Thursday, November 27, 2008

Wayan Mertha, Memadukan Bisnis dan Penghijauan




Senin, 17 November 2008 | 03:00 WIB

Oleh Reny Sri Ayu Taslim

Awalnya, I Wayan Mertha tidak berpikir muluk-muluk saat menanam berbagai jenis bibit pohon di antara tanaman kakaonya di Desa Balinggi, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, sekitar 120 kilometer arah timur Palu, pada tahun 2000.

Tanaman kakao harus dilindungi dengan tanaman lebih besar dan rimbun demi mendapatkan buah-buah yang bagus,” cerita Wayan Mertha mengenai pemikiran sederhananya waktu itu.

Selain itu, ia juga berharap, tanaman pelindung tersebut suatu saat bisa dipanen dan menghasilkan uang. Di sisi lain, untuk lingkungan sekitarnya, tanaman pelindung juga dapat berfungsi menguatkan tanah dan menyerap air.

Maka, Wayan Mertha pun menanam berbagai jenis tanaman berakar kuat, berdaun rimbun, dan berbatang besar di antara tanaman kakao. Bibitnya dia pungut di hutan sekitar kebunnya. Pembibitan dia lakukan sendiri hingga menjadi anakan pohon siap tanam.

”Saat itu, banyak yang mencemooh dan menertawakan apa yang saya lakukan. Kata mereka, ngapain tanam pohon, enggak ada untungnya, enggak bisa jadi uang. Lagi pula, orang-orang pada menebang pohon, saya malah menanam pohon,” tutur Wayan Mertha.

Dicemooh, dia bergeming. Dengan tekun, ia terus menanam bibit pohon, seperti meranti, palupi, nantu, dan durian. Khusus pohon durian, Wayan tidak menanam untuk mengambil buahnya, tetapi lebih memanfaatkan batang kayunya.

Suami Ni Wayan Aryani ini tak peduli bahwa penanaman pohon itu mengakibatkan tanaman kakao miliknya jadi tak sebanyak di kebun orang lain yang memenuhi kebunnya hanya dengan tanaman kakao. Namun, kebun sekaligus hutan kecil Wayan Mertha itu terus bertambah sedikit demi sedikit karena ia membeli lahan terbengkalai di sekitar kebunnya. Luas kebunnya pun mencapai 17 hektar.

Ketekunan Wayan kemudian mulai membuka mata warga sekitarnya, terutama para pemilik kebun. Sebab, pohon kakao di kebun Wayan ternyata tumbuh lebih subur dan berbuah lebih bagus dibandingkan kakao di kebun milik petani lainnya. Selain itu, tanah di kebunnya juga menjadi lebih subur. Sumber airnya pun tak pernah kering pada musim kemarau sekalipun.

”Warga lain lalu mulai ikut menanam pohon di antara tanaman kakaonya, atau menebang tanaman kakao yang sudah tua dan menggantinya dengan tanaman pohon. Bibitnya mereka ambil gratis dari saya. Memang, hampir sepanjang waktu saya terus melakukan pembibitan dan memberikan kepada siapa saja yang mau,” katanya.

Industri kayu

Mata warga sekitar betul-betul terbuka, bahkan tidak sedikit yang terenyak ketika, Agustus lalu, Wayan Mertha memanen tanaman pohon yang sudah berumur dari lahan sekitar satu hektar. Kayu dari hutan miliknya itu dijual dengan harga ”lumayan”. Bahkan, ia bisa membuat industri kayu kecil-kecilan untuk mengolah kayu dari hutannya tersebut.

”Tetapi, saya tidak memanen pohon dengan begitu saja. Jauh sebelum saya panen, saya sudah menanam anakan pohon di sejumlah luas areal, atau batang yang saya panen. Jadi, lahannya tidak akan kosong. Lagi pula, pola penanamannya saya atur juga agar panen tidak serentak, melainkan bergiliran sesuai usia pohon dan besarnya anakan yang ditanam,” ceritanya.

Wayan Mertha sejauh ini sudah terbilang berhasil memadukan bisnis dan penghijauan, dengan mengawinkan kebun dan hutan. Dari sisi penghijauan, lahan kosong yang semula telantar kini sudah penuh tanaman dan menjelma menjadi hutan.

Dari sisi bisnis, kayu yang ditanamnya pun menghasilkan uang. Bahkan seperti virus, apa yang dilakukan Wayan mulai menjalar kepada para pemilik kebun lainnya. Di sekitar kebunnya saja sudah ada 50-an petani yang mengikuti jejaknya.

Mukramin, Kepala Dinas Kehutanan Parigi Moutong, bahkan mengakui, konsep bisnis dan penghijauan yang dilakukan Wayan Mertha dijadikan percontohan oleh dinas kehutanan untuk disosialisasikan kepada para pemilik kebun yang lain.

”Masyarakat sudah mulai mengikuti apa yang dilakukan Wayan. Dampaknya, selain menjaga kesuburan tanah dan terpeliharanya sumber air, warga juga sedikit demi sedikit mulai sadar agar tidak menebang hutan sembarangan. Mereka sadar pada pentingnya fungsi tanaman pelindung, sekaligus melihat tanaman pelindung sebagai investasi jangka panjang,” tutur Mukramin.

Manja dan seenak hati

Wayan Mertha adalah lelaki sederhana yang hanya tamat sekolah dasar. Sebagai anak tunggal diakuinya membuat dia menjadi manja dan berlaku seenak hati, termasuk tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

Masa muda lebih banyak dia habiskan dengan bepergian dari satu tempat ke tempat lain. Keinginannya merantau keluar dari Bali, kendati pada awalnya ditentang orangtuanya, membawa Wayan ke Parigi Moutong pada tahun 1976. Saat itu ia sekadar mengikuti beberapa temannya yang sudah terlebih dahulu pergi ke Parigi.

Tanpa bekal keterampilan dan pendidikan memadai, Wayan Mertha bertahan hidup dengan menjadi kenek. Hidup jauh dari orangtua dan sanak keluarga membuat dia sadar harus menata sendiri kehidupannya, dan tidak bergantung kepada orang lain. Terlebih saat ia memutuskan menikahi Ni Wayan Aryani pada 1982.

Pendapatan jadi kenek dan buruh kasar sebagian dia tabung, dan digunakan untuk membeli sebidang sawah. Penghasilan dari sawah itu dia kumpulkan pula guna membuka usaha warung kecil-kecilan.

Seiring berjalannya waktu, Wayan Mertha lalu membeli lahan kebun untuk bertanam kakao. Lahan yang semula cuma sepetak terus bertambah. Dia kemudian mulai menanam pohon pada tahun 2000.

Pengetahuannya mengenai penanaman pohon, antara lain, diperoleh saat masih tinggal di Bali. Wayan bercerita, tempat tinggalnya di Bali berada di tepi hutan sehingga dia mengenal jenis-jenis pohon, termasuk bagaimana pemeliharaannya.

Belakangan, Wayan Mertha juga melakukan berbagai eksperimen menanam pohon dengan menggunakan batang pohon, bukan bibit.

Kalau semula menanam pohon sekadar melindungi tanaman kakaonya, kini Wayan Mertha terobsesi menghijaukan lahan gersang. Setidaknya hal ini sudah dia mulai dengan membeli 17 hektar lahan kosong di Kayumalue, Palu. Lahan ini akan dia tanami berbagai jenis pohon. Penanaman dilakukan pada November ini, bersamaan dengan datangnya musim hujan.

”Menanam pohon itu mudah, yang penting bibitnya bagus, anakan yang ditanam sudah cukup umur, dan waktu penanamannya tepat. Kalau akarnya sudah cukup kuat, dibiarkan saja juga tidak jadi soal karena pohon akan tumbuh alami. Setelah itu kita tinggal menikmati hasilnya, baik dampaknya pada lingkungan, maupun sebagai tambahan penghasilan,” tutur Wayan Mertha bersemangat.

--------

MEMAAFKAN ITU MENYEMBUHKAN
Oleh: Gede Prama
Sumber : http://www.iloveblu e.com

Kolam kebencian tidak bertepi, mungkin itu sebutan yang cocok untuk tahun 2001. Ada kebencian terhadap Amerika karena menyerang Afghanistan, ada kebencian terhadap Osama karena dituduh menghancurkan gedung WTC New York, ada kebencian terhadap pemerintah karena tidak menunjukkan kinerja yang meyakinkan, ada kebencian terhadap DPR karena tidak habis-habisnya dilanda skandal, ada kebencian terhadap suku atau agama lain karena terlibat perang dan kerusuhan, ada kebencian terhadap pengusaha besar karena dicurigai mencuri uang negara, ada kebencian terhadap oknum aparat yang tidak berhenti-berhenti korupsi, dan masih banyak lagi daftar kebencian lainnya.

Apa yang bisa diproduksi oleh kebencian ? Kita bisa lihat sendiri disamping pengangguran yang berjumlah puluhan juta orang, juga secara amat meyakinkan kita sedang memproduksi masa depan yang amat menakutkan. Tidak hanya pernikahan yang beranak pinak, kebencian bahkan bisa menghasilkan anak, cucu, cicit dengan wajah-wajah yang lebih menakutkan. Lihatlah sejarah, di sana sudah tertulis banyak sekali catatan tentang kebencian yang beranak pinak, dan kemudian menghasilkan kehidupan yang mengerikan.

Mirip dengan sebuah cerita Zen tentang dua orang pendeta yang mau berenang menyeberangi sungai. Tiba-tiba ada wanita cantik yang berteriak di belakang meminta digendong. Dan pendeta lebih tuapun menyanggupinya. Dua jam setelah kejadian itu berlalu, pendeta yang lebih muda bertanya : 'kenapa abang sebagai pendeta mau menggendong wanita cantik tadi ?'. Dengan sedikit kesal pendeta tua berucap : 'saya sudah menurunkan tubuh wanita tadi dua jam yang lalu, namun kamu menggendongnya sampai dengan sekarang'.

Demikianlah cara kerja kebencian. Oleh karena sebuah atau beberapa kejadian yang sudah lewat di masa lalu – sebagian bahkan sudah lewat ratusan tahun yang lalu – sebagian orang menggendong kebencian bahkan sampai ketika dipanggil sang kematian. Sehingga praktis seumur hidup orang-orang seperti itu isi waktunya hanya kebencian, kebencian dan hanya kebencian. Anda pasti sudah tahu sendiri akibat yang ditimbulkan oleh semua itu. Jangankan doa dan perjalanan menuju Tuhan, tubuh dan jiwanya sendiri pasti dikunjungi berbagai macam penyakit.

Dalam keadaan begini, tidak ada pilihan lain terkecuali belajar dan mendidik diri untuk melupakan kebencian serta mulai memaafkan orang lain. Ya sekali lagi memaafkan orang lain. Inilah sebuah kegiatan yang amat sulit di zaman ini. Berat, sulit, tidak mungkin, tidak bisa itulah rangkaian stempel yang diberikan kepada seluruh upaya untuk memaafkan orang lain. Saya bahkan menemukan orang-orang dengan beban tidak bisa memaafkan dalam jumlah yang tidak terhitung.

Sehingga ini semua menyisakan pekerjaan rumah yang besar bagi saya (dan mungkin juga Anda), terutama bagaimana berjalan dalam hidup dengan sesedikit mungkin beban kebencian. Di titik ini, mungkin ada manfaatnya mengutip apa yang pernah ditulis Rabindranath Tagore dalam The Heart of God : 'when the far and the near will kiss each other, and life will be one in love'. Bila yang jauh berciuman dengan yang dekat, maka kehidupan menyatu dalam cinta. Mungkin kedengarannya puitis sekaligus mengundang alis berkerut.

Yang jauh, setidaknya menurut saya, adalah kejadian-kejadian di masa lalu sekaligus harapan-harapan kita akan masa depan. Yang dekat adalah kehidupan kita yang riil dan nyata di hari ini. Dan keduanya tidak mungkin disatukan oleh kebencian. Ia jauh lebih mungkin dijembatani oleh kesediaan untuk memaafkan. Dan dari sinilah lahir bibit-bibit unggul cinta buat sang kehidupan.

Dan bibit-bibit unggul cinta ini, mungkin saja bisa menyembuhkan orang yang dimaafkan. Tetapi yang jelas, kegiatan memaafkan pasti menyembuhkan siapa saja yang mau dan rela memaafkan. Seperti baru saja meletakkan beban berat yang lama tergendong di bahu, demikianlah rasanya ketika kita rela memaafkan orang lain. Keyakinan ini bukannya tanpa bukti, Bernie Siegel dalam karya best seller-nya yang berjudul Love, Medicine and Miracles mengajukan sebuah bukti meyakinkan. Sebagaimana ia tulis secara amat percaya diri di halaman 202 bukunya, Siegel telah mengkoleksi 57 kasus keajaiban kanker. Di mana ke lima puluh tujuh orang ini sudah positif terkena kanker, dan begitu mereka menghentikan secara total dan radikal kebencian, depresinya menurun drastis, dan yang paling penting tumornya mulai menyusut. Sebagai kesimpulan, Siegel menulis : 'when you give love, you receive it at the same time. And letting go of the past and forgiving everyone and everything sure helps you not to be afraid'. Ketika Anda memberi maaf, Anda juga menerimanya pada saat yang sama. Dan kesediaan untuk melepas masa lalu dengan cara memaafkan, secara meyakinkan membantu Anda keluar dari kekhawatiran.

Dan mohon dicatat kalau kesimpulan ini datang dari Berni Siegel yang nota bene salah seorang ahli bedah di Amerika sana. Kembali ke cerita awal tentang lautan kebencian yang tidak bertepi, bila kita sepakat agar republik ini secepat mungkin mengalami penyembuhan, bisa jadi saran Siegel ini layak direnungkan kembali. Saya dan Anda mungkin bukan penentu di republik ini, tetapi kita bisa memulainya dengan kehidupan kita masing-masing. Entah itu memaafkan isteri, suami, musuh, diri sendiri, atau siapa saja. Seperti telah diingatkan Rabindranath Tagore, bukankah itu bisa membuat sang kehidupan menyatu dalam cinta ***

Rahasia #19 : Orang tidak akan berhasil jika hanya mengandalkan teknologi, mereka akan berhasil jika mereka juga mengandalkan sosialisasi

MJ jadi seperti hari ini, tidak lepas dari kepiwaian sang pelatihnya, Phil Jackson dalam mengkomando tim Chicago Bulls. Rupanya ajaran Phil Jackson meresap dalam diri MJ.

Cerita Phil Jackson
Prinsip Phil adalah ingin membantu setiap orang untuk menjadi manusia yang lebih baik. Jadi bukan hanya sekedar menang dalam pertandingan. Di Chicago Bulls, Jackson adalah guru, pelatih, teman, sekaligus konselor. Dia selalu terlihat dan siap sedia. Dia memperhatikan kesejahteraan setiap pemainnya. Dia tidak melebih-lebihkan kesalahan. Jika pemain berbuat kesalahan, dan semua orang tahu pemain tersebut berbuat kesalahan, itu bukanlah kritik pribadi. Jackson menyeimbangkan antara kritik dan pujian.

Jackson menyebutnya Kepemimpinan yang simpatik. Dengan kata lain, memperlakukan orang lain dengan rasa hormat, dan perhatian sama seperti memperlakukan diri sendiri. Hal inilah dasar dari sikap MJ. Sikap dan karakter ini memancar dalam diri MJ.

Cerita kemenangan ke-3 berturut-turut
Pada putaran final 1993, Bulls memimpin seri pertandingan itu dengan posisi 3-1 ketika melawan Phoenix. Bulls kalah di pertandingan ke lima di Chicago. Bulls tercengang. Kota Chicago tadinya sudah bersiap-siap untuk merayakan kemenangan. Namun ternyata tim harus kembali ke Phoenix untuk pertandingan ke enam.

Keesokan harinya di bandara, semua anggota tim merasa tegang. Mereka sedang menunggu kemunculan MJ. MJ terlihat di lorong check in bandara. MJ sedang berdansa di depan temannya satu tim dengan mengacungkan tiga jari dan bernyanyi dengan antusiasnya. Betapa percaya dirinya MJ, sikap itu sangat berarti bagi teman-temannya satu tim.

Lalu dia masuk ke pesawat dengan bergaya selebritis dan sebuah cerutu besar di mulutnya. ”Apa itu?” Tanya pemilik Bulls, Jerry Reinsdorf
”Cerutu kemenangan saya”, jawab MJ.di dalam pesawat, MJ berbicara empat mata dengan setiap pemain. MJ mulai bermain kartu yang mengikutsertakan semua pemain. Saat pesawat mendarat, semua pemain terlihat lebih relaks dan santai. Cerita lengkapnya, Bulls bersuka-cita memenangi pertandingan keenam untuk merebut gelar ketiga mereka, berturut-turut.

Walaupun MJ nampaknya seorang pribadi yang antusias, mementingkan kemenangan dan unjuk kerja. Namun MJ juga pandai bersosialisasi dengan para pemain dan orang lain.

* Ingin mendapatkan serial tulisan Michael Jordan sebelumnya dan foto-foto menarik MJ, silahkan klik www.best-camp. com

Jornada 11 La Liga
Edukasi Lima Tahun

Tepat lima tahun lalu, Lionel Messi melakoni debut dalam balutan seragam Barcelona. Kala itu, partai melawan FC Porto tidak berstatus resmi karena hanya sebatas uji coba. Namun, publik dunia sudah bisa memprediksi bahwa Messi bakal punya nama belakang Dona.

Maksudnya Messi akan menjelma menjadi maestro lapangan hijau, persis seperti legenda hidup Argentina, Diego Maradona. Prediksi publik perlahan mendekati kenyataan. Messi memang seperti menjadi reinkarnasi El Diego. Setidaknya dalam hal mengolah si kulit bundar.

Gocekan maut pemilik nama tengah Andres ini seolah mengandung unsur magis sehingga sulit dibaca lawan yang coba menghadangnya. Satu per satu korban pun berjatuhan tatkala disalip, dilewati, atau dikelabui Messi. Puluhan kiper juga kerap dipaksa memungut bola dari dalam gawang.

Ahad (16/11), Asier Riesgo manjadi kiper terakhir yang harus rela melihat jalanya bergetar. Messi sukses mengelabui barikade pagar betis Recreativo Huelva sebelum melepaskan tendangan kaki kiri ke pojok kanan gawang Riesgo. Gol inilah yang membuka skor lalu kemudian memenangkan Barca 2-0.

Seydou Keita muncul sebagai eksekutor gol kedua setelah dirinya memanfaatkan operan Samuel Eto’o, yang sebelumnya mendapat kiriman bola silang dari Thierry Henry. Sepasang gol ini tak bisa dikejar Recre hingga laga di Nuevo Colombino itu berakhir.

Khusus pada gol pertama, aksi Messi pantas diacungi jempol. Ia bisa mengeksekusi set-piece bola mati dengan sempurna. Di saat para pemain Recre terpaku pada bola, yang diperkirakan bakal ditendang langsung oleh Xavi Hernandez atau Dani Alves, Messi berhasil mencari posisi kosong di dalam kotak penalti.

Dengan hasil ini, Los Azulgranas berhak atas tambahan tiga angka. Koleksi poin mereka kini 28 dan unggul tiga biji angka bersih atas Villarreal, yang hanya mampu bermain seri 2-2 di rumah klub promosi, Malaga. Valencia dan Real Madrid, yang juga takluk di hari Sabtu, bertahan di posisi ketiga dan keempat.

“Selama bermain lima tahun ini, saya merasa masih ingin terus tumbuh," ujar Messi setelah kemenangan kesembilan Barca di Primera Division La Liga secara beruntun itu, seperti dikutip El Mundo Deportivo. “Saya masih perlu banyak belajar dan memperbaiki setiap skill.”

Untuk ukuran pemain yang baru berusia 21 tahun, komentar Messi cukup diplomatis. Sama sekali tak tercermin aroma angkuh, meski Desember nanti dirinya akan bertarung melawan Cristiano Ronaldo, Iker Casillas, dan Fernando Torres, dalam perburuan mahkota Ballon d’Or. Edukasi lima tahun di Camp Nou tampak telah mendewasakan dirinya. (Sapto Haryo Rajasa)

विद :
http://www.videoku.tv/action/viewvideo/1453/Sandra_Dewi/?ref=Belajar777

No comments: