia pun akhirnya mengatasi Korsel 3-2. Sebuah perjuangan yang harus diteladani tim sekarang,” tutur Haditono.
Karena itu, meskipun berat, Taufik Hidayat dkk. harus berjuang sekuat tenaga dulu. Jangan ada kata menyerah. Korea, Denmark, dan Hong Kong bukanlah lawan enteng, tetapi mereka juga tidak mustahil untuk dikalahkan.
“Kalau jadi juara grup, rasa percaya diri tim akan terdongkrak. Lawan siapa saja di semifinal kita tidak takut,” tutur Presdir Golden Rama, perusahaan perjalanan dan wisata itu.
Sebenarnya ada niat dia untuk menonton langsung. Namun, kondisinya setelah menjalani operasi cangkok jantung di AS tahun 1992 tidak memungkinkan. Apalagi, 12 Desember nanti ia genap berusia 75 tahun.
“Tanggal 8 Juni nanti saya genap berusia 15 tahun dengan jantung orang lain. Saya bersyukur karena mungkin saya adalah orang hidup terlama dengan jantung orang lain,” ujarnya. (bhw)
Luluk Tak Sakit Hati
Dicoret dari tim Piala Sudirman X tentu sangat menyakitkan. Tetapi, pemain ganda Luluk Hadiyanto berusaha tegar. Dia pun mengaku tidak menyesali nasib buruk yang menimpa.
Justru sebaliknya, dengan berbesar hati, dia mengikuti acara pengumuman tim yang akan berlaga ke Glasgow, 11-17 Juni. Dia tetap ikut upacara, meskipun harus berdiri di luar kelompok tim ke Piala Sudirman di Pelatnas Cipayung, Sabtu (2/6).
“Saya legowo. Tidak ada sakit hati. Makanya saya tetap datang ke acara. Kalau saya mangkir, berarti saya pengecut,” sebut Luluk kepada BOLA, yang menemani semobil menuju Cibinong, Bogor, usai pengumuman.
Disebutkan pemain kelahiran Blora, 8 Juni 1979 itu, tidak masuk tim bukan berarti karier dan pengharapannya sebagai pebulutangkis tamat. Masih banyak asa yang ingin direngkuhnya. Salah satunya, tentu kembali ke klub lama, PB Djarum, atau hijrah ke luar negeri.
Namun, sebelum memutuskan untuk melangkah, pasangan Alvent Yulianto itu akan bicara dengan pelatih dan pengurus, baik di Cipayung maupun PB Djarum. “Saya tentu akan bicara dulu dengan mereka,” sebutnya.
Cuma, kalau toh ada yang disesalkan, dia menyebut hingga pengumuman dirinya belum pernah diajak bicara pelatih atau pengurus. “Saya enggak tahu kenapa kok saya tidak diajak bicara,” sebutnya. (bhw)
No comments:
Post a Comment