Friday, June 27, 2008

Mau KUAT atau Impoten ?



By MTA – Made Teddy Artiana


"Passion and prejudice govern the world; only under the name of reason"
John Wesley quotes (English Evangelist, founder of Methodism. 1703-1791)

Dalam sebuah perkumpulan, tampaklah tiga orang tengah saling berkenalan satu sama lain. Seseorang yang berasal dari Medan menjabat dengan kuat tangan kedua teman barunya. "Frans BATUBARA !". Salah seorang dari mereka yang kebetulan berasal dari Ambon, tampaknya tidak mau kalah. Batubara panas, oke, gue juga bisa pikirnya. "Franky BAKARBESI !". Kini tinggalah Si Menado yang belum memperkenalkan diri. Yance Manangsang, demikian nama nya tampak berpikir keras. Wah Si Batak, BATUBARA, terus Si Ambon, BAKARBESI, wah terus aku apa nih. Keduanya sama-sama panas. Sementara itu kedua teman barunya, sudah melirik kearah Yance. Merasa tidak mendapat kesempatan cukup dengan ngasal Yance memperkenalkan dirinya dengan suara lantang. "Yance AIRMENDIDIH !".

Anda boleh tersenyum bahkan tertawa mendengar cerita diatas. Tetapi itulah prasangka. Prasangka percaya atau tidak, ternyata memegang porsi cukup besar dalam mempengaruhi tindak-tanduk kita di muka bumi ini. Hampir merupakan kesimpulan dari cerita 'panas-panasan' di atas, Dale Carnegie, dalam bukunya How to Win Friends and Influence People, mengatakan demikian. "Hanya sedikit orang yang berpikiran logis. Kebanyakan dari kita hanya berprasangka. Sebagian besar dari kita dirusakkan oleh pendapat yang sudah terbentuk sebelumnya, oleh rasa iri, curiga, takut, cemburu dan keangkuhan".

Mirip-mirip dengan cerita pertama, ijinkan saya menceritakan sebuah pengalaman nyata yang juga bernuansa prasangka. Jika cerita pertama, kental dengan prasangka negatif, cerita berikut adalah kebalikannya. Kejadian ini saya alami, dulu ketika masih bekerja di sebuah bank swasta terbesar di Indonesia pada divisi teknologi informasi. Seorang teman – sebut saja Anton - sangat ingin bergabung pada team internet banking kami. Memang saat itu kami tengah mempersiapkan diri untuk membangun aplikasi itu. Saking ingin nya Anton selalu ikutan nimbrung bersama kami, tapi sayang karena dianggap tidak punya skill yang mencukupi oleh atasan kami, keinginan tetap tinggal keinginan. Hal ini kami dengar langsung dari atasan kami. Hingga suatu hari sesuatu yang kami anggap agak menyedihkan terjadi, waktu sedang nimbrung, atasan kami tersenyum sinis kepada Anton, sambil sambil berkata, "Memang kamu bisa ?". Kontan kami semua terdiam. Tetapi reaksi Anton sangat diluar dugaan, entah karena tidak membawa kaca mata, atau salah lihat. Anton malah tampak girang, "Itu khan Boss lu setuju gue masuk team", serunya membuat perasaan iba kami kepadanya bertambah-tambah. Ada lima orang yang melihat senyum sinis itu, tetapi Anton satu-satunya yang 'berhalusinasi' lain. Segera setelah peristiwa itu berlalu, Anton segera membeli berbagai buku dan belajar keras. Alhasil, hanya dalam dua minggu, atasan kami menerima nya bergabung dalam team. Persis seperti yang sangat diinginkan nya.

Nah, untuk cerita kedua tentang Si Anton sepertinya komentar Anthony Robbins dalam Unlimited Power, yang mewakilinya. "Realita Anda adalah realita yang Anda ciptakan sendiri. Kalau Anda mempunyai kepercayaan positif, itu adalah karena itulah yang Anda ciptakan. Kalau Anda mempunyai kepercayaan negatif, Anda sendirilah yang telah menciptakannya. "
Jika demikian, berkaca dari dua cerita diatas, berarti prasangka dapat berfungsi sebagai obat kuat, tetapi juga dapat sebagai penyebab impotentnya seseorang. Maksudnya begini, kalau saja viagra atau obat kuat ala si Acong, punya efek yang berguna untuk 'tugas' yang satu itu, obat kuat gratisan ini, sanggup membuat Anda mampu dan kuat menanggung pekerjaan seberat apapun hanya karena prasangka positif Anda. Tetapi seperti pedang bermata dua, prasangka dapat juga membuat Anda impotent (alias tidak sanggup berdiri), karena semua prasangka negatif kita, akan menguras seluruh energi bahkan lebih jauh dari itu semua, membuat kita tidak berselera akan hidup ini. Hidup setengah-setengah mati nggak berani.

Mengenai benar atau tidaknya analisa saya ini, nanti akan kita buktikannya karena terus terang saya belum cukup banyak mengeyam manis dan lezatnya hidup ini. Paling tidak saya sedang dalam proses mendisiplinkan diri untuk selalu menganggap…what a wonderfull world ! What an abudance life !! What an exciting journey !!! (mta)


Cara Sukses Memulai Bisnis
Selamat!! Anda sudah berhasil meraih sukses pertama. Dengan membaca artikel ini berarti anda sukses melangkah dengan bertindak demi peningkatan kehidupan finansial anda. Inilah cara sukses pertama memulai bisnis, Take Action!! Anda sudah memulai bisnis anda dengan mengumpulkan informasi seputar memulai bisnis dan strateginya.
Next, kerjakan apa yang anda sukai. Anda akan mencurahkan banyak waktu dan energi untuk memulai sebuah bisnis dan membangunnya menjadi usaha yang berhasil. Jadi, sangatlah penting jika anda sangat menyenangi apa yang anda kerjakan.
Mulailah bisnis anda ketika anda masih bekerja sebagai karyawan. Ini berarti sudah ada pemasukan (gaji) ketika bisnis baru saja dimulai. Dan, yang paling penting, anda bisa lebih berani mengambil langkah-langkah bisnis yang diperlukan.
Kerjakan bisnis anda dengan dukungan keluarga atau teman. Keluarga atau teman yang dapat memberikan ide atau mendengarkan secara simpatik sangat membantu keberhasilan bisnis anda.
Yang tidak kalah pentingnya adalah perencanaan bisnis. Langkah ini dapat membantu anda untuk tetap fokus pada target bisnis dan menambah keyakinan anda berbisnis.
Terakhir, Tetap Semangat!! Jaga semangat berbisnis di setiap detik, menit dan jam dalam perjuangan kebebasan finansial anda dan keluarga tercinta. Ingat, anda sudah sukses dengan berani memulai bisnis, keberhasilan tinggal perkara waktu saja.



Cobalah pikirkan seberapa sering kita mengeluh betapa sulitnya mengatur pekerjaan.
Kebanyakan orang akan mengatakan bahwa waktu yang tersedia tidaklah cukup,
sedang pekerjaan menumpuk tiada henti. Ketidakmampuan kita untuk mengatur
kehidupan kerja kita dapat menciptakan stress, menghabiskan waktu dan energi
serta memberikan kesan negatif pada orang lain. Berikut ini adalah 4 tips ringkas bagi
kita yang sulit mengatur pekerjaan bahkan kehidupan kerja kita sendiri.

KUNCI MENGATUR KEHIDUPAN KERJA ANDA
The Economics Press

1. Rapikan Ruang/Meja Kerja anda

Ruang kantor dan meja kerja yang berantakan menyulitkan anda untuk menemukan
sesuatu yang anda cari. Selain itu, juga mudah mendorong perilaku mental
kerja yang berantakan pula. Mulailah untuk mengatur rapi meja dan ruangan
kerja anda. Singkirkan barang-barang yang jarang atau tak pernah anda
gunakan. Letakkan barang-barang yang sering anda pakai di tempat yang mudah
anda jangkau. Bersihkan pula laci-laci meja anda. di situlah keberantakan
ruang kerja anda biasanya dimulai.

2. Rencanakan Kegiatan untuk Esok Hari

Pada setiap akhir jam kerja, sebelum anda pulang kantor, buatlah daftar
apa-apa yang perlu anda lakukan keesokan hari. Susunlah berdasarkan
prioritas yang semestinya. Jangan letakkan sebuah tugas pada urutan priortas
yang tertinggi hanya karena tidak terkerjakan di hari ini. Jika sebuah tugas
tidak memiliki deadline, tentukan terlebih dahulu sebelum anda menulisnya
dalam daftar prioritas.

3. Rencanakan Kegiatan Bersama Atasan Anda

Susun pula daftar kegiatan bersama atasan anda untuk esok hari; misal:
menghadiri rapat, menelepon rekanan kerja, menyelesaikan laporan dan lain
sebagainya. Bertemulah dengan atasan anda, keesokan paginya, dan ingatkan ia
apa-apa yang anda persiapan baginya. Sampaikan pula prioritas tugas-tugas
anda sendiri. Atasan anda memiliki sesuatu yang lebih penting bagi anda
untuk dikerjakan.

4. Bersiap-siaplah Untuk Hari Kerja Anda Sendiri

Pagi hari, reviewlah daftar tugas anda. Secara psikologis ini akan
memberikan kesiapan mental bagi anda. Selain itu, persiapkan diri anda untuk
menghadapi tugas-tugas yang mendadak. Tambahkan, hapus atau atur kembali
hal-hal yang telah atasan anda sampaikan sebelumnya. Lalu, bersiaplah secara
fisik dengan mengumpulkan informasi atau perlengkapan yang anda perlukan
bagi pelaksanaan tugas anda yang pertama. Sekali anda memulainya dari tugas
anda yang berprioritas paling tinggi, anda takkan tergoda untuk meninggalkan
meja kerja anda terlalu cepat.

(disadur dari "4 Keys To Organizing Your Work Life ", The Economics Press)



IPDN Harus Belajar pada Pesantren

BARU-baru kita kembali dikejutkan kasus kekerasan yang dilakukan oleh praja Istitut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Berbeda dari kasus-kasus sebelumnya, kali ini masalahnya bukan antara praja senior dengan yunior, tapi antara praja IPDN dengan masyarakat.

Oleh:
Alfisyah
Pemerhati Budaya

Satu hal yang tidak berbeda kasus-kasus sebelumnya adalah bahwa masalah ini mencuat karena terkait kekerasan yang dilakukan oleh praja IPDN. Apa yang terjadi dengan IPDN? Mengapa praja IPDN seolah-olah lekat dan dekat dengan kekerasan? Haruskah IPDN dibubarkan atau cukup dengan reformasi total? Apa yang salah dengan IPDN. Sistem, kurikulumnya atau metode pengajarannya?

Pertanyaan-pertanya an itu mungkin sudah menjadi wacana menarik sejak pertama mencuatnya aksi kekerasan di IPDN. Meski telah dilakukan perombakan besar-besaran di jajaran pengelola IPDN, kasus kekerasan masih saja terjadi. Berbagai analisis dan diskusi dilakukan, namun belum ada formulasi yang pas untuk dapat mengatasi permasalahan ini.

Memang, bukan hal yang mudah mengubah sesuatu yang sudah mengakar. Oleh karena itu perlu dilakukan tinjauan lewat berbagai perspektif. Tulisan ini mencoba melihat IPDN dari perspektif antropologi pendidikan. Semoga perspektif ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi siapapun yang akan dan sedang mengelola sebuah lembaga pendidikan, sehingga kejadian seperti yang terjadi di IPDN tidak perlu terulang.

Kesamaan dengan Pesantren IPDN adalah sebuah lembaga pendidikan yang -sebagaimana lembaga pendidikan pada umumnya- dibangun dengan tujuan mendidik anak bangsa agar menjadi pribadi-pribadi yang terdidik. Sebagai sebuah lembaga pendidikan, IPDN memiliki unsur-unsur tertentu sebagai sebuah prasarat untuk dapat disebut sebagai lembaga pendidikan. Misalnya, tenaga pengajar, siswa, kurikulum dan lain-lain. Satu yang khas dari IPDN lembaga ini dikelola dalam sebuah kompleks dimana orang-orang yang ada didalamnya tinggal dalam asrama.

Hidup dalam kompleks dan tinggal di asrama sebenarnya bukan tunggal milik IPDN. Salah satu lembaga pendidikan yang juga memiliki ciri yang sama adalah pondok pesantren. Dalam beberapa hal, IPDN memiliki kesamaan dengan pesantren. Para siswa tinggal dalam asrama yang diatur dengan ketentuan-ketentuan tertentu untuk melatih kedisiplinan. Di asrama mereka diawasi dan diatur oleh beberapa orang terpilih khususnya siswa senior. Dengan kapasitas yang dimilikinya, senior berhak menindak dan memberi hukuman pada yunior yang melanggar aturan yang telah ditetapkan. Jika siswa IPDN disebut praja, sedangkan siswa yang tinggal di pesantren disebut santri.

Lantas mengapa praja IPDN banyak berurusan dengan masalah kekerasan. Mulai kekerasan oleh senior terhadap yunior hingga kekerasan praja IPDN kepada masyarakat di luar lingkungannya.

Sejatinya kehidupan sehari-hari praja IPDN sama dengan santri. Mereka sama-sama tinggal dalam sebuah kompleks pendidikan dengan segala fasilitas penunjang. Mereka tinggal dan berbagi kamar dengan yang lain. Di dalam kamar hampir-hampir tidak ada privasi, semua menjadi ruang publik. Situasi seperti ini sengaja dibangun para penggagas atau pengelola institusi dengan maksud agar yang tinggal di dalamnya dapat belajar hidup toleran, tidak egois, mau berbagi dan tenggang rasa. Mereka diajarkan tidak individualis, mereka harus bisa hidup berkelompok, jika tidak mau terasing.

Siklus kehidupan keseharian mereka diatur sebuah aturan main. Mulai bangun pagi, makan, tidur, hingga apa-apa yang harus dilakukan pada jam-jam tertentu telah diatur. Sampai tahap ini IPDN dan pesantren mungkin masih sama.

Perbedaan kemudian muncul ketika ketentuan-ketentuan yang diberlakukan ternyata memiliki tujuan dan cara yang berbeda. Tidak banyak yang tahu tentang aturan dan gaya hidup praja IPDN kecuali yang sempat terekspos oleh media dan yang -mungkin juga- ditulis dalam beberapa buku tentang IPDN. Sedangkan kehidupan santri pesantren, sudah banyak buku yang mengisahkan bagaimana kehidupan pesantren yang penuh kesahajaan sehingga alumni-alumninya pun menjadi orang-orang yang bersahaja.

Tradisi yang dibangun di pesantren dilandasi nilai-nilai moral yang ditanamkan lewat kesadaran spiritual. Santri dianjurkan mentaati peraturan dan menghormati pengasuh dan senior. Dalam mentaati peraturan selalu ditanamkan filosofi bahwa mentaati peraturan adalah kewajiban dan tanggung jawab pribadi sebagai makhluk. Senior bukan raja yang harus selalu diataati tanpa kecuali. Senior juga manusia yang bisa salah, sehingga jika salah maka ia bisa diingkari. Yang pasti senior harus menjadi teladan bagi yunior.

Ketaatan yunior kepada senior bukan dilandasi ketakutan tapi karena kewibawaan dan rasa hormat. Di pesantren santri dididik hidup mandiri, mengatur hidup sendiri. Bahkan di pesantren-pesantren tradisional, santri dididik berbagai keahlian agar setelah keluar dari pesantren mereka dapat hidup mandiri.

Ini ini mungkin yang tidak dimiliki IPDN. IPDN adalah institusi untuk para calon pamong. Pendidikan dibiayai oleh negara, sehingga sejak awal para praja dimanjakan oleh keadaan.

Tampaknya IPDN harus belajar dari pesantren karena pesantren -mengutip istilah Abdurrahman Wahid- memiliki cara hidup yang dianut (life pattern), pandangan hidup dan tata nilai (mores) serta hirarki kekuasaan intern sendiri yang ditaati. Selain itu materi tentang antropologi budaya harus mendapat proporsi lebih di IPDN agar mereka dapat memahami budaya masyarakat dan dapat berperilaku lebih berbudaya. Apalagi mereka adalah calon-calon pamong praja yang akan mengayomi masyarakat.


Cara Sukses Memulai Bisnis
Selamat!! Anda sudah berhasil meraih sukses pertama. Dengan membaca artikel ini berarti anda sukses melangkah dengan bertindak demi peningkatan kehidupan finansial anda. Inilah cara sukses pertama memulai bisnis, Take Action!! Anda sudah memulai bisnis anda dengan mengumpulkan informasi seputar memulai bisnis dan strateginya.
Next, kerjakan apa yang anda sukai. Anda akan mencurahkan banyak waktu dan energi untuk memulai sebuah bisnis dan membangunnya menjadi usaha yang berhasil. Jadi, sangatlah penting jika anda sangat menyenangi apa yang anda kerjakan.
Mulailah bisnis anda ketika anda masih bekerja sebagai karyawan. Ini berarti sudah ada pemasukan (gaji) ketika bisnis baru saja dimulai. Dan, yang paling penting, anda bisa lebih berani mengambil langkah-langkah bisnis yang diperlukan.
Kerjakan bisnis anda dengan dukungan keluarga atau teman. Keluarga atau teman yang dapat memberikan ide atau mendengarkan secara simpatik sangat membantu keberhasilan bisnis anda.
Yang tidak kalah pentingnya adalah perencanaan bisnis. Langkah ini dapat membantu anda untuk tetap fokus pada target bisnis dan menambah keyakinan anda berbisnis.
Terakhir, Tetap Semangat!! Jaga semangat berbisnis di setiap detik, menit dan jam dalam perjuangan kebebasan finansial anda dan keluarga tercinta. Ingat, anda sudah sukses dengan berani memulai bisnis, keberhasilan tinggal perkara waktu saja.

“Janganlah kuatir akan hidupmu”

(2Taw 24:17-25; Mat 6:24-34)



"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."(Mat 6:25-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Aloysius Gonzaga hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· “Karena sempurna dalam waktu yang pendek, maka orang benar memenuhi waktu yang panjang”(Keb.4:13). Kutipan dari kitab Kebijaksanaan ini kiranya boleh dikenakan pada Aloysius Gonzaga, dimana pada usia 16 tahun ia merasa terpanggil untuk mempersembahkan hidup seutuhnya kepada Tuhan dengan menjadi anggota Serikat Yesus dan dipanggil Tuhan dalam usia 23 tahun. Dalam usia muda, dimana kebanyakan orang muda sering lebih senang berfoya-foya, Aloysius Gonzaga mengabdikan diri bagi orang yang menderita dan sakit, khususnya korban penyakit pes di kota Roma pada masa itu. Kiranya ia juga menghayati sabda Yesus :” Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?”. Sabda Yesus ini kiranya juga bagi kita semua, maka marilah kita renungkan dan hayati dalam hidup sehari-hari kita, dan lebih-lebih bagi generasi muda, karena Aloysius Gonzaga juga menjadi pelindung generasi muda. Maka kami berharap rekan-rekan generasi muda lebih mementingkan atau mengutamakan hidup daripada makanan, dan makanan daripada pakaian atau assesori-assesori lainnya. Untuk itu antara lain ketika sedang bertugas belajar atau selama masa pendidikan hendaknya belajar sebaik dan seoptimal mungkin, tidak hanya ilmu pengetahuan tetapi juga ilmu kehidupan yaitu nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan kehidupan. Kepada mereka yang telah bekerja hendaknya tidak memfungsikan gaji atau imbal jasanya untuk berfoya-foya, dan jika merasa berlebihan atau kecukupan hendaknya ingat dan perhatikan saudara-saudari kita yang miskin dan menderita. Sebaliknya para orangtua hendaknya tidak memanjakan anak-anaknya.

· “Walaupun tentara Aram itu datang dengan sedikit orang, namun TUHAN menyerahkan tentara yang sangat besar kepada mereka, karena orang Yehuda telah meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka. Demikianlah orang Aram melakukan penghukuman kepada Yoas”(2Taw 24:24). Kutipan ini hendaknya tidak dimengerti atau dipahami sebagai sejarah atau fakta melainkan suatu peribahasa: bersama dan bersatu dengan Tuhan kita mampu mengalahkan kejahatan serta mengatasi aneka tantangan dan hambatan kehidupan maupun tugas perutusan. Bersama dan bersatu dengan Tuhan antara lain hidup dan bertindak sesuai dengan aturan atau tatanan hidup yang berlaku dan terkait dengan hidup dan panggilan kita, dan tentu saja termasuk mentaati dan menghayati aneka macam nasihat dan saran baik yang kita terima dan dengarkan. Marilah sedini mungkin kita berusaha menjadi ‘man or woman for others’, peka akan kebutuhan hidup orang lain, lebih-lebih mereka yang menderita dan miskin atau berkekurangan. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kiranya juga tidak melupakan kebiasaan berdoa, doa harian maupun berpartipasi dalam ibadat-ibadat bersama, entah di lingkungan atau di tempat ibadat (gereja, kapel, dst..). Sadari dan hayati bahwa hidup kita serta segala sesuatu yang menyertai hidup kita maupun yang kita kuasai dan miliki saat ini adalah anugerah Tuhan, dan selayaknya difungsikan sesuai dengan kehendak Tuhan.



“Jika anak-anaknya meninggalkan Taurat-Ku dan mereka tidak hidup menurut hukum-Ku, jika ketetapan-Ku mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintah-Ku, maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan. Tetapi kasih setia-Ku tidak akan Kujauhkan dari padanya dan Aku tidak akan berlaku curang dalam hal kesetiaan-Ku”(Mzm 89:31-34)

Jakarta, 21 Juni 2008

. .



__,_._,___






“Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu”.

(2Raj 2:1.6-14; Mat 6:1-6.16-18)



"Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.""Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”(Mat 6:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.



Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Sikap mental hidup formal atau liturgis kiranya masih marak dalam kehidupan pribadi maupun bersama pada masa kini. Orang bangga dan puas dengan acara /kegiatan resmi, upacara formal yang meriah atau penampilan diri entah dengan cara berpakaian ataupun melalui aneka macam harta benda atau kekayaan. Dengan kata lain kemunafikan hidup masih marak di sana-sini pada masa kini. “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka”, demikian sabda atau peringatan Yesus kepada kita semua. Yang utama dan pokok sebagai murid Yesus Kristus, orang beragama atau beriman kiranya perilaku atau tindakan, bukan wacana atau omongan. “Cinta harus lebih diwujudkan dalam perbuatan daripada diungkapkan dalam kata-kata” (St.Ignatius Loyola, LR no 230), demikian nasihat St.Ignatius Loyola bagi siapapun yang berkehendak untuk maju dalam hidup beriman atau hidup rohani/spiritual. Sebagaimana masing-masing dari kita diciptakan oleh Allah bekerjasama dengan orangtua/bapak-ibu kita yang saling mengasihi dengan tindakan konkret dalam hubungan seksual, saling menyerahkan diri seutuhnya, marilah kita, sebagai buah kasih atau yang terkasih, mewujdkan atau menghayati kasih tersebut dalam perilaku atau tindakan konkret kepada sesama dan saudara-saudari kita. Bukankah kegiatan konkret, saling mengasihi dalam hubungan seksual, bapak dan ibu kita dihayati secara tersembunyi, tidak dimuka umum untuk dilihat orang? Kitapun juga dilahirkan dalam ruang tersembunyi dan hanya orang-orang yang hidup dalam kasih yang menyertai? Maka marilah hidup saling mengasihi secara konkret bukan supaya dilihat orang, berbuat kebaikan dimanapun dan kapanpun ada kesempatan dan kemungkinan Dalam hal berdoa hendaknya juga demikian adanya, bukan supaya dilihat orang, melainkan yang utama dan pokok saya berdoa.

· "Yang kauminta itu adalah sukar. Tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat dari padamu, akan terjadilah kepadamu seperti yang demikian, dan jika tidak, tidak akan terjadi."(2Raj 2:10), demikian jawaban Elia kepada Elisa yang minta dua bagian dari roh Elia. Minta bagian dari roh berarti menghendaki semangat atau spiritualitas, yang memang tidak kelihatan serta sukar diperoleh. Semangat atau spiritualitas telah disampaikan dan diajarkan kepada kita semua, namun sukar atau jarang menjadi nyata dalam tindakan atau perilaku; kita lebih cenderung mengikuti kehendak dan keinginan sendiri daripada semangat atau spiritualitas hidup dan panggilan kita, sebagaimana dicanangkan dan telah dihayati oleh pendiri. Meskipun sukar serta sarat dengan pengorbanan, marilah kita dengan rendah hati berusaha bersama mendalami dan menghayati semangat atau spiritualitas hidup dan panggilan kita masing-masing. “Untuk melestarikan dan mengembangkan bukan hanya tubuh, yaitu hal-hal lahiriah, melainkan juga semangat Serikat dan untuk mencapai tujuan yang dicarinya , yaitu menolong jiwa-jiwa agar mencapai tujuan terakhir dan adikodratinya, maka upaya-upaya yang menyatukan alat dengan Allah dan menyediakannya tuntuk dapat digunakan oleh tangan ilahi dengan tepat, lebih berdaya-guna daripada upaya-upaya yang menyediakannya untuk manusia. Upaya-upaya itu ialah kesucian hati dan keutamaan, terutama cintakasih serta iktikad murni dalam mengabdi Allah, lagipula keakraban dengan Allah dalam latihan-latihan kebaktian rohani,serta keinginan tulus untuk menolong jiwa-jiwa demi kemuliaan Dia, yang menciptakan dan menebus mereka, tanpa pamrih apapun” (Konst SJ no 813). Kutipan dari Konstitusi SJ ini kiranya dapat menjadi referensi atau refleksi kita semua dalam mendalami dan menghayati semangat atau spiritualitas hidup dan panggilan kita masing-masing.



“Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau, yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung pada-Mu, di hadapan manusia! Engkau menyembunyikan mereka dalam naungan wajah-Mu terhadap persekongkolan orang-orang; Engkau melindungi mereka dalam pondok terhadap perbantahan lidah” (Mzm 31:20-21)

Jakarta, 18 Juni 2008

Raymond Domenech
Menanti Nasib

Raymond Domenech menunggu apakah Euro 2008 menjadi turnamen terakhirnya bersama Prancis. Sang pelatih dituding media sebagai biang kegagalan Les Bleus di Austria-Swiss.

Pelatih berusia 56 tahun itu sendiri lebih memikirkan masa depan di luar dunia sepakbola. “Satu-satunya rencana di depan mata adalah menikahi pacar saya, Estelle,” ungkapnya seperti dikutip AP.

Jean-Pierre Escalates, Presiden Federasi Sepakbola Prancis, mengemukakan bahwa komite penilaian akan bertemu tanggal 3 Juli untuk menentukan nasib mantan pelatih Prancis U-21 itu. “Domenech mempunyai kontrak untuk membawa Prancis ke Piala Dunia 2010,” ucap Escalates.

Walau begitu, spekulasi lengsernya Domenech sudah sangat kuat. Harian L’equipe mengajukan satu kandidat kuat menggantikan Domenech, dia adalah Didier Deschamps. Eks kapten Prancis ini dikatakan mempunyai segala atribut untuk menggantikan Domenech.

Kegagalan Prancis lebih kurang akibat pemilihan tim yang membingungkan oleh Domenech. Sang pelatih terus mengutarakan pentingnya membina dan memberi kesempatan kepada pemain-pemain muda. Nyatanya hanya Karim Benzema dan Bafetimbi Gomis yang dipercaya.

Domenech mengaku dirinya telah salah perhitungan, “Saya seharusnya memainkan tim yang akan bersaing ke Piala Dunia 2010.”



Austria-Swiss Menuju Finis
Kemeriahan Sampai Akhir

Banyak orang mengatakan bahwa menunggu merupakan salah satu hal yang paling menyebalkan. Mungkin begitu pula yang dirasakan sebagian rakyat Swiss dan Austria. Mereka harus menoleransi suasana hiruk pikuk suporter negara lain yang masih berpesta di “rumah” mereka.

Namun, ternyata alih-alih hanya menunggu, panitia beserta masyarakat Swiss dan Austria ternyata tetap bersiap menyelesaikan pekerjaan rumah mereka hingga benar-benar finis.

Ini bisa terlihat dari nada-nada optimisme panitia yang percaya bahwa semarak Euro 2008 masih akan terus berlanjut sampai partai puncak.

Salah satu pujian dan harapan tersebut datang dari Presiden Federasi Sepakbola Swiss, Ralph Zloczower.

“Saya sangat berterima kasih kepada seluruh rakyat Swiss, baik dari kalangan muda maupun tua, yang telah memberikan dorongan semangat kepada tim nasionalnya," ujar Zloczower di situs Euro 2008.

Semoga antusiasme tersebut bisa dipertahankan dan terus berlangsung hingga Euro 2008 selesai,” lanjut Zloczower.

Tinggal Basel dan Wina

Kini, praktis tinggal Basel (Swiss) dan Wina (Austria) yang masih harus menggelar sisa pertandingan hingga final. Enam kota lain telah menyelesaikan pekerjaan mereka.

Panitia juga memberikan perhatian khusus kepada suporter yang masih tinggal di sana, berkaitan dengan semakin meningginya ketegangan mendekati partai-partai puncak.

“Tujuan utama kami adalah memberikan pengalaman yang berkesan kepada seluruh suporter yang datang ke Basel,” ujar Dewan Penasihat Kota Basel, Christoph Eymann, di situs Euro 2008.

“Menjelang final, kami akan memberikan yang terbaik kepada semua tamu agar selalu merasa nyaman di sini,” ujar Andreas Herzog, mantan pemain Austria yang termasuk dalam panitia Euro 2008.

Sip deh kalau begitu!

No comments: