Monday, November 24, 2008

That's just the way I am."




When we hear this, someone is usually telling us, "Get off my back" or "Accept me as I am." Often it's a response to criticism. It could be about chronic lateness, thoughtlessness, broken promises, physical or verbal abuse, or infidelity. Whatever it is, we're asked to let it go.

In the end, this is a ploy to get us to lower our expectations based on the dubious idea that certain bad habits are an intrinsic part of character and therefore beyond our control. We're expected to believe it's foolish and futile to expect a person to change.

There are, of course, lots of things that are beyond our control: short stature, big bones, receding hairline. Fortunately, character is different. That's completely within our control. The poor and the rich, the slow and the smart, the plain and the pretty all have an equal opportunity to become people of character.

Sure, character can be influenced by heredity and environment, but it's determined by choice. No disposition, circumstance, or experience is so powerful that it forever fixes our character. That is never finished. It's constantly shaped and sculpted by the choices we make to nurture or ignore our more noble instincts and to surrender to or overcome negative impulses and corrupting temptations.

When it comes to what we demand of ourselves or others, we should never lower our standards. Character is a function of choice. Weaknesses and bad habits are not excuses not to get better.

This is Michael Josephson reminding you that character counts.

Michael Josephson
www.charactercounts.org

Pencapaian Hasil Inter
Main Jelek, tapi Menang

Kalau Inter musim ini sukses mendapatkan gelar, entah di Serie A atau Liga Champion, tifosi mereka barangkali akan sedikit merasa tidak puas. Interisti musim ini tidak disuguhi penampilan fantastis dari Jose Mourinho dan pasukannya.

Ini fakta. Inter di tangan Mourinho belum tampil istimewa. Dari segi permainan, sang juara bertahan Serie A ini bahkan dianggap ada di bawah Udinese dan Napoli, dua tim yang selalu bermain atraktif.

Tidak cuma satu-dua kali tifosi Inter mencemooh timnya sendiri karena tampil pas-pasan. Tidak jarang pula Mourinho berselisih dengan Interisti karena sering mendapatkan ejekan.

Dengan materi pemain yang sekarang dimiliki, plus pelatih sekaliber Mourinho, Interisti berharap bisa melihat La Beneamata yang spektakuler, I Nerazzurri yang selalu menang dengan permainan dominan dan mencetak banyak gol.

Kenyataannya jauh dari harapan. Formasi 4-3-3 yang digadang-gadang akan menjadi senjata andalan Inter musim ini belakangan justru ditinggalkan karena para pengusungnya tidak tampil optimal. Padahal Mourinho sudah mendapatkan hampir semua pemain yang diinginkannya.

Di mata Interisti, La Beneamata seharusnya tidak perlu mendapatkan banyak kesulitan ketika menghadapi tim seperti Catania, Lecce, Bologna, dan Reggina di Serie A serta Anorthosis di Liga Champion. Kenyataannya itulah yang saat ini terjadi.

Lo Spirito Inter

Permainan Inter sejauh ini masih jelek, tapi ada satu hal yang tidak bisa dibantah. Inter ala Mourinho adalah tim yang doyan menang dan sukar dikalahkan. I Nerazzurri baru kalah satu kali di Serie A dan belum pernah tumbang di Liga Champion.

Walaupun sering mengalami kesulitan dan tampil tidak istimewa, Inter tetap mampu menang. Alhasil La Beneamata yang pas-pasan ini bisa memuncaki klasemen Seri A dan fase grup Liga Champion.

Belakangan malah muncul istilah Lo Spirito Inter, yang mengadaptasi Lo Spirito Juve. Inter mirip Juventus, yang mempunyai spirit khas tidak pernah mau menyerah.

Tengok bagaimana Inter memastikan kemenangan atas Lecce, Reggina, dan Udinese berkat gol pada menit-menit terakhir. Dalam dua laga terakhir yang disebut di atas, gol penentu Inter malah hadir di injury time!

Julio Cruz muncul sebagai pemain yang sering menjadi penegas Lo Spirito Inter. Ia mencetak gol ke gawang Lecce dan Udinese serta menyelamatkan Inter dari kekalahan atas Anorthosis di Liga Champion.

Inikah modal Inter untuk menjadi yang terbaik di Serie A dan Liga Champion? Untuk Serie A, mungkin ya. Kemenangan yang jelek sekalipun akan memberikan tiga poin. Namun, di Liga Champion lain cerita. Ketidakmampuan Inter untuk menang dengan meyakinkan akan menjadi ancaman di fase knock-out nanti. (Dwi Widijatmiko)

Vid :
http://www.videoku.tv/action/viewvideo/4224/Sexy_Danders__Hardrock_Bali/?ref=Belajar777

No comments: