Thursday, November 27, 2008

The Golden Rules of Communication







You say, "I am talking, are you listening?" Maybe not. Maybe, there were other

things that were competing for my attention at the time you were talking. Listen to

this one, "Had you paid closer attention to what I said, I'm sure you would've

understood what I meant." Don't be so sure. It depends how clear your

communication is. It is possible that because the listener really paid close attention

to what you said, he or she ended up more confused.



We take communication for granted based on our simplistic assumptions, such as,

"If I say something you must pay close attention," or, "You must understand what I

say. If you don't understand then you are either not listening or you must be

dumb." Furthermore, if you are a person in an authority position such as, a parent at

home, or a boss at work, this becomes more of an issue. You then expect that when

you talk, your child or your subordinate must pay close attention, understand the

whole content of your speech and remember for ever and at all times what you told

them. This highlights the point that, when it comes to communicating our ideas to

others, we tend towards self-centered.



Communication is not completed until the message is received by the other person.

Delivering the message is the easy part. The hard part is to make sure that the

message is received by the intended party. We tend to be communication lazy. A

majority of us only pay attention to delivering the message, the easy part, and then

overlook the recievability of the message, the hard part. Communication is hard

work. These ten golden rules of communication may help to keep you on your

communication toes:



1. There are many slips between the other person's ears and your lips. The

message you want to convey may be garbled, distorted, camouflaged or completely

lost by more dominant messages. This happens because the recipient interprets

your message by his or her brain, not by your brain. To avoid this, think about the

possible ways in which your message can be misunderstood or distorted by a

recipient who is not on the same wave length or of the same orientation that you

are.



2. People are not mind readers. They can't read your mind. They don't know what is

really bothering you or what you really want from them. Ask clearly and precisely

what you want. High achievers are good in letting others know what they want. Some

speakers deliver the whole speech without spelling out even once what they want

from their audience. Then they feel unhappy when they don't get the results they

expected from their speech.



3. Feel a genuinely liking for the people with whom you are

communicating. Remember the saying, "Nobody cares how much you know, unless

they know how much you care." When they feel you really like them, they make an

extra effort to understand what you want.



4. The rule of listening. There are two ears and one tongue, spend twice more time

in listening than in speaking. The more closely you listen to others, the more

effective you would be in communicating your ideas to them according to their frame

of reference. It is by listening close to them, that you will know how they think, what

their favorite expressions are and how you can arouse their interest.



5. The spoken word is but a small component of communication. The spoken word

constitutes of only 7 percent of the message, the other 93% is non-verbal. If you say

the words, "You are fine," but, your face, body and your voice is conveying, "I can't

stand you," which one do you think will get conveyed? Match your body language,

voice tone, and other non-verbal behavior with your words.



6. Keep your communication pure and simple. Do not contaminate it with sarcasm,

witticisms, or put downs. When you do that, people stop listening to what you say

and get flooded with emotions and thoughts regarding how you are treating them.



7. The rule of repetition. Tell them first what you are going to tell them, then tell

them, and then tell them what you just told them.



8. Check. Ensure the accuracy and comprehension of your message. For example,

when you leave a message for someone, ask the person who has taken your

message to repeat it so you can check it for its accuracy and comprehension. Do

the same when you instruct your staff to perform a task for you.



9. Review. Leave a review document for the recipient to take home. Give them

something to review later and correct themselves, for example, a written summary of

steps.



10. Walk your talk. Match your actions with your words. If you say something and

then do another, your action will be received as the real message and not your

spoken words

Rahasia #20 : Percayalah kepada orang lain dan mereka akan jujur kepadamu. Perlakukan mereka dengan baik, dan mereka akan menunjukkan kebaikan mereka.

Saya memasukkan topik ini, karena saya menilai sangat bermanfaat buat kita bersama. Kita bisa melihat kondisi di Indonesia saat ini. Banyak para pemimpin telah kehilangan rasa hormat pada orang lain. Ini nampak sekali pada beberapa pemimpin kita di dunia potitik, DPR, atau para pemimpin partai dan ormas. Mereka kurang bisa menghargai dan menghormati kemenangan atau keberhasilan orang lain. Lebih-lebih lagi, sorotan dari media, bahwa para pemimpin kita juga kurang menghormati rakyat yang telah memilihnya. Mudah-mudahan topik ini bisa bermanfaat & memberi inspirasi.

MJ berhubungan dengan orang lain dengan rasa hormat yang tinggi. Karena dengan rasa hormat akan menghasilkan kepercayaan, kepercayaan menghasilkan kesetiaan. Kesetiaan adalah nilai termulia di dunia.

Satu Cerita MJ di Birmingham
Cerita ini berasal dari Birmingham pada tahun 1994. Saat itu siang hari, udara terasa panas dan matahari bersinar terang. MJ sedang dalam perjalanan menuju lapangan. MJ mengambil jalan pintas melalui lingkungan pinggiran kota yang santai. MJ melewati seorang anak laki-laki yang berumur sepuluh tahun dan sedang bermain basket di pekarangan rumahnya, sendirian. Apa yang dilakukan oleh MJ?

MJ menghentikan mobilnya dan keluar. Anak laki-laki itu memperhatikannya. Dia tahu siapa yang datang. MJ berkata, ”Boleh saya bermain denganmu?” Anak laki-laki itu mengangguk. Mereka bermain selama dua puluh menit, saling melempar bola, merebut bola, dan menembak. Saat itu hanya ada seorang pemain basket terbesar dunia dan seorang anak laki-laki, tidak ada yang mengganggu mereka.. Kemudian MJ kembali masuk mobilnya dan pergi.

Saat itu orang tua anak laki2 sedang tidak ada di rumah, ketika dia memberi tahu orang tuanya, mereka tidak percaya. Tak seorangpun yang mempercayainya. Rasanya seperti kisah dalam buku cerita anak. Akhirnya, salah seorang tetangganya membenarkan cerita itu.

Ini adalah sisi MJ yang tidak kita lihat. Apa yang dilakukannya mungkin tidak terbayangkan.

Rasa hormat MJ pada setiap orang
Memang, kebaikan MJ tidak hanya ditujukan pada anak-anak. Dia berikan itu kepada seluruh liga. Kepada ahli statistik, manager tiket, pelatih dan penjaga gedung maupun lawan-lawannya di NBA.

MJ selalu penuh perhatian. Dia selalu sadar akan segala sesuatu. Dia mengikuti liga dengan matanya yang tajam sehingga dia dapat melakukan hal-hal kecil seperti memberi selamat kepada setiap orang. MJ juga bisa mengingat nama setiap pemain dan memuji kekuatan mereka. MJ juga bisa mengenali orang dan membaca karakter mereka. MJ sangat memahami sifat manusia.

Ketika Ted Leonsis, mitra bisnis MJ, memperkenalkannya kepada resepsionisnya, dia tidak berkata-kata. Kemudian ketika resepsionis itu mengantar mereka ke elevator, dia pun mulai menangis. MJ memeluk dan menenangkannya. MJ tahu bagaimana caranya menanggapi perasaan orang lain. MJ tahu bagaimana caranya mempengaruhi mereka.

Orang-orang atau hal-hal tertentu bisa sangat menyentuh MJ. MJ tidak pernah merasa terancam oleh orang-orang yang berusaha menjangkaunya. Carmen Fillafane, seorang cacat yang harus duduk di kursi rodanya, selalu rajin menghadiri pertandingan Mj. Pada suatu kesempatan, dia memberikan kartu hari Valentine kepada MJ. Beberapa bulan kemudian, MJ melihatnya dalam sebuah pameran mobil dan bertanya mengapa dia tidak datang lagi untuk melihat pertandingan. Villafane berkata, bahwa dia tidak memiliki tiket. Keesokan harinya MJ menelpon kantornya, untuk mengirimkan tiket pertandingan untuk sisa musim itu kepada Villafane.

Cerita tidak berhenti sampai di sini. Di musim berikutnya, MJ mengirimkannya lebih banyak tiket dan satu catatan yang berbunyi, “Saya harap, Anda menikmati musim yang akan datang. Saya akan menunggu anda di setiap pertandingan. Michael.” MJ memberi nomor tiket, tepat dibelakang bangku pemain dalam setiap permainan.

Ketika selang beberapa tahun lewat, MJ memperhatikan kursi roda Villafane yang sudah usang. Keesokan harinya, MJ memesan kursi roda model terbaru, lengkap dengan bel dan peluitnya. Villafene sangat senang dan bergaya dengan kursi rodanya yang baru.

MJ tidak memiliki batas. Ini adalah sebagian bukti MJ menaruh rasa hormat pada siapapun. Dan memperlakukan mereka dengan sangat baik.

* Ingin mendapatkan serial tulisan Michael Jordan sebelumnya dan foto-foto menarik MJ, silahkan klik www.best-camp. com

Lupakan Jasa Ballack

Mengapa Joachim Loew bermain api dengan mempersoalkan perilaku ikon timnas yang seringkali diabaikan pelatih Nationalmannschaft di era sebelumnya?

Sosok yang akrab disapa “Jogi” itu terlihat yakin tetap bisa membangun tim yang kuat dengan sejumlah prajurit penurut tanpa jenderal lapangan bukan karena tanpa alasan.

Loew percaya kolektivitas memiliki nilai lebih tinggi ketimbang kreativitas perseorangan. Ia menyebut pada Bild bahwa kemampuan individual bisa dimatikan lawan yang bermain negatif, tapi kolektivitas justru mendobrak kebuntuan menghadapi permainan defensif.

Teori ini dibuktikannya ketika dominasi pemain muda di timnas Jerman pada Piala Konfederasi 2005 tampil memuaskan. Saat kalah 2-3 dari Brasil di semifinal, pujian datang bertubi-tubi pada duet Juergen Klinsmann dan Loew.

Jogi dianggap berhasil mengimplementasikan keinginan Klinsi meski stok pemain Der Panzer saat itu bukan yang terbaik.

Namun, prestasi terbaik Loew hingga sekarang adalah ketika membawa Jerman meraih lima kemenangan beruntun dalam debutnya sebagai pelatih timnas pada periode Agustus-Oktober 2006.

Sang arsitek bahkan sanggup membangun pertahanan kuat yang membuat Nationalmannschaft tidak kebobolan dalam total 418 menit di lapangan saat itu.

Keberhasilan menerobos hingga puncak perhelatan Euro 2008 juga masih membuktikan kredo lelaki berumur 48 tahun itu tepat. Prinsip dasar Loew adalah bahwa nama besar negara jauh lebih penting ketimbang kebintangan para pemain timnas yang bisa hilang ditelan waktu.

Akan tetapi, Jogi lupa bahwa kesuksesannya di Euro 2008 tidak bisa dilepaskan dari peran superstar Michael Ballack, yang menjadi pemain dengan tingkat kinerja terbaik di sepanjang turnamen.

Ya, Ballack menurut statistik saat itu adalah pemain dengan daya jelajah paling tinggi. Balla tak pelak adalah seorang pekerja keras, bukan bintang yang selalu minta diistimewakan.

Mengabaikan jasa Ballack di Tim Panser ibaratnya sama dengan Loew mengkhianati keyakinan bahwa kolektivitas adalah di atas segalanya. Konflik ini jelas mengancam kelanjutan prestasi bagus Jogi di timnas. (toen)

विद :
http://www.videoku.tv/action/viewvideo/1444/Sandra_Dewi/?ref=Belajar777

No comments: