Perceraian mencipta luka yang mendalam pada seorang anak.

Jika itu terjadi maka hanya kuasa Tuhan-lah yang mampu menyembuhkan kepedihan hati dan kemarahan mendalam seorang anak terhadap orang tuanya.
Saya masih membenci ayah saya dan sekarang saya ada dalam konflik karena Roh Tuhan memaksa saya melihat diri saya dan memikirkan suatu perubahan.
Ketika saya lahir ayah saya tidak mempersiapkan sebuah rumah bagi seorang anak. Tetangga harus menggantung kain seprei pembatas di satu ruangan untuk menciptakan kamar anak yang bersih untuk saya. Rumah kami adalah ruangan dari proyek kontruksi yang berusia 10 tahun dengan serbuk gergaji sebagai lantainya, dan ruang terbuka berketinggian tiga meter diantara lantai dua dan lantai tiga.
Ayah saya sering memukul anjing dan melempar pisau pada binatang piaraannya dengan kejam. Dia bahkan sering menendang binatang jika sedang marah. Dia juga minum sepanjang waktu, dan jika tidak demikian dia akan tergeletak di dipan setelah berlatih dengan anggota grup band-nya pada pukul 3 dinihari, atau dia akan bermain musik di bar-bar lokal.
Dia tidak pernah menjadi seorang ayah yang saya harapkan. Dia tidak pernah membapai saya.
Saya ingat bagaimana dia berteriak pada saya dengan tidak rasional ketika saya berusia delapan tahun. Itu begitu mengerikan. Ayah saya begitu mengerikan. Saya belajar untuk menjadi tegar terhadap intimidasinya dan tidak hancur terhadap sikapnya. Saya belajar untuk menjaga diri saya sendiri terhadap pria yang lebih tua 27 tahun dari saya itu.
Siapa yang meminta saya untuk dapat mengampuni dia?.
Tahun demi tahun ayah saya terus mengecewakan saya. Dia menggagalkan saya, melewatkan nilai-nilai saya. Setelah perceraian dengan ibu saya, dia tidak pernah memberikan janji dan harapan yang baik bagi saya. Dia tidak memberikan dukungan pada anaknya. Dia juga selalu terlambat mengingat waktu-waktu liburan saya. Hari ulang tahun saya, hari yang dia katakan sebagai hari bersejarah dan khusus bagi dia, tidak pernah dirayakan meski dengan panggilan telepon atau hadiah pada waktunya. Sebagai gantinya saya menerima kata-kata penyesalan seperti air mata dan rasa mengasihani diri sebagai ungkapan keputusasaan seorang manusia.
Saya menjadi semakin marah dan semakin marah hingga kemarahan saya meledak terhadap orang lain. Saya mulai menyakiti keluarga saya yang lain karena ayah yang menyakiti saya. Luapan keputusasaan dan frustasi yang saya alami amat ironis, saya menjadi serupa dengan ayah saya
Saya membenci ayah saya. Saya membenci diri saya karena menjadi serupa seperti dirinya.
Siapa yang mengharapkan saya untuk memberi pengampunan?
Ketika saya mendekati usia 14 tahun saya mendengar tentang Yesus dengan jalanNya yang begitu segar sehingga saya mengerti bahwa saya mengalami pergolakan dalam diri saya. Saya berikan hati saya pada Yesus, namun kehidupan tidak segera menjadi lebih mudah. Saya tidak menemukan diri saya merasa mengasihi ayah saya dalam semalam, seperti halnya kejadian dalam sulap.
Saya masih membenci ayah saya, dan kini saya merasakan adanya konfik karena Roh Tuhan memaksa saya untuk melihat diri saya dan memikirkan adanya suatu perubahan.
Saya mendengar dan membaca tentang pengampunan dan mencoba hingga putus asa untuk mengampuni ayah saya. Ternyata saya dapati hal itu amat mustahil.
Semua yang ada dalam hidup saya terbakar. Dia sudah menyakiti saya. Dia meninggalkan saya. Dia menjadi bagian yang tidak berarti dalam keseharian saya ketika dia masih memegang kendali yang aneh terhadap emosi saya. Saya merasa tersinggung.
Yang paling buruk adalah bahwa dia masih tetap marah dan minum seperti yang saya tahu tentang ayah saya selama ini. Tidakkah seharusnya dia yang berubah dan minta pengampunan dari saya dibanding saya mengampuni dirinya?. Tidakkah seharusnya kami merubah dulu pola pengasuhan dalam keluarga sebelum saya mengampuni ayah saya itu?. Tidakkah seharusnya saya melihat upaya memperbaiki hal ini menjadi bagian ayah saya?.
Namun kemudian saya membaca kisah tentang seorang yang berhutang yang tidak mau mengampuni sesamanya di dalam Matius 18:21-35.
Sekarang, bagaimana mungkin saya tidak bisa mengampuni dirinya?.
Saya membaca mandat Alkitab dengan pukulan yang jelas dalam hati saya ~ saya tidak dapat menerima pengampunan jikalau saya tidak mau mengampuni!.
Kemustahilan menjadi sesuatu yang mungkin bersama dengan Tuhan. Saya mulai berdoa agar hati saya ini dibuat menjadi lembut. Saya berdoa supaya semua prasangka pikiran saya dibuang jauh. Saya berteriak pada Tuhan bahwa saya tidak ingin melakukan hal ini dan saya tidak tahu bagaimana melakukannya, tapi saya minta Tuhan untuk menolong saya. Saya berdoa untuk suatu pemulihan dan kesembuhan.
Saya berdoa karena hanya itulah tindakan yang dapat saya ambil dalam hubungan saya yang "berjarak" dengan ayah saya.
Doa-doa mulai bekerja dalam diri saya. Roh Tuhan tetap bekerja dalam diri saya. Kasih menggantikan kebencian dan saya mulai berdoa untuk keselamatan ayah saya dibanding untuk menyingkirkan dirinya dari kehidupan saya.
Dan berita baiknya bukanlah bahwa ayah saya menjadi sesuatu yang saya harapkan atau bahkan semua yang Tuhan harapkan dari dirinya. Berita baiknya adalah bahwa Tuhan yang mengubah saya, dan mengampuni ayah saya memberi saya kemerdekaan untuk mengasihi dirinya dan orang lain dalam kehidupan saya.
Terlalu banyak dari kita yang begitu buta untuk melakukan suatu tindakan. Kita tidak mengerti dampak tindakan kita telah menimbulkan kemarahan atau gosip dari diri kita yang berdampak memukul orang lain sepanjang perjalanan hidup kita. Kita melihat dampak tindakan kita terhadap orang lain, tapi kita dengan cepat bereaksi terhadap tindakan orang lain yang mempengaruhi diri kita.
Jika seorang dapat memiliki sikap tidak mau mengampuni, lain halnya dengan Yesus. Yesus dari atas kayu salib mengatakan : "Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak mengetahui apa yang mereka lakukan" (Lukas 23:24)
Jika Yesus dapat mengampuni, mengapa kita tidak melakukan hal yang sama?
Inti dari tidak mau mengampuni, kemarahan dan rasa sakit adalah suatu belenggu yang menguasai. Bebannya membuat punggung kita menjadi bungkuk dan hati kita menjadi berat. Itu adalah kegelapan menelan pikiran kita dan menghabiskan gaya hidup kita.
Jika anda memiliki memiliki kemarahan dan perasaan tidak mau mengampuni, anda tahu ini adalah beban. Itu adalah gelap, sesuatu yang berat, bayangan prasangka yang akan mengikuti kemanapun anda melangkah. Orang lain akan melihat hal itu dan bertanya tentang hal itu dan anda akan mempertahankan diri anda dengan berbagai alasan mengapa anda membagikan kepedihan anda pada banyak orang. Tapi alasan-alasan itu hanya akan mencegah anda melakukan semua hal yang benar.
Lenyapkan semua hal itu. Jangan pernah bersekutu dengan hal itu.
Yang terbaik dari Tuhan bagi anda termasuk mengerti tentang pengampunan.
Jika saya ini tidak sempurna, Tuhan Yesus adalah sempurna. Jika orang tua saya begitu tidak sempurna, Kristus sesungguhnya amat sempurna. Jika yang salah seperti ketidakadilan bekerja terhadap hidup saya, maka Tuhan adalah suatu kebenaran. Memikirkan bahwa orang tua saya adalah begitu kurang sebagai orang tua, maka Tuhan adalah Bapa sesungguhnya bagi saya.
Letakkan kemarahan dan sakit hati di kaki salib. Itu mungkin membutuhkan waktu, apalagi jika kerusakannya begitu dalam. Tapi tetaplah bawa hal itu di dasar kaki salib hingga anda mampu mengatur semuanya. Dimana kegelapan menguasai jiwamu sebelumnya, terimalah pengertian tentang kasih yang tidak bersyarat sebagai pengganti.
Ayah saya akan selalu menjadi orang yang tidak sempurna. Tapi janji Tuhan mengatakan: "karena tidak ada seorangpun dari manusia yang tidak berdosa, tidak ada seorangpun (Roma 3:12). Saya merayakan bahwa FirmanNya adalah benar. Dengan pandangan saya dapat mencoba mengerti pengalaman luka hati ayah saya yang membuatnya menjadi manusia yang keras. Kini ia telah berhenti minum (15 tahun tanpa mabuk) dan hidupnya semakin baik.
Dengan pandangan yang baru saya dapat mencoba mengerti bahwa ayah saya tidaklah sempurna dan saya dapat mengasihi dan menerima dirinya. Itu adalah cara yang begitu lega untuk menjalani suatu kehidupan. Saya membuang semua prasangka manusia untuk bisa melihat kehendak Tuhan atas hidup saya. Berkenaan bahwa Tuhan menggenapi semua janjiNya, meski manusia tidak bisa melakukan hal itu. Angkatkah balok dalam matamu sebelum mengambil selumbar dalam mata orang lain (Matius 7:4)
Pengampunan adalah kemerdekaan dalam Tuhan Yesus Kristus
Matteo Brighi
Berkah dari Krisis
Penampilan AS Roma masih angin-anginan, tapi Matteo Brighi justru tengah gembira. Bukan karena nasib timnya yang berada di papan bawah, melainkan lebih kepada kesempatan bermain yang kian banyak.
Matteo Brighi, ingin membuktikan kualitas dalam derby Roma. (Foto: Getty Images)
Sejak memperkuat Roma pada 2004, Brighi sempat kesulitan masuk dalam starting eleven. Bahkan ia langsung dipinjamkan ke Chievo begitu resmi pindah dari Parma.
Musim ini peruntungan Brighi berubah. Pria yang hobi membaca ini sudah 11 kali bermain dari total 14 laga yang sudah dimainkan I Lupi. Perinciannya: delapan di Serie A dan tiga di Liga Champion.
Torehan tersebut semakin lengkap karena pelatih Luciano Spalletti mulai sering mempercayainya untuk menjadi starter sebanyak tujuh kali. Jumlah itu sama dengan yang dibuatnya musim lalu.
Kepercayaan Spalletti ini tak lepas dari badai cedera yang melanda I Giallorossi. Semula, anak dari pasangan Sergio dan Fiorella ini hanya diproyeksikan sebagai pelapis Daniele De Rossi, Simone Perrotta, David Pizarro, atau Alberto Aquilani.
“Sejak dulu saya bukanlah orang asing di klub ini. Meski mulai dipercaya masuk ke tim utama, bukan berarti posisi tersebut akan selalu aman. Saya akan terus bekerja keras,” tuturnya seperti dilansir Goal.
“Meski begitu, saya cukup senang dengan performa ini. Semoga pelatih akan terus memainkanku sebanyak mungkin,” lanjut pria yang juga berprofesi sebagai penjaga pantai ini.
Memendam Potensi
Karier penggemar Playstation ini di dunia profesional sebenarnya dimulai dengan bagus. Buktinya saat masih berusia 17 tahun ia sudah disodori kontrak oleh Juventus. Ketika itu, ia bermain bersama klub asal kota kelahirannya, Rimini, di Serie C2. Sayang, ia menolak tawaran Luciano Moggi.
Alasan yang dilontarkan pun jarang ditemui untuk anak seusianya. Ia merasa masih terlalu muda untuk berlaga di Serie A dan ingin menyelesaikan sekolahnya terlebih dahulu.
Penolakan tersebut tidak lama. Setahun berselang, ia sudah berbaju Putih-Hitam plus gelar diploma di bidang sayantansi.
Sayang, kedatangannya ke Juve kurang tepat. Waktu itu lini tengah Bianconeri masih dikawal kuartet hebat: Zinedine Zidane, Edgar Davids, Gianluca Zambrotta, dan kapten Antonio Conte.
Tentu bukan perkara mudah untuk menggeser mereka. Tapi, setidaknya ia mendapat banyak ilmu dari para seniornya. “Saya seperti bercermin dalam dirinya,” puji Conte.
Kejelian Moggi melihat potensi pemain memang patut diacungi jempol. Brighi kemudian dianugerahi predikat sebagai pemain muda terbaik Serie A 2002 saat menjadi pemain pinjaman di Bologna.
Sayang, fakta tersebut tidak lantas membuat Interisti satu ini berkembang menjadi pemain besar. Maklum dirinya sering kalah bersaing karena kebetulan memiliki rival yang lebih berpengalaman seperti Zidane di Juve, Hidetoshi Nakata saat di Parma, atau Simone Perrotta di Roma. Itulah kenapa peran anak kedua dari empat bersaudara ini lebih terlihat kala membela tim-tim kelas dua seperti Brescia atau Chievo.
Padahal banyak yang berpendapat ia pantas bermain bersama tim besar karena memiliki pengetahuan dan pemahaman taktik yang luar biasa serta bagus dalam membaca arah permainan. Hal ini tidak mengherankan jika melihat latar belakang pendidikannya.
Pengidola Roberto Baggio ini pasti tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk bersinar kembali. Akhir pekan ini, ia memiliki sarana yang tepat untuk membuktikan kualitasnya itu dalam bentuk derby della capitale alias derby ibu kota melawan Lazio.
“Tidak diragukan lagi, laga derby itu akan sangat berarti bagi para pendukung. Karena itu, kami bertekad untuk membuat mereka senang,” kata pria berusia 27 tahun ini. (cw-5)
DATA DIRI
------------------------
Nama Lengkap: Matteo Brighi
Lahir: Rimini (Italia), 14 Februari 1981
Postur: 179 cm/78 kg
Posisi: Gelandang
Debut Serie A: 30 September 2000, Napoli vs Juventus 1-2
Orangtua: Sergio dan Fiorella
Karier Klub
1998-2000 Rimini 44/8
2000-2002 Juventus 11/0
2001-2002 Bologna (pinjaman) 32/0
2002-2004 Parma 21/1
2003-2004 Brescia (pinjaman) 29/1
2004-2007 Chievo (pinjaman) 89/9
2004-… Roma 35/1
Karier Timnas
2000-2004 Italia U-21 35/2
2002-… Italia 1/0
Piala Master
Djokovic Menebus Dosa
Pengalaman buruk tahun silam karena tak pernah menang di tiga pertandingan Piala Master penyisihan masih membekas di hati Novak Djokovic. Pemain Serbia itu tak ingin mengulanginya lagi tahun ini.
Novak Djokovic, pemain pertama ke semifinal. (Foto: AFP)
"Tahun lalu sungguh tak menyenangkan buat saya. Namun, sekarang berbeda. Saya datang sebagai juara grand slam, lebih matang serta kuat secara fisik dan mental," jelas juara Australia Terbuka 2008 itu kepada Reuters.
Djokovic memang pantas berbangga. Pemuda berusia 21 tahun itu memastikan menjadi pemain pertama yang lolos ke semifinal Piala Master, yang tengah berlangsung di Shanghai, Cina, 9-16 November ini. Dari dua pertandingan di grup emas, Djokovic selalu menang sehingga meloloskan dirinya ke empat besar. Andai ia kalah pada pertandingan terakhir grup, Kamis (13/11), melawan pemain Prancis, Jo-Wilfried Tsonga, itu tak akan menghalangi langkah Djokovic. Ia sudah menang atas Juan Martin del Potro dan Nikolay Davydenko pada penyisihan yang menggunakan format round robin itu.
"Benar-benar sebuah prestasi besar, lolos ke semifinal," tambah Djokovic tentang partisipasi keduanya ini.
Drama Grup Merah
Sementara itu, di grup merah, pemain pertama yang memastikan lolos ke semifinal adalah pendatang baru di turnamen yang hanya diikuti delapan pemain terbaik ini. Dia adalah Andy Murray asal Skotlandia. Dua kemenangan atas Andy Roddick dan Gilles Simon membuat debut Murray cukup mengesankan.
Apa yang terjadi di grup merah memang menarik. Pertandingan pertama sudah diwarnai kejutan dengan tumbangnya juara empat kali, Roger Federer, di tangan Simon, debutan asal Prancis. Padahal, Simon baru memastikan tempat di Shanghai setelah pemain nomor satu, Rafael Nadal, mundur karena cedera lutut.
Meski kalah dari Murray, Simon tetap berpeluang lolos. Lawan berikut pada Jumat adalah Radek Stepanek. Masuknya Stepanek juga menjadi bagian dari drama grup merah. Pemain Rep. Ceska ini menggantikan posisi Roddick, yang mengundurkan diri karena cedera engkel saat latihan, Selasa lalu. Uniknya Stepanek sendiri sebenarnya tak terlalu siap dipanggil ke Shanghai.
"Stepanek datang tanpa membawa raket sendiri. Ia meminjam beberapa pasang kaus kaki dari saya dan lupa membawa lensa kontaknya," jelas Murray, yang akan menghadapi pertarungan sulit melawan Federer, Jumat ini. (Rahayu Widiyarti)
Vid :
http://www.videoku.tv/action/viewvideo/2021/Bikini_oops/?ref=Belajar777
No comments:
Post a Comment