Friday, November 28, 2008

MENJIWAI PERAN YANG DIMAINKAN






Menyaksikan konser pertunjukan “Euro pop-group opera Il Divo” beberapa waktu lalu di Jakarta Convention Center , banyak diantara penonton merasa terkagum-kagum dan tersedot perhatiannya. Mulai dari para priyayi agung Jakarta , seperti menteri, politisi dari beberapa partai politik, para selebriti, pengusaha, sampai para ibu-ibu dan masyarakat lainnya. Mereka memenuhi kursi penonton malam itu dengan begitu terpesona, merasa tersedot perhatiannya menyaksikan pentas konser Il Divo ini.



Terasa sekali suasana gairah, passion, perhatian audiens yang sangat besar dan luar biasa dalam merespon penampilan konser empat personel Il Divo ini. “They are stunning ? Penampilan mereka menakjubkan,”, demikian kata-kata yang muncul dari para penonton sesusai menyaksikan pertunjukan malam itu.



Bagaimana pertunjukkan itu bisa menjadi menakjubkan dan menyedot perhatian luar biasa penontonya ? Pertunjukan itu sangat mempesona, maka jelas jiwa para seniman itulah yang menjadikannya pertunjukan mempesona dan menakjubkan. Mereka mampu membawakan lagu-lagunya dengan penjiwaan yang mendalam. Mereka mampu memainkan perannya sebagai seniman dengan sepenuh hati. Seandainya mereka membawakan lagu-lagunya tanpa penjiwaan mendalam, tanpa kesungguhan hati, maka akan terasa menjadi tontonan yang hambar. Tak meninggalkan kesan mendalam, apalagi kemampuan menggugah gairah dan “passion audiens” hingga begitu terpikat. Penampilan seniman yang tidak menjiwai perannya, tidak sepenuh hati memainkannya, maka tidak layak menjadi kenangan dalam benak orang-orang yang menyaksikannya.



Begitulah dengan kualitas pribadi kita dalam hidup ini. Amanat agung yang dipikul manusia dalam hidup ini, sesungguhnya hanya dapat ditunaikan andaikata masing-masing diri kita, adalah pribadi yang mampu menjiwai setiap bidang kehidupan yang dijalankannya. Dan kualitas pribadi atau pun kualitas hidup kita, dapat terukur dari sejauh mana pendalaman atau penjiwaan kita terhadap pekerjaan maupun bidang lainnya yang kita geluti atau karya yang kita lahirkan.



Sebagai seorang karyawan misalnya, kalau dapat menjiwai bidang pekerjaannya, maka ia memiliki semangat, motivasi dan gairah yang tinggi dalam menjalankan pekerjaannya. Kita dapat menjadi motivator bagi diri sendiri dan bagi orang-orang di sekitar kita, sehingga produktivitasnya menjadi semakin meningkat. Berbeda dengan seorang karyawan yang tidak menjiwai bidang pekerjaaan yang diberikan kepadanya. Ia akan mengerjakan pekerjaannya hanya memenuhi sebatas kewajibannya agar mendapatkan gaji bulanan saja. Tidak ada kesungguhan hati, semangat dan motivasi, apalagi untuk berprestasi dalam bidang pekerjaannya. Ia cenderung seenaknya saja dalam menjalankan tugas-tugasnya.



Dalam membina hubungan dengan pasangan misalnya, kalau masing-masing mampu menjiwai perannya dengan kesungguhan hati, maka akan dapat menjadi penyenang mata dan penyejuk hati pasangannya. Mampu saling menjaga kepercayaan dan saling menyemangati dalam berjuang menghadapi kerasnya hidup, peliknya bertahan dalam keimanan. Berbeda dengan mereka yang tidak menjiwai tugas masing-masing. Maka jiwanya akan tertekan, menganggap melayani pasangannya sebagai beban dan pasangannya dianggapnya sebagai pengekang. Tugasnya menjadi terabaikan, komunikasi mereka menjadi kering dan inilah sumber dari ketidakharmonisan dalam hubungan.



Maka melakukan evaluasi diri terhadap peran kita masing-masing dalam kehidupan ini menjadi sangat penting. Bertanyalah kedalam hati “Sejauh mana kita sudah menjiwai dengan sepenuh hati peran kita masing-masing dalam kehidupan ini ?”. Apakah sebagai karyawan, sebagai pengusaha, sebagai pemimpin, sebagai pasangan dalam keluarga, sebagai bagian dari masyarakat, sudahkah kita menjiwai sepenuh hati peran kita ? Apakah Anda seorang professor, doktor, sarjana atau hanya lulusan SMA, sudahkah menjiwai dengan tulus setiap bidang yang kita jalankan ? Apakah memiliki pangkat presiden, menteri, direktur utama, jenderal, kapten atau orang biasa, sudahkah kita menjiwai peran kita masing-masing ?



Penjiwaan yang sepenuh hati terhadap peran masing-masing dapat melahirkan kesungguhan hati, semangat dan motivasi tinggi dalam setiap peran kehidupannya. Hal ini akan menghasilkan karya, kinerja dan prestasi kehidupan yang mengagumkan sesuai dengan suara hati nuraninya. Menjalankan setiap peran yang dilakukannya dengan sepenuh hati, dengan ketulusan hati dan keikhlasan yang dilandasi nilai-nilai kebaikan dan kebenaran dalam hidup akan menghasilkan kontribusi kebaikan kepada orang lain dan kehidupan ini. Hasilnya adalah prestasi dan keharuman diri yang akan dikenang oleh kehidupan ini.



Sumber: Menjiwai Peran Yang Dimainkan Oleh Eko Jalu Santoso, Penulis Buku “The Art of Life Revolution” penerbit Elex Media Komputindo dan Founder Motivasi Nurani Indonesia . Weblog: www.ekojalusantoso. com

---------

"Every second we choose to nourish ourselves in a way that supports or depletes our lives, and to think and speak about other people in a way that is honoring or dishonoring. What choice are you going to make today."
Gregg Braden
Author of The Divine Matrix

---------

From Spark To Flame

When my now 19 year old daughter was in Grade 3, all of Mrs. Mathews' students were given a small pot with a bean seed to plant. Green string beans it seems are pretty hardy and the perfect seed to use when promoting green thumbs in young children. That same plant was also a most unexpected source of understanding and insight for me.

Once the bean plants had sprouted and flowered, their teacher allowed the kids to carefully transfer the precious cargo from school to home. Once home, Shanna scouted around for the perfect location and settled on a sunny south window sill and then proudly declared, "Soon I can feed the whole family!"

Shanna's sisters were envious and even our cat looked intrigued which should have been a warning to me because when I woke up the next morning, I saw that the bean plant had been maliciously knocked off the window sill and ripped from it's pot. It's leaves were frayed and except for a limp thread of stem that still connected the roots to the flowering top, it was quite unrecognizable from the day before. The plant, it seemed, was a goner.

I dreaded what I had to tell Shanna but as I gently began to explain that the bean plant had to be put in the compost, her reaction was not what I expected. She said, "Everything will be okay Mom, the plant will get better."

Without wasting a second in thought she secured the first aid kit from the bathroom returning with gauze, a tongue depressor, bandages and a deep belief that the pathetic looking, near-dead bean plant would live, thrive and even produce food!

I had mixed emotions knowing that she was postponing the plants inevitable trip to the compost bin but I went along with it and helped her wrap bandages. Days later, to my absolute surprise, the bean plant was standing tall and looking perky. We were able to remove the bandages and discover a protruding hump in the stem where its near-fatal stem break had been. It was also amazing to see that the one and only bean, had become plump almost completely masking the claw marks that had scarred it.

I don't know why I hadn't thought the cat might go for a second round because it surely did, and this time I ran for the first aid kit! I carefully applied a heavy blanket of everything from cotton and gauze to coloured band aids with "ouch" written on them and when the medic work was done, I whispered a little something to the heavens.

Just one week later we were able to take the bandages off and again we barely found evidence of an attack and there was even a new sliver of green where a second bean was forming. I was excited and amazed while Shanna had been expecting nothing less. Back to the window sill it went but this time we built a fortress of heavy books to keep it safe until our day of bounty.

I set the table beautifully with all the fanfare of a Thanksgiving dinner. The beans were carefully divided by 5, which awarded each person 2 small pieces, claw marks and all. They turned out to be the best green beans I had ever eaten!

My daughter never quite understood my exuberance over the significance of the beans. In my work as a youth motivator I am brought together with kids and teens that all desperately need people to believe in them. Now, more than ever, no matter what I have been told about a child or a teen and their behavior, I see everyone, no exceptions, with the same eyes and heart that my daughter used on her broken, beaten up bean plant.

I wonder if it's a coincidence that later that same week, I stumbled upon a most appropriate quote by Italian Poet Dante (1265-1351): "From a little spark, may burst a mighty flame."

Especially if you believe...!

Monique Howat

Monique Howat is a youth motivator, specializing in self-esteem and founder of Confident Girls and Guys. She presents workshops in elementary and high schools in and around the Toronto area, coaches, trains the trainer and is a public speaker. You can visit her website at www.confidentgirlsguys.com

---------

"No one is in control of your happiness but you; therefore, you have the power to change anything about yourself or your life that you want to change."

Barbara DeAngelis
Author

विद :
http://www.videoku.tv/action/viewvideo/5539/secondhand_serenada___fall_for_you/?ref=Belajar777


No comments: