Monday, November 24, 2008

MENDONGKRAK NILAI JUAL




Dalam dunia kerja, saya temukan ada dua jenis pekerja krah putih (white collar). Pertama adalah para profesional yang selalu merasa tidak puas dengan posisinya saat ini, tetapi tidak memiliki bargaining power yang cukup untuk memperbaikinya. Kedua, adalah para profesional yang punya bargaining power tinggi dan dapat menikmati berbagai kemudahan maupun fasilitas lebih.

Profesional jenis pertama memang kurang beruntung nasibnya. Posisi mereka kurang bagus, gaji di bawah standar, mentok karirnya, perusahaannya kurang maju, dan mereka mengalami demotivasi. Dalam situasi seperti ini, biasanya salah satu kesibukan mereka adalah mengamati iklan lowongan kerja dan mengirimkan banyak surat lamaran, dengan harapan akan mendapat peluang baru. Posisi tawar profesional seperti ini memang selalu lemah.

Profesional jenis kedua, sebaliknya, adalah profesional unggul yang punya “argo” tinggi. Maksud saya, mereka punya posisi bagus, “disayang” perusahaan, gaji standar tinggi, dan tunjangan berlimpah. Lebih enaknya lagi, mereka selalu diburu oleh para head hunter. Setiap kali ada tawaran untuk pindah perusahaan, mereka pasti mendapat tawaran posisi, gaji, tunjangan, fasilitas, dan tantangan yang lebih besar. Bagi mereka, hidup selalu dihampiri oleh beragam pilihan baru yang menarik dan penuh tantangan.

Bekerja bersama para profesional unggul adalah sebuah kenikmatan yang luar biasa. Benar! Passion mereka, hasrat mereka, dan tenaga mereka, serasa tidak pernah habis. Namun, apakah profesional unggul dan berharga tinggi seperti itu banyak jumlahnya? Tampaknya tidak banyak. Itu sebabnya nilai jual mereka tinggi dan selalu saja jadi rebutan di mana-mana. Karena jadi rebutan, harganya pun lumayan tinggi dan terus meninggi. Hukum supply and demand berlaku di sini.

Nah, sebenarnya apa ciri-ciri profesional yang unggul dan bernilai jual tinggi itu? Dari pengamatan dan pengalaman saya sebagai motivator maupun pengusaha, saya temukan beberapa ciri profesional unggul berikut ini:

Punya kepercayaan yang tinggi pada kemampuan diri. Profesional yang berharga tinggi memang punya kemampuan-kemampuan dasar (teknis maupun manajerial) yang lengkap dan unggul dibanding profesional rata-rata. Selain hal dasar itu, mereka juga sangat percaya diri dengan kemampuannya tersebut. Alhasil, orang dapat melihat adanya “aura” keyakinan yang kuat bahwa mereka akan selalu berhasil menaklukkan setiap tantangan.

Punya visi sukses. Sebenarnya banyak profesional yang punya skill tinggi, tapi mereka tidak selalu punya visi yang jelas mengenai keberhasilan- keberhasilan yang dapat mereka raih. Itulah bedanya. Profesional yang paling sukses selalu menawarkan visi kemajuan kepada perusahaan yang mereka pimpin atau yang mempekerjakan mereka.

Track record bagus. Ini tidak terbantahkan. Hanya profesional yang punya portofolio dan kinerja sempurna yang punya posisi bagus. Track record menjadi modal utama dalam setiap proses tawar menawar. Mereka yang punya track record bagus, pasti nilai jualnya tinggi.

Punya karakter. Profesional yang unggul bukanlah orang-orang yang lemah karakternya. Profesional unggul selalu punya karakter kuat sehingga mereka dapat menangani banyak persoalan dengan efektif dan efisien. Karena keunggulan karakter itu, mereka merupakan para leader di bidangnya masing-masing. Mereka sadar dengan kekuatan karakternya itu, dan benar-benar tahu bagaimana menjual atau memanfaatkannya.

Memberi lebih. Inilah salah satu ciri khas profesional yang unggul, yaitu sanggup memberikan sesuatu yang lebih kepada perusahaan. Memberikan apa yang dituntut perusahaan adalah hal biasa bagi mereka. Tapi memberi di atas target perusahaan, itulah tantangan yang selalu ingin mereka pecahkan.

Pertanyaannya kemudian, adakah profesional unggul yang kurang beruntung? Ada! Bisa jadi kualitas-kualitas teknis dan manajerial yang dimiliki memang unggul, tetapi kesempatan agak jarang menghampiri. Mengapa demikian? Mungkin karena sebab-sebab kepribadian atau motivasional. Soal kepribadian, semisal yang bersangkutan cenderung menutup diri, tidak punya networking, kurang berani ngomong atau menjual diri, atau berjiwa konservatif (kurang suka tantangan dan hal-hal baru). Sementara hambatan motivasional bisa berupa lemahnya need for achievment dan tidak adanya visi kesuksesan dalam diri yang bersangkutan.

Bagaimana dengan profesional yang punya skill bagus tetapi kurang beruntung dan ingin mendongkrak harga jualnya? Ada beberapa kiat dari saya. Yang pasti dan sangat mendasar, ciri-ciri profesional unggul seperti saya paparkan di atas harus dibangun. Susah memang, tetapi itu harus. Itu harga mati. PR selanjutnya, adalah:

1. Menempa kemampuan diri dengan belajar terus-menerus. Ini sudah menjadi slogan para profesional dewasa ini. Tetapi seberapa banyak profesional yang benar-benar melakukannya? Belajar dan terus belajar, itulah rahasia keberhasilan orang sukses. Belajar dari siapa saja yang punya pengalaman dan kemampuan lebih dibanding diri kita.

2. Terus menjalin networking, ini juga harga mati. Tanpa networking yang berkualitas, karir bisa mandeg. Mengapa? Karena dari networking-lah banyak kesempatan dan peluang datang. Dari networking pula kita bisa menciptakan sendiri kesempatan-kesempat an kita.

3. Up date terus informasi. Jangan mau tertinggal oleh informasi-informasi terbaru. Bill Gates bilang; business @ the speed of thought. Jadi, terus up date informasi melalui internet, jurnal, koran, majalah, buku-buku, dan seminar-seminar.

4. Berani jual diri. Siapa pun boleh ngomong dirinya adalah yang terbaik di bidang tertentu. Tetapi jika orang lain tidak tahu, siapa yang akan menggunakan jasa atau keahliannya itu? Jadi, beranilah berbicara mengenai kemampuan dan keahlian diri sendiri. Ini eranya personal branding. Yang tidak berani menjual diri ya tidak laku.

Sesungguhnya, bagi orang-orang yang punya kualitas unggul, kesempatan bagus akan selalu datang kepadanya. Entah itu kapan, ada yang cepat ada pula yang lambat. Jika ingin mempercepat, cobalah mengikuti apa yang saya sampaikan di atas. Semoga berhasil. Salam sukses luar biasa!

* Andrie Wongso adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku best seller: 15 Wisdom & Success dan 16 Wisdom & Success.

--------


"PENEMUAN KEMBALI REVOLUSI KITA (THE REDISCOVERY OF OUR REVOLUTION)" - Hal. 383 - 390

Saudara-saudara! Dengan programnja jang tampaknja sadja amat sederhana, tetapi dengan realiteit bahwa ia sebenarnja menghadapi pekerdjaan-raksasa dan perdjoangan- raksasa jang multi-kompleks sebagai saja uraikan tadi, maka Kabinet Kerdja merasa dirinja tá mampu akan mentjapai hasil apa-apa, tanpa bantuan dari Rakjat. Oleh karena itu, maka Kabinet Kerdja merasa dirinja beruntung, bahwa Undang-Undang- Dasar '45 menentukan, bahwa Republik Indonesia harus mempunjai Dewan Pertimbangan Agung, jang "berkewadjiban memberi djawab atas pertanyaan Presiden, dan berhak memadjukan usul kepada Pemerintah". Oleh karena itu pula, maka Presiden telah membentuk Dewan Pertimbangan Agung Sementara, dan malahan telah melantiknja pula pada hari kemarin dulu. Presiden telah membentuk Dewan Pertimbangan Agung Sementara ini atas prinsip perlu-mutlaknja bantuan Rakjat buat segala urusan ke-Negaraan dan ke-Masjarakatan, dan atas sifat- hakekat kepribadian bangsa Indonesia jang berinti gotong-rojong.
Bantuan Rakjat dan gotong-rojong ini sedjauh-mungkin ditjorkan oleh Presiden dalam susunan keanggotaan Dewan Pertimbangan Agung Sementara itu: segala aliran-faham, segala golongan, segala tjorak berfikir jang progressif, dalam rangka Undang-Undang- Dasar '45, dimasukkan dalam Dewan Pertimbangan Agung Sementara itu. Demikian pula dalam Dewan Perantjang Nasional jang djuga sudah dilantik kemarin dulu, demikian pula insja Allah dalam Madjelis Permusjarwaratan Rakjat Sementara nanti, demikian pula Insja Allah dalam Front Nasional jang perlu pula dibangunkan.

Ini adalah untuk mendjamin bantuan Rakjat sepenuhnja, dan ini adalah sesuai dengan kepribadian Bangsa Indonesia, kataku tadi. Empat belas tahun jang lalu lebih, dizaman Djepang, jaitu sebelum Proklamasi, dalam pidato "lahirnja Pantja Sila" sudah saja tandaskan, bahwa kepribadian Bangsa Indonesia ialah gotong-rojong. Pantja Sila adalah pendjelmaan kepribadian Bangsa Indonesia itu, dan djika Pantja Sila itu "diperas", mendjadilah ia Tri Sila Ketuhanan-Sosionasi onalisme- Sosiodemokrasi, dan djika Tri Sila ini "diperas" lagi, mendjadilah ia eka-sila, jaitu Gotong-Rojong. Gotong-Rojong jang tidak statis seperti "kekeluargaan" sadja, tetapi Gotong-Rojong jang dinamis, Gotong-Rojong jang berkarya hatjan-tjut- taliwanda, Gotong-Rojong "Ho-lopis-Kuntul- Baris".

Ja, idee ke-Gotong-Rojongan ini dipegang teguh dalam pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara dan Dewan Perantjang Nasional, dan akan dipegang teguh pula dalam pembentukan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara nanti. Madjelis Permusjawaratan Rakjat sebagai saudara-saudara ketahui adalah amat-amat penting sekali, oleh karena ia menurut Undang-Undang- Dasar '45 " menetapkan garis-garis besar daripada haluan Negara". Ia adalah menurut fasal 1 ajat 2 Undang-Undang- Dasar '45 pendjelmaan Kedaulatan Rakjat pengedja-wantahan daripada Kedaulatan Rakjat, oleh karena itu fasal 1 ajat 2 itu berbunji: "Kedaulatan adalah ditangan Rakjat, dan dilakukan sepenuhnja oleh Madjelis Permusjawaratan Rakjat".

Ia terdiri dari anggota-anggota D.P.R. ditambah dengan utusan-utusan dari daerah dan golongan. Buat Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara, maka anggota-anggota D.P.R.nja adalah D.P.R. jang sekarang, dan anggota-anggota- daerah dan anggota-anggota- golongannja harus diangkat oleh Presiden. Maka djelas dan teranglah bahwa Presiden dalam pengangkatannja itu harus merealisasikan pengumpulan seluruh tenaga-tenaga- daerah dan seluruh tenaga-tenaga- golongan jang representatif. Ini adalah sesuai dengan prinsip ke-Gotong-Rojongan, dan saja Insja Allah akan pegang teguh prinsip ke-Gotong-Rojongan itu. Sudah barang tentu ke-Gotong-Rojongan dalam melandjutkan dan mejelesaikan Revolusi! Orang-orang jang reaksioner, orang-orang jang kontra-revolusioner , tidak saja angkat djadi anggota Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara itu!

Idee Front Nasional sebenarnja djugalah keluar daripada prinsip Gotong-Rojong "Ho-lopis-kuntul- baris"itu. Seluruh tenaga Rakjat harus digalang dan didjadikan satu gelombang-tenaga jang maha-sjakti, menudju kepada terbangunnja satu masjarakat jang adil dan makmur, - menudju kepada penjelesaian Revolusi. Dan penggalangan itulah tugasnja Front Nasional. Mendjadi, Front Nasional itu adalah satu hal jang prinsipil-fundament il: sebab pembangunan semesta tá mungkin berhasil tanpa mobilisasi tenaga semesta pula, Revolusi tá mungkin berdjalan penuh kearah tudjuannja tanpa ikut-ber-Revolusi seluruh Rakjat. Front Nasional nanti diadakan untuk menggalang seluruh tenaga daripada seluruh Rakjat. Ia harus menggalang seluruh ke-Gotong-Rojongan Rakjat. Front Nasional itulah dus jang harus menggalang semangat dan tenaga latent dikalangan Rakjat, didjadikan satu gelombang "ke-ho-lopis- kuntul-barisan" untuk menjelesaikan Revolusi.

Olehkarena itulah maka terkandung dalam niat Pemerintah untuk membangunkan Front Nasional itu selekas mungkin, sebagaimana dalam pidato saja dihadapan Konstituante 22 April jang lalu saja telah katakan, bahwa "Pembentukan Front Nasional baru terutama dimaksudkan untuk mengadakan alat penggerak masjarakat setjara demokratis, jang diperlukan pertama-tama dibidang pembangunan" .

Saudara-saudara! Kemarin dulu sajapun telah melantik Bapekan: "Badan Pengawas Kegiatan Aparatur Negara". Tugasnja djelas: "mengawasi Kegiatan Aparatur negara". Sebagai saja katakan tadi, kita mendjalankan dan akan mendjalankan retooling disegala bidang, dan sudah barang tentu terutama sekali retooling disegala aparatur Negara, baik vertikal maupun horizontal. Dan aparatur Negara jang diretooled ini harus diawasi dalam pekerdjaannja, harus dikontrol, diteliti, diamat-amati, agar supaja terdjamin effisiensi kerdja maximal. Tidak boleh lagi sesuatu aparatur Negara tá lantjar karena memang salah organisasinja, dan tidak boleh lagi orang bekerdja pada aparatur Negara dengan setjara lenggang-kangkung, malas-malasan, ngantuk, atau mementingkan kepentingan sendiri dengan djalan korupsi-waktu atau korupsi-uang. Dalam Revolusi tidak ada tempat bagi orang-orang jang demikian itu!

Telah saja lantik pula Dewan Perantjang Nasional, dengan anggautanja jang berasal dari seluruh tanah-air Indonesia antara Sabang dan Marauke, untuk merantjangkan pola masjarakat jang adil dan makmur. Garis-garis besar daripada pembuatan pola itu Insja Allah akan saja utjapkan dalam amanat pada pembukaan sidangnja jang pertama. Pokok daripada segala pokok daripda tugas Dewan Perantjang Nasional ialah, bahwa ia harus membuat blueprint daripada suatu masjarakat Indonesia jang berkeadilan sosial, suatu masjarakat Indonesia sebagai jang dimaksudkan oleh mukaddimah Undang-Undang- Dasar, dan fasal 33 Undang-Undang- Dasar, - suatu masjarakat Indonesia jang betul-betul adil dan makmur, betul-betul makmur dan adil pula. Tidak Dewan Perantjang Nasional disuruh membuat pola masjarakat Indonesia jang makmur tetapi tidak adil; tidak Dewan Perantjang Nasional harus membuat blueprint jang adil tetapi tidak makmur. "Tata-tentrem- kerta-rahardja, gemah-ripah loh-djinawi, subur kang sarwa
tinandur, murah kang sarwa tinuku", itulah harus djelas tampak nanti dalam pola Dewan Perantjang Nasional itu!

Dan djikalau nanti pola Dewan Perantjang Nasional itu sudah diterima oleh Madjelis Musjawaratan Rakjat, maka djadilah ia pola Nasional, jang harus kita laksanakan dengan meng "ho-lopis-kuntul- baris" kan seluruh tenaga Rakjat, seluruh sarana-sarana Bangsa jang telah retooled, seluruh semangat dan daja-kerdja jang berada diantara Sabang dan Marauke. "Lir gabah dén interi" kita semua harus melaksanakan pola Dewan Perantjang Nasional itu. Mendakilah kita sesudah mengalami Purgatorio kini, kepuntjaknja Gunung Paradiso jang telah sekian lamanja melambai-lambai.

Saudara-saudara! Saja telah mendekati achirnja pidato saja ini, Sekarang dengarkanlah dengan dengan seksama apa jang saja katakan ini:

Kita sekarang sudah kembali lagi kepangkuan Undang-Undang- Dasar 1945. Perlu saja tegaskan disini, bahwa Undang-Undang- Dasar 1945 dalam Revolusi kita ini tidak pernah gugur tidak pernah tewas, sehingga berlakunja kembali Undang-Undang- Dasar 1945 itu hanjalah satu pernjataan resmi sadja jang bernama "Dekrit Presiden". Undang-Undang- Dasar 1945 tidak pernah mati, melainkan hanja terpaksa berbaring diam diatas ombang-ambingnja gelombang Renvile, gelombang Linggardjati, gelombang K.M.B., gelombang Konstitusi Republik Indonesia Serikat dan konstitusi 1950, gelombang Uni Indonesia-Belanda, - jang semuanja telah hilang amblas berkat semangat kepatriotan bangsa Indonesia dan tenaga perdjoangan Rakjat Indonesia. Demikian pula maka demokrasi-liberal jang dilahirkan sebagai buih daripada gelombang-gelombang kompromis jang djahat itu, dan jang membendung dan mengatjau Revolusi Indonesia itu, kini telah ditiup-lenjap oleh semangat kepatriotan dan tenaga perdjoangan Rakjat Indonesia itu,
dan mulailah kini dikibarkan bendera Demokrasi Terpimpin, milik-asli daripada Bangsa Indonesia.

Saja mengutjap sjukur kepada Tuhanku, Tuhan seru sekalian alam, bahwa djalannja Revolusi Indonesia demikianlah. Meski tersesat sedjurus waktu, achirnja toh telah kembali lagi kepada rel jang asli. Telah beberapa kali dalam hidup saja ini saja mengguriskan rintisan sebagai sumbangan kepada perdjoangan Rakjat Indonesia, - dizaman kolonial sebelum Perang Dunia jang ke II, di peganggsaan Timur, di Bangka, di Jogdja, di Djakarta. Kini datanglah saátnja saja memberi kerangka jang tegas kepada semua rintisan-rintisan jang telah saja guriskan itu. Adalah tiga seginja kerangka bagi rintisan-rintisan itu, jang selalu sadja kembali dalam renungan saja, tiap kali saja memandang wadjah Rakjat-Djelata Indonesia, tiap kali saja melihat ketjantikan alam tanah airku, tiap kali saja mengadakan perdjalanan mengedari bumi, tiap kali saja menengadahkan muka diwaktu malam dan melihat bintang-bintang abadi berkumelip diangkasa-raja.

Apakah tiga segi kerangka itu?

Kesatu: Pembentukan satu Negara Republik Indonesia jang berbentuk Negara Kesatuan dan Negara Kebangsaan jang demokratis, dengan wilajah kekuasaan dari Sabang sampai Marauke.

Kedua: Pembentukan satu masjarakat jang adil dan makmur materiil dan spirituil dalam wadah Negara Kesatuan republik Indonesia itu.

Ketiga: Pembentukan satu persahabatan jang baik antara Republik Indonesia dan semua negara didunia, terutama sekali dengan negara-negara Asia-Afrika, atas dasar hormat-menghormati satu sama lain, dan atas dasar bekerdja-bersama membentuk satu Dunia baru jang bersih dari imperialisme dan kolonialisme, menudju kepada Perdamaian Dunia jang sempurna.

Sebutkanlah saja ini seorang pengalamun atau seorang pemimpi, seorang idealis atau seorang "Schwärmer". tetapi tiga segi kerangka tadi itu sekarang telah terdjadi tantangan jang njata bagi kita semua, telah mendjadi challenge jang riil, jang tá dapat kita hindari lagi. Challenge, kalau benar kita ingin bahagia; Challenge pula, oleh karena kita, mau-tidak-mau, dibawa-ditarik- dihela oleh pergolakan-pergolak an jang sekarang sedang bergelora diseluruh muka bumi, dekat dari sini dan djauh dari sini.

Ada dua matjam revolusi hebat sekarang sedang bergolak dimuka bumi ini. Pertama revolusi politis-sosial- ekonomis jang menghikmati tiga-perempat dari seluruh ummat-manusia, kedua revolusi teknik-peperangan berhubungan dengan persendjataan thermo-nuclear.

Kedua-dua revolusi ini mendjadi tantangan dan tanggungan seluruh ummat-manusia, termasuk ummat Indonesia, - mendjadi challenge jang seram, satu todongan jang menanjakan hidup atau mati. Kita tá dapat meloloskan diri kita dari todongan ini, dan ummat-manusiapun tá dapat meloloskan dirinja dari todongan atau challenge ini. Mau-tidak-mau kita harus ikut-serta, mau-tidak-mau kita harus ikut bertempur! Dan djika ummat-manusia tá bisa menjelesaikan todongannja challenge ini, maka ini berarti hantjur-binasanja ummat-manusia sendiri.

Ja, mau-tidak-mau kita harus ikut-serta! Dan ikut-serta massal! Dalam abad ke XX ini, dengan iapunja teknik-perhubungan jang tinggi, tiap revolusi adalah revolusi Rakjat, revolusi Massa, bukan sebagai diabad-abad jang lalu, jang revolusi-revolusinj a, adalah sering sekali revolusinja segundukan manusia-atasan sadja, - "the revolution of the ruling few". Dalam Risalah "Mentjari Indonesia Merdeka" hampir tigapuluh tahun jang lalu saja sudah berkata: "Tidak ada satu perobahan besar didalam riwajat-dunia jang achir-achir ini, jang lahirnja tidak karena massa-aktie. Massa-aktie adalah senantiasa mendjadi penghantar pada saát masjarakat-tua melangkah kedalam masjarakat jang baru. Massa-aktie adalah senantiasa mendjadi paradji (bidan) pada saát masjarakat-tua jang hamil itu melahirkan masjarakat jang baru.

Dan revolusi dalam abad ke XX itu menjangkut dengan sekaligus setjara berbareng hampir segala bidang daripaa penghidupan dan kehidupan manusia. Ia menjangkut bidang politik, dan berbarengan dengan itu djuga menjangkut bidang sosial, dan berbarengan dengan itu djuga menjangkut bidang kebudajaan, dan berbarengan dengan itu djuga menjangkut bidang kemiliteran, dan demikian seterusnja. Tidak seperti diabad-abad jang lampau, dimana revolusi-revolusi adalah seringkali revolusi tok, atau revolusi ekonomi tok atau revolusi sosial tok, atau revolusi militer tok, dan karenanja djuga dapat dilaksanakan setjara bidang-bidang itu tok.

Tetapi revolusi zaman sekarang? Revolusi zaman sekarang adalah revolusi jang multi-kompleks. Ia adalah revolusi jang simultan. Ia adalah revolusi jang sekaligus "memborong" beberapa persoalan. Misalnja Revolusi kita. Revolusi kita ini ja revolusi politik, ja revolusi ekonomi, ja revolusi sosial, ja revolusi kebudajaan, ja revolusi disegala matjam. Sampai-sampai ia djuga revolusi isi-manusia! Pernah saja memmindjam perkataan seorang sardjana asing, jang mengatakan bahwa Revolusi Indonesia sekarang ini adalah "a summing-up of many revolution in one generation", - atau "the revolution of many generation in one".

Revolusi jang demikian ini tá dapat diselesaikan cara-cara jang konvensionil. Tá dapat ia diselesaikan dengan tjara-tjara jang keluar gudang-apeknja liberalisme. Tá dapat ia diselesaikan dengan tjara-tjara jang tertulis dalam text-booknja kaum sadjana dari zaman baheula. Malah tjara-tjara jang demikian itu ternjata makin mengkotjar-katjirka n dan membentjanai revolusi. Bukan sadja di Indonesia orang berpengalaman begitu, tetapi djuga pemimpin-pemimpin dinegara-negara lain mulai sedar akan hal itu. Demokrasi Barat dibeberapa negara Asia sekarang sudah dinjatakan mengalami kegagalan. Indonesia hendak menjelesaikan revolusinja jang multikompleks itu dengan sistimnja Demokrasi Terpimpin, demokrasi Indonesia sendiri. Segala penyeléwéngan, segala langkah-salah, segala salah-wissel dari masa sesudah 1950, kita koreksi dengan Dekrit Presiden/Panglima Tertinggi 5 Djuli 1959, jang memungkinkan djuga Demokrasi Terpimpin berdjalan.

Terutama kepada pemimpin-pemimpin Bangsa kita, saja tandaskan disini, bahwa Revolusi kita ini tidak hanja meminta sumbangan-keringat sadja jang sebesar-besarnja, atau disiplin jang sekokoh-kokohnja, atau pengorbanan jang seichlas-ichlasnja, - jang oleh kita pemimpin-pemimpin selalu kita gembar-gemborkan kepada Rakjat! - , tetapi djuga tidak kurang penting ialah kebutuhan untuk mentjiptakan atau melahirkan fikiran-fikiran- baru dan konsepsi-konsepsi- baru, djustru oleh karena Revolusi kita sekarang ini tá dapat diselesaikan dengan mempergunakan textbook-textbook jang telah usang.

Revolusi kita adalah antara lain menentang imperialisme dalam segala bentuk dan manifestasinja. Imperialisme apapun dan imperialisme manapun, kita kritik, kita tentang, kita gasak, kita hantam. Meskipun demikian, revolusi kita tidak ditudjukan untuk memusuhi sesuatu bangsa jang manapun djuga. Kita mengulurkan tangan-persahabatan kepada semua bangsa didunia ini, untuk memperkokoh kesedjahteraan- dunia, dan memperkokoh perdamaian dunia.

Teristimewa kepada 2.500.000.000 ummat-manusia jang berrevolusi sekarang ini, tigaperempat lebih dari seluruh penduduk bumi, kita serukan adjakan untuk saling membantu, saling memberi inspirasi, saling kasih-mengasih dalam menggali konsepsi-konsepsi baru jang dibutuhkan oleh Revolusi-semesta sebagai jang saja terangkan dimuka tadi !

Malah untuk menanggulangi revolusi teknik-peperangan jang sekarang ini sedang menghantu dipadang persendjataan dan menghintai-hintai laksana sjaitan-kebinasaan ditjakrawala, bantu-membantu antara 2.500.000.000 ummat-manusia itu adalah perlu sekali, bahkan -- dasar-dasar daripada ko-eksistensi jang aktif an kerdjasama jang erat antara seluruh ummat-manusia jang 3.000.000.000 harus ditanam, terlepas daripada perbedaan-perbedaan didalam lapangan sistim-sosial dan sistim-politik. Atas dasar ini maka segala pertjobaan, segala pembikinan, segala pemakaian sendjata thermo-nuclear harus distop selekas-lekasnja dan dilarang sekeras-kerasnja.

Ja, kapankah ummat-manusia ini dapat hidup tenteram-sedjahtera bersahabat satu sama lain sebagai sama-sama anaknja Adam? Kapankah ummat Indonesia dapat hidup dalam tripokoknja kerangka, jang saban-saban terbajang diangan-angan saja, tiap-tiap kali saja memandang kepada bintang dilangit, - Negara Kesatuan, masjarakat adil dan makmur, persahabatan dengan seluruh bangsa?

Alangkah banjaknja kesulitan jang masih kita hadapi! Tetapi pengalaman jang sudah-sudah membuktikan, bahwa kita selalu "survive", bahwa dus kita selalu dapat mengatasi kesulitan-kesulitan jang maha besar! Ja, asal kita tetap bersatu, asal kita tetap berdjiwa segar, asal kita tetap mendjaga djangan sampai perdjoangan kita ini dihinggapi oleh penjakit-penjakit jang sesat, asal kita tetap berdjalan diatas relnja Proklamasi, - Insja Allah subhanahu wata ála, kitapun akan atasi segala kesulitan jang akan menghadang, kitapun akan ganjang kesulitan jang akan menghalang!

Dengan tenang dan keteguhan hati kita harus onderkennen kesulitan-kesulitan jang menghadang itu dalam segala kewadjarannja sendiri-sendiri. Ada kesulitan jang memang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan kita dimasa jang lampau, oleh penjeéwéngan-penjelé wéngan, oleh ketololan-ketolan kita sendiri. Ada kesulitan jang disebabkan oleh tidak tjukupnja modal mental-teknis- materiil dalam menghadapi persoalan-persoalan Revolusi. Dan ada kesulitan jang disebabkan oleh naiknja tingkat penghidupan, jang telah kita tjapai.

Kesulitan golongan jang pertama harus kita atasi dengan koreksi segala kesalahan-kesalahan dizaman jang lampau. Kesulitan golongan kedua harus kita atasi dengan memperhebat usaha pemupukan modal mental-teknis- materiil. Kesulitan golongan ketiga harus kita atasi dengan ... mentjapai kemadjuan jang lebih madju lagi! Ja, kemadjuan dalam penghidupan masjarakatpun membawa kesulitan! Sedjuta anak bersekolah mendjadi 9 djuta anak bersekolah, itu mendatangkan persoalan dan kesulitan. Rakjat dulu memakai lampu tjempor, sekarang memakai lampu tempel, malahan kadang-kadang memakai lampu stormking, itupun mendatangkan persoalan dan kesulitan. Rakjat dulu berdjalan kaki, sekarang naik sepeda dan opelet, itupun mendatangkan persoalan dan kesulitan. Rakjat dulu 70 djuta jang naik kereta-api setiap tahun, sekarang 160 djuta naik kereta-api setiap tahun, itupun mendatangkan persoalan dan kesulitan!

Tetapi sebagai saja katakan tadi, dengan djiwa-besar marilah kita ganjang semua persoalan-persoalan dan kesulitan-kesulitan itu. Kita bukan bangsa jang témpé, kita adalah Bangsa Jang Besar, dengan ambisinja Jang Besar, Tjita-tjita jang Besar, Daja-Kreatif jang Besar, Keuletan jang Besar. Kita sekarang dengan kembali kepada Undang-Undang- dasar '45 sudah menemukan-kembali Djiwa Revolusi, sudah mentjapai suatu momentum mental, jang memungkinkan kita bergerak madju terus dengan tjepat untuk mentjapai suatu momentum pula dibidang pembangunan semesta untuk merealisasikan tjita-tjita sosial-ekonomis daripada Revolusi. Hantjur leburlah segala rintangan dan kesulitan oleh geloranja momentum mental itu!

Sebab oleh tertjapainja momentum mental dengan kembali kita kepada Undang-Undang- Dasar Proklamasi dan Djiwa Proklamasi itu, maka menghebatlah Semangat Nasional mendjadi Kemauan Nasional jang maha-sjakti, dan menghebat lagilah Kemauan Nasional itu melahirkan Perbuatan-Perbuatan Nasional jang membangun, dan menghantjur- leburkan segala rintangan dan segala kesulitan jang menghalangi djalan. Trilogi jang saja dengungkan tigapuluh tahun jang lalu, trilogi nationale geest menghebat mendjadi nationale wil, nasionale wil menghebat mendjadi nationale daad, trilogi itu kini mendjelma mendjadi kenjataan, oleh tertjapainja momentum mental sedjak keluarnja Dekrit Presiden 5 Djuli 1959.

"Sekali lagi saja katakan", demikian penutupan pidato saja dimuka Sidang Konstituante 22 April jang lalu, "-- dan ini saja katakan untuk zelf-educatie kita sendiri --, kesulitan-kesulitan kita tidak akan lenjap dalam tempo sati malam. Kesulitan-kesulitan kita hanja akan dapat kita atasi dengan keuletan seperti keuletannja orang jang mendaki gunung. Tetapi: Berbahagialah suatu bangsa, jang berani menghadapi kenjataan demikian itu! Berani menerima bahwa kesulitan-kesulitan nja tidak akan lenjap dalam tempo satumalam, dan berani pula menjingkilkan lengan-badjunja untuk memetjahkan kesulitan-kesulitan itu dengan segenap tenaganja sendiri dan segenap ketjerdasannja sendiri. Sebab bangsa jang demikian itu, -- bangsa jang berani menghadapi kesulitan-kesulitan dan mampu memetjahkan kesulitan-kesulitan --, bangsa jang demikian itu akan mendjadi bangsa jang gembléngan. Bangsa jang Besar, bangsa jang Hanjakrawarti- hambabaudenda. Bangsa jang demikian itulah hendaknja Bangsa Indonesia!
"

Ja, Bangsa jang demikian itulah hendaknja Bangsa Indonesia!

Maka gelorakanlah Semangat Nasionalmu! Gelorakanlah rangsang Kemauan Nasionalmu! Gelorakanlah rangsang Perbuatan-Perbuatan Nasionalmu! Dan, engkau, hai Bangsa Indonesia, betul-betul nanti mendjadi satu Bangsa jang Gembléngan!

_________
"Hold yourself responsible for a higher standard than anybody else expects of you."

Henry Ward Beecher
1813-1887, Preacher and Writer

Pertahanan Inter
Terus Mencari Formasi Terbaik

Pertahanan menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi Inter pada awal kepemimpinan Jose Mourinho. Dalam hal ini, The Special One sebetulnya tidak bisa disalahkan karena ia sempat menghadapi krisis bek.

Difensori Inter bergantian mengalami cedera. Pada awal musim, Mourinho bahkan sempat memaksakan Esteban Cambiasso menjadi bek tengah! Tidak heran lini pertahanan La Beneamata sering membuat blunder.

Ketika kalah 0-1 dalam derby menghadapi Milan, tidak ada bek Inter yang mengawal Ronaldinho. Saat menang 2-1 atas Bologna, I Nerazzurri kebobolan karena Javier Zanetti, yang ketika itu dipaksakan menjadi bek kiri, melakukan kesalahan konyol. Itu hanya dua contoh kesalahan yang dilakukan pertahanan Inter.

Karena banyaknya bek yang bergantian naik meja perawatan, Mourinho secara luar biasa tidak memiliki komposisi difesa yang pasti. Di Serie A, ia selalu menurunkan empat bek starter yang berbeda dari satu pertandingan ke pertandingan lainnya.

Praktis hanya Douglas Maicon yang menjadi penghuni tetap di posisi bek kanan. Di posisi lain, Mourinho masih belum menemukan kombinasi terbaik. Di tengah, Nicolas Burdisso, Nelson Rivas, Marco Materazzi, dan Cristian Chivu sudah dicoba. Di kiri, Chivu, Maxwell, serta Zanetti sudah pernah dipakai.

Titik terang mulai muncul setelah dua bek tengah, Ivan Cordoba dan Walter Samuel, pulih dari cedera. Dalam dua partai terakhir di Serie A, Mourinho bisa menurunkan komposisi bek yang sama. Ini kejadian pertama pada musim 2008/09.

Empat bek yang dipilih Mourinho adalah Maicon, Cordoba, Samuel, dan Maxwell. Bersama mereka, Inter bisa mengalahkan dua tim kuat, Udinese dan Palermo, sekaligus tidak menderita gol. Boleh jadi The Special One sudah menemukan komposisi bek ideal yang selama ini dicarinya.

Sayangnya di partai vital menghadapi Juventus, Sabtu (22/11), sekali lagi Mourinho harus merombak pertahanannya. Cordoba tidak bisa tampil karena terjerat skorsing. Lagi-lagi Inter harus bermain dengan difesa yang tidak tetap. (wid)

Vid :
http://www.videoku.tv/action/viewvideo/5540/haruka_kanata___asian_kungfu_generation/?ref=Belajar777

No comments: