Wednesday, June 25, 2008

10 Cara mempertahankan kekuasaan




Pemimpin atau leader pasti memiliki kekuasaan terhadap sejumlah staf dan anak buahnya. Makanya ada yang menyebut pemimpin dengan istilah 'sang
penguasa'. Namun kekuasaan tersebut tidak mampir begitu saja ke pundak seorang pemimpin. Untuk menjadi pemimpin yang mampu berkuasa dengan baik
Anda harus melewati serangkaian proses.

Pakar karir Stephen R. Covey mengatakan bahwa kekuasaan seorang pemimpin baru sah jika pemimpin itu dihormati, dihargai dan secara tulus diakui oleh
orang lain. Untuk lebih jelasnya Anda perlu mengenali 10 saran dari Covey yang dapat meningkatkan kekuasaan seorang pemimpin di bawah ini:

Sikap persuasif
Dengan bersikap persuasif Anda mempertahankan rasa hormat yang tulus terhadap ide dan perspektif para pengikut sambil tetap memberikan alasan yang kuat
bagi kekuasaan dan keinginan Anda. Pastikan Anda tetap dalam proses komunikasi sampai hasil yang menguntungkan dan memuaskan semua pihak tercapai.
Oleh karenanya katakan mengapa dan apa sebabnya serta alasan Anda.

Kesabaran
Bersabarlah pada suatu proses. Walau Anda mengalami kegagalan, kekurangan dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh para pengikut, kesabaran Anda
bisa menjadi antisipasi Anda untuk mencapai tujuan. Pertahankan perspektif jangka panjang dan komitmen pada tujuan-tujuan Anda. Bersabarlah ketika Anda
mendapat rintangan dan penolakan jangka pendek.

Kelembutan
Gunakan bahasa yang lembut dan halus untuk mengungkapkan kekecewaan dan ketidakpuasan terhadap pengikut. Jangan menggunakan kekasaran, kekerasan
atau pemaksaan. Sekali Anda melakukannya, mereka justru akan menjauh dan memberontak dari kepemimpinan Anda.

Bersedia belajar dari pengikut
Walaupun Anda pemimpin bukan berarti Anda punya semua jawaban terhadap semua permasalan. Untuk permasalahan yang tidak Anda ketahui jawabannya,
Anda harus bersedia meminta pendapat, urun rembug, dan belajar dari anak buah. Hargai sudut pandang, penilaian dan pengalaman lain yang mungkin dimiliki
oleh pengikut.

Menerima
Untuk pendapat, pandangan dan kritikan pengikut yang memang bagus bagi perkembangan dan kemajuan divisi, ada baiknya Anda pertimbangkan dan terima.
Karena kadang, justru kontribusi mereka memberi dampak yang lebih baik bagi kondisi perusahaan.

Perhatian
Bersikaplah lebih peka, pengertian, perhatian dan bijaksana terhadap semua pengikut. Ketahui apa masalah yang mereka hadapi dan apa yang mereka
butuhkan. Kemudian cobalah untuk mencari solusi atas masalah mereka.

Keterbukaan
Anda perlu mendapatkan informasi dan perspektif yang akurat mengenai potensi para pengikut sambil tetap menghargai keadaan mereka sekarang, lepas dari
apa yang mereka miliki, mereka kontrol atau mereka kerjakan. Anda juga harus memberikan pertimbangan penuh pada niat, keinginan, nilai dan tujuan-tujuan
mereka daripada hanya berfokus pada perilaku mereka.

Konfrontasi keprihatinan
Anda harus mengakui kekeliruan dan kesalahan Anda. Ini sekaligus mengakui adanya kebutuhan para pengikut untuk melakukan ‘koreksi arah’. Semua itu harus
dilakukan dalam suasana ketulusan perhatian, kepentingan dan keakraban, menjadikannya aman bagi para pengikut untuk mengambil risiko.

Konsisten
Dengan sikap konsisten, gaya kepemimpinan Anda bukan suatu teknik manipulasi yang Anda gunakan manakala menghadapi kesulitan, krisis atau tantangan.
Dengan demikian gaya kepemimpinan itu menjadi seperangkat nilai, suatu aturan pribadi, penjabaran karakter Anda, suatu refleksi dari siapa Anda kini dan
menjadi apa nantinya.

Integritas
Anda harus jujur memadukan kata-kata dan perasaan dengan pikiran dan tindakan, demi kebaikan orang lain, tanpa kecurangan atau keinginan untuk menipu,
mengambil keuntungan, menyiasati atau mengontrol. Anda harus terus-menerus meninjau kembali niat Anda saat Anda berjuang memperoleh keserasian.

Bagi sebagian orang, prinsip-prinsip dan nilai-nilai kepemimpinan di atas merupakan hal yang cukup berat. Hanya pemimpin dengan kualitas tinggilah yang
dapat melakukannya untuk mencapai kekuasaan dalam arti positif. Ingat dengan kekuasaan bukan berarti Anda bisa bersikap sewenang-wenang untuk
mencapai apapun yang Anda inginkan. Justru dengan kekuasaan Anda bisa lebih bijak menghadapi orang lain. (unknown)



Selling a Price Increase

Even the most sales savvy among us have been there: fighting back the nerves that materialize whenever we are faced with telling a customer about a price increase.

Talking about a price increase never makes for an easy conversation. When discussing a price increase in a business to business environment it’s important to bear in mind that our customer has probably had to have the same discussion with their own customers. A company exists only as long as it earns a profit and a company can only earn a profit long-term if it delivers a quality product or service that is priced right. This means the key to any price increase conversations is to emphasize that such an increase will ensure product quality.
As you begin to prepare your strategy for communicating a price increase, ask yourself the following questions:

1. Does the customer take your product/service and add a standard percentage increase in price when selling to their customers? If this is the case, you can point out that your customer will make more money by taking a standard percentage of a higher amount.

2. What percentage of the customer’s business is your product/service? If the percentage is small, point out that the amount of increase is only a small percentage of their total business. If the percentage is great, then you can emphasize that the price increase is necessary to maintain the level of product quality necessary for them to serve their customers.

3. Has the customer faced any other price increases from other vendors? If so, try to identify what some percentages of the other increases have been. If your price increase falls into the low end, then you can point out how your increase is comparatively lower than many others. If your increase is at the high end, you can explain how your increase is the only one you expect to take; or you may point out that you wouldn’t be surprised to see others coming back to take another round of price increases.

4. How does the customer view you and the products/services you sell? If you have a reputation and record of quality, then you can emphasize that the increase has been carefully thought through and that the increase is only being taken to ensure continuing quality. If you have a spotty record with the customer, then you should stress how the price increase will allow you to begin addressing some of the issues in question by allowing you to increase the overall quality of service the customer has been receiving. Naturally it is important to make sure all comments are backed with a commitment to follow-through.

5. Will the customer raise an issue with the price increase? Be prepared to show documentation of how your costs have increased and how the same increases your company is facing are being dealt with by other companies. (One example is the increasing cost of oil, which has forced any company that uses petroleum in the manufacturing or transportation of goods to most likely increase prices.) When having this discussion, be sure to show empathy for the customer, but remain firm in what you’re saying. If the customer senses any hesitation on your part they will likely try to exploit it in the form of a price concession from you.

Also be prepared to share steps that your company has taken in an attempt to avoid a price increase. This can include ways you’ve already cut costs, or how the price increase is the only way to maintain the quality and service the customer expects. A final point to emphasize is the time lag between this price increase and the previous increase. Having information available concerning the rate of inflation during that specific time period may also help diffuse the issue of the price increase.

6. Why does the customer buy from you anyway? Knowing the real reason(s) the customer buys from you will allow you to reinforce these points when talking about the price increase. You should also have ready at least two key needs of the customer that your product or service satisfies. Be sure all of your strategic information about the customer is up to date before a price increase is announced.

7. How much business is at risk from the customer? We can sometimes get carried away thinking that if we raise prices we’ll lose the customer, even though this is rarely the case. Think through what steps the customer would have to take to move to another vendor. Many times the work involved in moving is not worth the effort, and thus the business is less at risk than thought.

The following tips are the best practices to employ when executing a price increase:

1. Give the customer lead-time. Provide the customer with enough notice of the lead-time to allow them to make adjustments in their information systems and to exercise at least one more order at the existing price.

2. Do not show favorites. Pricing integrity is always essential, but especially so during a price change. Do not treat particular customers more favorably in pricing during an increase. Different pricing levels are fine as long as they can be logically defended so that a customer who is not receiving the price break can understand and accept the price change.

3. Invoicing integrity. Do not allow your customer to find out about a price increase from your invoice. Any changes in pricing must come from the account executive or a person of high position in the company. Information regarding a price change should only appear on an invoice after every person involved at the customer has been personally notified. (Sufficient time should occur in the price increase timeline to allow at least one invoice to contain a note of the pending increase in price.)

4. Customer service blunders. Make sure each customer service representative and anyone else who comes in contact with the customer is fully aware of when the price increase is going to be communicated. One of the most significant possibilities for customer difficulty during a price increase is the potentially confusing information they hear from different departments. Everyone in customer service needs to be fully briefed on the price increase, the reasoning behind it, and the logistics for implementation. They should also be provided with a FAQ guide to ensure that when customers do ask them about elements of the pricing increase they are able to share accurate information.

5. Believe in the price increase. In order to be paid what we’re worth, we must charge what we’re worth. Although this is not something that can be explicitly communicated to the customer, this general sense is what sets apart the best practice companies and high-performing sales professionals.

6. Open-phone/open- door policy. Any time a price increase is taken, it is important for all senior executives to be willing to take a phone call from a customer or to make phone calls on key customers. For successful consultative selling, nothing sends a stronger signal to a sales organization than seeing their senior executives on the front-line when dealing with a price increase.

7. Monitor orders pre- and post-price increase. Make sure order patterns are closely monitored for the sales cycle leading up to the price increase and the sales cycle following the price increase. It is important to catch quickly any changes in ordering patterns at the customer level due to any price increase, and monitoring this information in total will not allow you to see customer changes fast enough.

During the 1970s and 1980s, price increases were common and expected. During the past 10 years, however, we’ve all grown used to lower inflation and the overwhelming impact of Wal-Mart’s philosophy on pricing. Today price increases are again growing more common and acceptable so long as they are well thought through and not seen as a way to merely increase profits. As an inevitable part of business today, we can’t let ourselves avoid tackling price increases; instead we should seek to use them strategically to increase our selling potential.



Contoh Bisnis Tanpa Modal
By: antonhuang

Pernah dengar Starbucks? Pasti pernah, siapa yang tidak tau Starbucks. Ada yang tau siapa pemiliknya?? ? Berikut saya bagikan sebuah cerita yang saya dapat dari buku Financial Revolution.

Cerita perjalanan seorang yang bernama Howard Schultz, pemilik Starbucks jaringan kedai kopi. Tadinya yang bersangkutan adalah eksekutif papa atas. Waktu dia mendapat tugas ke Seattle, dan minum kopi di Starbucks, dia jual impiannya untuk membuka cabang di seluruh Amerika, bahkan di seluruh dunia. Setelah proses yang lama, pemiliknya setuju untuk mempekerjakan Howard dengan bayaran yang jauh lebih kecil dari gajinya sebagai eksekutif papan atas. Howard setuju dan pindah ke Seattle. Kemudian dia belajar semua jurus yang ada dan menganjurkan pemiliknya untuk membuka cabang.

Ketika pemiliknya agak segan untuk membuka banyak cabang, Howard menawarkan akan buka sendiri dan pemilik lama ikut jadi pemegang saham. Pemilik setuju dan jadi pemegang saham. Ketika waktu berlalu dan pemilik Starbucks tidak mau melanjutkan lagi usahanya, Starbucks ditawarkan kepada Howard dengan harga yang sangat tinggi. Howard setuju dan mencari modal dari sekian banyak kenalannya. Jadilah Starbucks miliknya, berkembang pesat jadi banyak, go public dan menyebar ke seluruh dunia.

Wahhh.. Bisnis tanpa modal sendiri. Modal orang lain, dari kenalan-kenalannya. Yah, pake istilah OPM (Opium kerennya…) = Other’s People Money. Howard bermodalkan impiannya untuk membuka cabang Starbucks di seluruh dunia, dengan bermodalkan uang orang lain. So, siapa bilang bisnis butuh modal uang????

Ada banyak kisah sukses bisnis tanpa modal uang atau tanpa modal uang sendiri. Yang penting adalah kemauan dan niat. Saya sendiri punya bisnis tanpa modal uang yang besar, juga punya bisnis tanpa modal uang sama sekali, dan juga saya punya bisnis yang modal uang lumayan besar namun kepintaran/ide orang lain. Peluang ada banyak sekali di dunia ini. Asal kita mau melihat dan membuka pikiran. Yah, bukalah pikiran, daripada buka baju terus, ehehe..

Ada dunia kekurangan uang, ada juga dunia kelebihan uang. Dunia manakah yang anda lihat sekarang??? Kalau anda cuma melihat dunia kekurangan uang, maukah melihat dunia kelebihan uang?

Ada usaha dengan modal uang. Ada juga usaha tanpa modal uang. Dunia usaha manakah yang anda lihat sekarang??? Kalau anda cuma melihat dunia usaha yang bermodalkan uang yang besar, maukah melihat dunia usaha tanpa modal sama sekali atau bermodalkan kecil??

So, berbisnislah… sebelum berbisnis itu dilarang, hahaha… Tinggalkan budaya lama bawaan zaman penjajahan belanda dulu yang menyarankan jadilah PNS. Bayangkan, kita dijajah 350 thn oleh Belanda, yang memprogram otak masyarakat Indonesia ini agar menjadi pegawai saja.. Sedangkan mereka sendiri, orang-orang Belanda membuka usaha di Indonesia. So, setting ulang otak anda, ehh..salah, maksudnya saya… karena saya yang mau berubah. Kalo anda, ya terserah anda.. mau setting ulang sekarang, atau setting ulang karena terpaksa keadaan ketika biaya-biaya kehidupan bertambah sedangkan gaji tidak nambah-nambah, atau tetap berkata saya tidak berbakat bisnis.

Bagi yang menyukai bisnis atau membangun bisnis, silahkan isi koment-koment anda di blog saya ini, biar alam semesta mendengarkannya dan mengabulkannya untuk anda..

Semoga kisah sukses Starbucks ini bermanfaat dan menjadi contoh bahwa bisnis itu tidak selalu dimulai dengan uang sendiri… Kecanduan OPM (Kecanduan “Opium”)..

Kesaksian Penginjilan Dari Negri Pakistan



“Yunus” lahir dari keluarga “Agama lain” yang tekun beribadah. Ia berusaha menjadi seorang “Agama lain” terbaik yang ia mampu, seperti membaca kitab suci dan bergabung dalam kelompok dakwah. Ia mengambil langkah ekstrim dalam pencariannya akan Allah. Ia berkata, “Aku ingin mendapatkan informasi yang lebih lagi tentang jihad, oleh karena itu aku pergi ke suatu kamp pelatihan kelompok jihad, mengunjungi Azad Kashmir secara ilegal. Selama tiga bulan aku mengikuti pelatihan di kamp itu. Aku tidak setuju dengan cara berpikir para pemimpin ‘Agama lain’ yang fanatik. Aku pikir arti jihad yang seharusnya adalah berperang melawan dosa, bukan sebaliknya menjadi konsep membunuh. Oleh karena itu aku meninggalkan pelatihan tersebut.”



Yunus terus mempelajari agama. Di sebuah buku, ia menemukan sebuah pertanyaan: “Carilah Kerajaan Allah, dimanakah Allahmu berada?” Ia berkata, “Setelah itu, pergumulanku adalah mencari jawaban atas pertanyaan ini.”



Yunus mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut ketika ia menemukan Kristus. Kemudian ia terlibat membantu berdirinya sebuah gereja, pergi ke sekolah Alkitab dan mengabarkan kristus kepada yang lain. Pamannya, Muhammad Umar, tertarik dengan Kekristenan. Umar mempunyai seorang sahabat “Agama lain” yang anak perempuannya berusia 13 tahun dan disembuhkan ketika Yunus berdoa baginya. “Setelah mujizat ini, pamanku menjadi lebih yakin lagi dalam Kekristenan,” kata Yunus.



Pada bulan Mei 2006, Yunus dan Umar membantu adik bungsu Yunus membuka sebuah usaha kecil. Mereka bertiga bekerja di dalam toko itu bersama-sama. Pamannya senang menceritakan kesaksian Yunus kepada teman-teman dan keluarga yang mau mendengar dan mengatakan kepada orang-orang bahwa Yunus dapat menyembuhkan yang sakit melalui doa.



Pada tanggal 25 Juli 2006, salah seorang teman Umar memasuki toko, memimpin suatu kelompok yang terdiri tujuh sampai delapan orang “Agama lain”. Mereka membawa Umar ke suatu lapangan, dimana mereka mengikat kedua tangan dan kakinya lalu menembak kepalanya, gaya eksekusi. Ia tewas di tempat dalam umur 32 tahun. Ia meninggalkan istrinya yang baru saja ia nikahi selama dua bulan.



Pihak keluarga terkejut dan remuk. Mereka menyalahkan Yunus karena kematian pamannya. “Mereka mulai membenci aku. Mereka memaksa aku untuk kembali ke “Agama lain”. Aku secara mental tersiksa. Paman-pamanku yang lain membenci aku dan tidak mau makan satu meja dengan aku. Mereka memisahkan seprei dan alat-alat makanku dari mereka. Mereka memanggilku ‘choora’ (tidak bersih). Adik bungsuku mengancam aku, dengan berkata, ‘Kamu sudah gila. Aku akan menembak kamu jika kamu tidak mau kembali ke “Agama lain””.



“Selama masa sulit ini, aku menghabiskan lebih banyak waktu dalam doa dan membaca Alkitab. Aku berdoa bagi keluargaku dan bagi imanku agar dikuatkan, agar hati mereka dilembutkan dan boleh mengenal Yesus Kristus sebagai Juru Selamat.”



Empat puluh hari setelah kematian pamannya, Yunus, adik bungsunya dan pamannya yang lain membuka kembali toko. Di suatu siang, dua orang pria yang bercadar melepaskan tembakan ke mereka. Yunus diberondong peluru. Lima peluru bersarang di lengan kirinya,dan menyebabkan tangan tersebut teruntai. Semua orang berpikir ia sudah mati.



“Tetapi saat itu aku berdoa dalam hati, ‘Oh Tuhan, tolong aku, aku mau melayaniMu.’ Seketika aku merasakan kekuatan Allah memenuhi aku dari atas dan kemudian aku membuka mataku dan berkata kepada adikku, ‘Aku masih hidup! Bawa aku ke rumah sakit. Jangan tinggalkan aku di tempat ini menunggu ajal.’”



Ketika Yunus tergeletak di tempat itu, ia tetap berdoa, “Tuhan buat aku tetap hidup jika ini kehendakMu dan jika Engkau ingin memakai aku untuk mendirikan KerajaanMu.”



Diperlukan waktu delapan jam sebelum mereka dapat menemukan seorang dokter yang mau merawat Yunus. Akhirnya ia pulih, tetapi tangan kirinya harus diamputasi. Ibunya berkata kepadanya, “Lihat setelah kamu menjadi Kristen, kamu kehilangan tanganmu, ayo kembalilah ke ‘Agama lain.’”



Ketika KDP mendengar kisahnya, perwakilan kami bertemu dengannya dan menawarkan bantuan. Kami menyediakan bantuan medis dan obat-obatan bagi Yunus. Kami menolong memperlengkapinya dengan sebuah tangan robot yang dapat menekuk pada sikunya. Tangan barunya menolongnya untuk mengambil barang-barang. Yunus menerima tangan barunya pada tanggal 16 April 2007.



“Terkadang aku merasa bahwa perawatanku sangat mahal, tetapi mereka memberikan semua perawatan yang aku butuhkan.”



Yunus terus memberitakan kasih Kristus di utara Pakistan. “Aku merasa Tuhan ingin memakai aku di daerah ini. Aku sangat berterima kasih kepada Tuhan.”

Sumber:

The Voice Of The Martyrs

Kasih Dalam Perbuatan, PO BOX 1411 Surabaya 60014

Motivasi Ganda

Kazim Kazim memiliki motivasi ganda untuk mengalahkan Jerman di duel semifinal Piala Eropa 2008. Ujung tombak bernama lengkap Colin Kazim-Richards itu bukan hanya ingin menang demi Turki, tetapi juga untuk Inggris.

Ya, Inggris mendapat tempat khusus di hati Kazim. Sang ayah berasal dari Antigua, sedangkan ibunya merupakan keturunan Turki dan Siprus. Namun, Kazim lahir dan dibesarkan di Inggris, tepatnya di Leytonstone pada 26 Agustus 1986.

“Bukan karena saya orang Turki, tetapi karena saya juga orang Inggris. Jadi, melawan Jerman tentu akan menjadi pengalaman luar biasa,” ungkap pesepakbola yang kini memperkuat Fenerbahce tersebut dalam situs Goal.

Kazim sadar betul bahwa Jerman adalah salah satu musuh bebuyutan Inggris. Der Panzer pernah mengandaskan The Three Lions untuk menjadi jawara Eropa pada Euro 1996, yang kebetulan digelar di Inggris. Kala itu, Inggris tersingkir di semifinal setelah kalah di babak adu penalti melawan Jerman.

“Jika kami bisa mengalahkan Jerman, artinya Inggris juga bisa ikut berpesta,” tutur Kazim.

Alasan yang sama juga menjadi motivasi khusus bagi Kazim ketika tampil dalam pertandingan melawan Kroasia di perempatfinal Euro 2008 (20/6). Maklum, Kroasia adalah tim yang menjegal langkah Inggris untuk merebut satu tiket ke putaran final Piala Eropa tahun ini.

"Saya yakin masyarakat Inggris ingin melihat kami mengalahkan Kroasia," ujar pemain yang sempat memperkuat Sheffield United selama satu musim tersebut.

Sayang, Kazim tidak berhasil menyarangkan gol ke gawang Kroasia.




Pemain Rusia Asal Zenit St. Petersburg
Medvedev Dua Kali

Andrei Arshavin, Konstantin Zyryanov, dan pemain-pemain Rusia lain yang berasal dari klub Zenit St. Petersburg boleh merasa bangga. Mereka dua kali dijamu Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, dalam selang waktu hanya satu setengah bulan.

Dmitry Medvedev (kiri), suporter Zenit. (Foto: AFP)

Pada 16 Mei, Zenit St. Peterburg diundang Medvedev setelah menjadi juara Piala UEFA. Kebetulan presiden yang baru terpilih pada awal Mei itu adalah suporter Zenit.

Staf kepresidenan Rusia menyatakan Medvedev akan kembali mengundang Arshavin dkk., tapi kali ini dalam kapasitas sebagai anggota tim nasional. Rusia membuat prestasi dan rekor hebat di Euro 2008.

Sejak memakai nama Rusia, tim berjulukan Sbornaya ini belum pernah lolos ke perempatfinal Piala Eropa. Sekarang mereka malah sudah berada di babak semifinal. Sabtu (21/6), Rusia secara sensasional menyingkirkan salah satu unggulan juara, Belanda.

Medvedev akan semakin antusias mengundang tim asuhan Guus Hiddink karena Arshavin adalah bintang Zenit yang kini menjadi inspirator Rusia. Uniknya, Medvedev seperti sudah meramal aksi fantastis Tim Beruang Merah.

"Kesuksesan ini akan menjadi titik balik untuk sepakbola Rusia," katanya ketika menerima para pemain Zenit. Terbukti sepakbola Rusia terus naik daun dalam waktu satu bulan terakhir.





Langkah Spanyol
Penakluk Kutukan

Inikah waktunya Spanyol menjadi juara Eropa lagi setelah terakhir meraihnya tahun 1964? Mungkin saja itu benar kalau melihat La Furia Roja sudah melewati momen tersulitnya.

Ya, laga perempatfinal menghadapi Italia, Minggu (22/6), disebut media Spanyol sebagai partai tersulit yang dihadapi Tim Matador. Pers bahkan yakin sepak terjang Spanyol bakal terhenti di sini.

Bagaimana tidak? Italia adalah lawan yang tidak pernah bisa dikalahkan Spanyol dalam laga resmi sejak 1920. Dalam jajak pendapat di El Pais, sebanyak 60% responden yakin Spanyol tidak akan mampu mematahkan rekor buruk tersebut.

Kutukan bertambah panjang karena 22 Juni adalah tanggal di mana Spanyol mengalami kekalahan dalam adu penalti di tiga ajang besar: melawan Belgia di Piala Dunia 1986, Inggris di Euro 1996, dan Korea Selatan di Piala Dunia 2002.

Dengan kemenangan atas Italia Minggu lalu, Spanyol menaklukkan semua kutukan itu. Momen tersulit sudah mereka lalui. Kalau sudah begitu, seharusnya publik Espana kembali yakin tim kesayangan mereka bisa menjadi yang terbaik.

Lawan-lawan dalam pertandingan ke depan tidak menyajikan tantangan sesulit Italia. Apalagi Rusia. Musuh La Furia Roja di semifinal ini sudah pernah mereka kalahkan dengan skor telak 4-1 di fase grup lalu.

Rusia pasti akan tampil lebih baik, tapi Spanyol tentu juga tidak mau kalah. Tim Matador tak mau terpeleset saat mereka sudah begitu dekat dengan gelar juara Eropa idaman.




Musuh Dalam Selimut

Tersingkirnya tim raksasa pertama di putaran final Piala Eropa 2008 bukan sebuah kejutan. Prancis datang dengan pasukan tua, menjalani kamp latihan yang penuh dengan percekcokan, plus terganggu masalah pribadi sang pelatih, Raymond Domenech.

Ketika timnya terdepak dari Euro 2008, Domenech melontarkan pertanyaan yang paling penting dalam hidupnya. Ia ingin mengetahui apakah sang kekasih bersedia menikah dengannya. Ah, orang Prancis sungguh romantis.

Namun, kehidupan cintanya bukan urusan kita. Domenech seharusnya menjelaskan mengapa ia gagal menjalankan tugas mengganti para bintang yang kelelahan, seperti Thierry Henry, Patrick Vieira, Claude Makelele, dan Lilian Thuram.

Sebagian besar pelatih justru membawa pemain muda yang masih segar dan haus prestasi. Namun, Prancis justru meninggalkan mereka di rumah.

Tim unggulan lain yang juga tersingkir adalah Portugal. Sekali lagi, konsentrasi pelatih dan pemain bintang mereka terganggu isu pribadi.

Jadi siapa sebenarnya yang menghentikan langkah Portugal? Apakah kemajuan luar biasa pasukan Jerman? Atau justru kontrak yang membayangi pikiran pelatih Luiz Felipe Scolari dan Cristiano Ronaldo?

Ada dua cara untuk memainkan sepakbola. Pertama adalah dengan kekuatan kolektivitas ala Jerman yang sekali lagi terbukti mampu memenangi pertandingan. Yang kedua adalah permainan indah ala Portugal yang kerap membuat sebagian dari kita ketagihan.

Dalam lorong menuju kamar ganti, Miroslav Klose berkata, “Tim ini kembali menemukan jati dirinya.” Akhirnya striker kelahiran Polandia itu berhasil memanfaatkan kepalanya untuk mencetak gol bagi Jerman sehingga menang 3-2 atas Portugal di perempatfinal.

“Kami punya kekuatan tersisa,” ucap Bastian Schweinsteiger, yang mencetak gol pertama dan mengatur terjadinya dua gol berikut. Dia percaya bahwa Jerman telah menyingkirkan tim terbaik di Piala Eropa 2008.

Minus Konsentrasi

Ketika Jerman merayakan keberhasilan mereka lolos ke semifinal, Scolari mengakui kesalahannya.

“Kami punya kualitas untuk melangkah lebih jauh. Namun, dalam duel penting ini, perhatian kami terganggu sehingga tak bisa meraih hasil yang kami inginkan,” tukas Scolari.

Itulah yang terjadi pada duel antara Jerman versus Portugal. Satu tim mengerahkan segala kemampuan dan memanfaatkan semua peluang yang mereka dapatkan. Tim lain terlena, lesu, bak kehilangan semangat seperti kembang api yang mulai padam.

Kita tidak seharusnya menyalahkan Jerman karena telah menurunkan atlet bertenaga seperti Simon Rolfes dan Thomas Hitzelsperger di lini tengah sehingga memberi peluang bagi sang skipper, Michael Ballack, leluasa bergerak ke seluruh penjuru lapangan. Jerman memenangi permainan di lini tengah dan berhasil menjauhkan bola dari pemain sayap Portugal, Ronaldo dan Simao.

Melalui tendangan bebas di posisi yang tepat, Portugal membiarkan tokoh paling lemah di tim itu, yaitu kiper Ricardo, terekspos di hadapan lawan.

Memang benar Michael Ballack mendorong Paolo Ferreira secara ilegal demi mendapatkan ruang untuk mencetak gol ketiga Jerman. Namun, tidak perlu diragukan lagi bahwa Jerman adalah tim yang lebih mengesankan, lebih berkonsentrasi, dan lebih cerdik.

So, bukan hanya Jerman yang mengalahkan Portugal. Masalah intern yang kerap menjadi musuh dalam selimut.





Seharusnya Milik Portugal

Statistik menunjukkan bahwa Portugal bekerja lebih keras, tetapi mendapat hasil minimal. Sepanjang pertandingan, mereka melancarkan tembakan ke gawang sebanyak 22 kali.

Sementara itu Jerman hanya 12 kali. Faktanya, Portugal mencetak lebih sedikit gol.

Tidak ada alasan di lapangan, termasuk faktor cedera maupun kelelahan. Bahkan Portugal seharusnya diuntungkan karena punya persiapan lebih matang.

Dengan memenangi dua dari tiga laga pertama, pasukan Seleccao bisa tampil dengan tim lapis dua di pertandingan terakhir babak penyisihan grup. Itu kesempatan untuk memulihkan fisik dan mental para pemain bintang.

Di sisi lain, Jerman habis-habisan dalam tiga partai babak penyisihan grup. Di samping itu sang pelatih, Joachim Loew, hanya bisa menyaksikan pertandingan di boks penonton.

Deco, yang bisa dibilang sebagai pemain paling banyak mengusahakan gol bagi Portugal, berkata, “Kebenaran yang menyedihkan adalah sebuah tim harus berkonsentrasi seratus persen, tetapi kami tidak bisa melakukannya.”

Deco tahu bahwa kekuatan Jerman adalah di bola-bola mati dan membiarkan tim rival mendapatkannya dua kali. Namun, ia tidak mengatakan alasan kenapa Portugal tersingkir. Mungkin hal itu ada hubungannya dengan fakta bahwa Deco mencari klub baru dan kemungkinan besar pilihannya jatuh ke Chelsea.

Secara fisik dan taktik, Jerman lebih unggul. Namun, apakah Anda percaya Scolari memiliki kekuasaan yang sama sebagai seorang pelatih ketika para pemainnya tahu bahwa mereka tidak harus menanggapi kemarahannya, apa pun hasil pertandingan?

Dalam beberapa hari, Scolari akan pergi demi mendapatkan gaji jutaan pound dari Chelsea, sedangkan Ronaldo tengah berpikir untuk angkat kaki dari Manchester United.

“Saya akan berbicara dengan pihak Manchester United, mencoba mendapatkan kesepakatan dan kita lihat saja nanti,” ucap Ronaldo.

1 comment:

Anonymous said...

salam kenal..
ayo berbisnis