Tuesday, April 29, 2008

Gates Sebagai Tamu Undangan Bukan Berkunjung Resmi Kenegaraan !!!




Siapa bilang bahwa Amerika mau menjual senjata dan pesawat tempurnya
kepada Indonesia ??? Itu cuma media dalam negeri saja yang sengaja
menaikkan harga dirinya se-olah2 dianggap penting dimata Amerika !!!

Media dalam negeri rajin memutar balik kenyataan tentang kunjungan
Menteri Pertahanan AS, Robert Gates, yang dikatakannya berkunjung
untuk mengikat tali kerja sama karena melihat pentingnya posisi Indonesia.

Padahal Menteri Pertahanan AS, Robert Gates ini sama sekali bukan
berkunjung melainkan diundang sebagai tamu kehormatan negara. Jadi
karena diundang, maka setibanya disini wajar kalo dia mengucapkan kata
ber-basa basi untuk menyenangkan yang mengundangnya. Itulah sebabnya,
sebelum memenuhi undangan ini dia sudah lebih dulu mempelajari tujuan
dan kemauan RI mengundang dirinya. Dia tahu kalo RI berharap bisa
membeli senjata2 dari Amerika. Untuk memberi harapannya itulah sang
tamu ber-basa basi menyatakan ingin menjual senjata kepada Indonesia.
Padahal mana mungkin sang Menteri pertahanan ini bisa menjual senjata
atas keputusan ataupun pertimbangan pribadinya karena system di
Amerika ini sangatlah ketat, penjualan senjata harus dapatkan
persetujuan dari senat.

Masalah ber-basa basi mau menjual senjata seperti sekarang ini
bukanlah hal yang baru, sudah beberapa kali Amerika katanya menawarkan
senjata, bahkan waktu presiden Bush berkunjung kemari pun janji2 itu
berlimpah ruah, namun kenyataannya tidak ada satupun senjata yang bisa
dibeli Indonesia.

Jadi tak perlu buang waktu mendiskusikan perlu tidaknya membeli
senjata dari Amerika karena memang tidak akan bisa terlaksana, apalagi
dalam setiap penjualan senjata, pihak Amerika selalu akan
berkonsultasi dulu dengan tetangga2 Indonesia yang justru merupakan
sahabat yang lebih erat dengan Amerika. Apalagi, Indonesia sudah
lebih terkenal dari Pakistant sebagai sarang terrorist yang tidak
mampu ditindak oleh pemerintah. Senat Amerika sudah memutuskan bahwa
semua negara2 yang menonjol dalam pelanggaran HAM tidak boleh
dipersenjatai malah harus dilucuti.

Pemerintah RI ini terlalu sombong bacotnya, se-olah2 bisa mengancam
Amerika yang apabila tak mau menjual F16-nya maka pemerintah se-akan2
mau membeli Sukhoi. Tentu saja kesombongan ini bukan untuk dipamerkan
kepada pemerintah Amerika melainkan se-mata2 untuk menyombongkannya
kepada rakyatnya sendiri. Amerika dan Russia itu sudah punya kerja
sama tersendiri disegala bidang, jadi enggak mungkinlah untuk bisa
dipancing bersaing dalam merebut simpati Indonesia. Yang jelas
Indonesia bukanlah negara yang mendapat simpati dunia melainkan lebih
banyak yang mengutuknya. Bahkan tetangga2nya sendiri merasa terancam
karena kebanjiran tenaga2 kerja gelap yang setiap saat bisa membuat
kerusuhan dan huru hara seperti dinegerinya sendiri.


LOVETYPES
Cari-cari Cinta Sejati
Cara Jitu Menemukan Soulmate & Belahan Jiwa Anda Berdasarkan Sifat &
Kepribadian

Penawar Mereka yang Lelah Mencari Pasangan
Rabu, 09/04/2008

PENULIS buku ini, Dr Alexander Avila, membuktikan bahwa cinta itu
memiliki rumus dan bisa dipetakan.

Melalui metode LoveType,Avila yang meraih gelar PhD bidang psikologi
klinis dan gelar doktor di bidang hukum ini mengajak pembaca untuk
menemukan orang yang "tepat", si Mr atau Ms Right maupun soulmate
mereka. Caranya? Terlebih dulu Love Types (Cari-Cari Cinta Sejati)
akan memandu kita untuk mengenali karakter unik dalam diri masing-
masing.

Berdasarkan karakter itu, lantas diketahui pula pasangan yang paling
cocok dan sesuai.Apakah itu seniman nyentrik, atau malah pria
berkarier mapan. Setelah itu, metode Love- Type akan mengajarkan
cara menemukan orang tersebut melalui pendekatan yang santai dan
tanpa tekanan.

Asyiknya, metode ini juga berlaku untuk semua orang. Untuk mereka
yang pemalu, maupun pria/wanita berkepribadian ekstrovert. Cara
inilah yang membuat Love Types menarik untuk dibaca. Sebab, tak
sekadar membeberkan tips membosankan. Di sini kita pun dituntut
aktif untuk menganalisis, menebak-nebak, serta mengenali potensi,
keinginan, dan kepribadian kita.

Love Types ibarat buku diktat bagaimana kita mencari pasangan dan
cinta, dengan panduan rumus maupun kumpulan cerita pendek yang
reflektif. Sistem LoveType sendiri diklaim Avila sebagai program
berkencan paling hebat. Melaluinya, kita bisa "membuka topeng"
pasangan, melihat kepribadian sejati setiap orang yang ditemui,juga
menentukan apakah dia adalah orang yang tepat untuk kita.

Pertanyaan-pertanya an seperti pria/wanita seperti apa yang cocok
buat saya? Bagaimana caranya agar saya bisa langsung tahu apakah
seseorang itu cocok buat saya? Bagaimana cara memikat hati soulmate
sejati saya agar hubungan kami bisa langgeng? Secara tidak langsung
bakal terjawab. Ya, menyatukan dua pribadi yang berbeda itu tidak
susah, juga tidak gampang.

Seperti ungkapan pembaca Julie Johnson, buku ini tepat dibaca mereka
yang sudah lelah memilih orang yang salah. Hanya, kekuatan buku ini
sekaligus menjadi kelemahannya. Sebab, mereka yang mungkin merasa
kurang nyambung dan tidak tertarik dengan metode LoveType, bakal
dipastikan hanya membaca beberapa lembar buku ini sebelum
meletakkannya di rak. (danang)

Analisis
Rob Maul
dari London


Average Grant dan Benteng Modern

Dalam konferensi pers sebagai manajer baru Chelsea pada Juni 2004, Jose Mourinho membaptis dirinya sebagai The Special One, sosok yang memiliki karisma di luar lapangan dan menyimpan berbagai trofi juara bergengsi. Ia datang, melihat, dan menjadi penakluk selama tiga musim di Stamford Bridge dengan menambah enam gelar juara.

Avram Grant, peluang untuk menancapkan dominasi Chelsea di Eropa. (Foto: AFP)


Sebagai perbandingan, gambaran Avram Grant atau Average Grant, hanya rata-rata alias tidak istimewa--beberapa pemain senior konon menjulukinya demikian sebagai ketidakyakinan--disangsikan publik sepakbola, dicap kebalikan dari bintang Portugal. Namun, pada Selasa malam lalu, Grant mencatat hal spektakuler yang mungkin melebihi pendahulunya.

Empat tahun lalu Mourinho datang sebagai juara Eropa setelah mengantar FC Porto sukses dengan menghentikan AS Monaco 3-0 di final Liga Champion di Gelsenkirchen, Jerman, sebulan sebelumnya. Ia menjadi manajer termuda sepanjang masa yang meraih gelar tersebut. Berusia 41 tahun ketika itu, Mourinho tidak malu untuk bermulut besar kepada orang-orang yang memang mendengarnya.

Dengan kesombongan antik, ia menyadari hal itu harus diimbangi kesuksesan. Namun, dalam tiga musim menangani klub prestisius dari London Barat, ia tersendat mengarungi semifinal Liga Champion, dua kali gagal masuk ke final karena dihentikan Liverpool dan kalah taktik dari Rafael Benitez.

Grant, baru tujuh bulan menangani klub, mungkin akan segera menancapkan kakinya. Ia dalam proses menyingkirkan Liverpool meski keraguan tetap secara konstan menyambut keputusan-keputusan pelatih asal Israel itu.

Semua orang yang terlibat dalam pertandingan memahami bahwa sepakbola memiliki keunikan dan sesuatu yang tidak biasa dengan mengirim hukuman pada saat-saat yang tidak terduga kepada yang tidak pantas menerimanya. Hanya beberapa detik semifinal first leg di Anfield berakhir dengan kekalahan 0-1, Chelsea tiba-tiba mendapat berkah. Permainan selama 94 menit tanpa menawarkan serangan berbahaya pun bisa dilupakan.

Bek berpengalaman asal Norwegia, John Arne Riise, dalam tekanan dari Nicolas Anelka di kotak penalti pada menit ke-95. Secara simpel ia bisa menendang bola dengan kaki kanan, meski bukan itu bukan kaki favoritnya, ke arah The Kop, yang juga banyak mempertanyakan hal itu.

Wasit asal Austria akan langsung meniup peluit sekaligus mengakhiri kemenangan untuk The Reds. Tanpa bisa dijelaskan, Riise malah melakukan sundulan yang menaklukkan Pepe Reina. Chelsea menuai hasil imbang secara dramatis. Secara virtual, itu tendangan terakhir. Secara klise, bagi Chelsea itu seperti "keluar dari penjara"dan Grant tidak pernah lebih sepuas dari malam itu.

Keuntungan sekarang--tidak diragukan lagi--untuk Chelsea. Segalanya menjadi favorit untuk Grant. Mungkin ada sesuatu di bintangnya atau dalam horoskopnya pada hari itu. Cukup unik, Grant adalah Taurus yang keras kepala. Apa pun, yang pasti Grant memberikan banyak uang kepada National Lottery malam itu dan menjadi orang yang paling beruntung di antara 42.000 orang di Merseyside.

Dalam laga selanjutnya, imbang tanpa gol sudah cukup. Pertahanan Chelsea sekali lagi harus kuat untuk mencetak sejarah. Sang Perusak, Michael Essien, akan kembali dari hukuman akumulasi kartu. Meski kiper Petr Cech bermain dengan pelindung kepala dan masker muka, statistik menujukkan skenario sejarah mungkin terjadi.

Stamford Bridge merupakan benteng modern. Tidak ada tim domestik yang bisa menang disana sejak Arsenal pada Februari 2004. Kalah di kandang dari klub Inggris--hanya Charlton yang menang lewat adu penalti pada putaran ketiga Carling Cup 2005/06--adalah sesuatu yang asing bagi suporter The Blues dalam empat tahun ini dan sekitar 100 pertandingan.

12 Jam Tanpa Gol

Liverpool sebaliknya. Mereka tidak pernah mencetak gol dalam delapan kedatangan terakhir atau 12 jam penampilan di Stamford Bridge. Sekali lagi itu terjadi, tim Benitez berarti tersisih!

Tentu Liverpool lebih baik dari tahun lalu. Tidak ada yang membantah hal itu. Mereka jauh lebih mahal di depan--terima kasih untuk memperkenalkan sosok hebat Fernando Torres--dan mempunyai lebih banyak pilihan dan pertahanan juga jauh lebih bagus.

Jika Frank Lampard absen menyusul kematian ibunya setelah bergelut dengan radang paru-paru dan Didier Drogba kembali bermain tidak efektif, The Reds tetap berpeluang. Drogba belakangan dikritik banyak media akibat kerap play-acting dengan pura-pura cedera, bersikap arogan, dan drama-drama yang sepantasnya dihentikan. Sejak kembali dari Piala Afrika pada Februari, pemain internasional Pantai Gading itu hanya mencetak empat gol dalam 11 pertandingan dan lebih sering terlihat tidak menarik dengan gaya-gayanya.

Jika Liverpool bisa mengatasi keadaan dan Chelsea gagal memanfaatkan keuntungan, lantas ada satu skenario yang akan terjadi untuk Grant: dipecat! Hubungan "spesial" dengan Roman Abramovich tidak akan menolongnya, terutama setelah gagal menguasai FA Cup dan Carling Cup, yang musim lalu dipersembahkan Mourinho.

Abramovich menginginkan trofi Liga Champion dibanding apa pun juga, untuk ia simpan dengan penuh kebanggaan di yacht megahnya. Akan sangat indah baginya dan kroni-kroninya untuk berada di Moskow, di semua tempat, di antara sekutu-sekutu politik dan para oligarch-nya.

Ingat juga kata-kata yang diucapkan Chief Executive Chelsea, Peter Kenyon, bahwa musim ini merupakan gambaran beban bagi pundak siapa pun pelatihnya.

“Kami memiliki visi sepuluh tahun. Ini menyangkut pembangunan tim yang sukses, tidak hanya sekali, tapi secara konsisten. Untuk periode 10 tahun, butuh dua kali juara Eropa demi menjadi klub dunia.”

“Kami harus mempunyai infrastruktur untuk meraihnya dan orang-orang harus menya-dari hal itu. Kami akan merebut juara Liga Champion. Itu hanya soal waktu. Kami mempunyai skuad, struktur, keyakinan, dan memiliki kualitas. Liga Champion tidak jauh.”

Kata-kata itu diberitakan koran-koran hanya beberapa hari setelah Mourinho dipecat. Dua kali juara Liga Champion dalam sepuluh tahun adalah frase menarik dan yang pertama menjadi sangat krusial.

Saat bertanya kepada beberapa fan Liverpool tentang hal ini, mereka lebih mengedepankan fakta bahwa The Reds sudah meraih lima trofi, yang terakhir pada 2005.

Chelsea harus merealisasikan final pertama. Hal ini pun berkaitan dengan kubu Liverpool, yang sering menyindir bahwa Chelsea tidak mempunyai sejarah. Gelontoran uang dari Abramovich dalam beberapa tahun terakhir telah memunculkan gambaran buruk pada status mereka.

Rabu malam ini, Grant mung-kin menulis episode pertama dalam penantian panjang domi-nasi Chelsea di Eropa seperti yang diprediksi Kenyon.

Saya hanya penasaran apa yang Mourinho--yang duduk di rumahnya di Portugal--pikirkan saat ini? n

Avram Grant, peluang untuk menancapkan dominasi Chelsea di Eropa.





Tantangan untuk Riise

John Arne Riise ditantang untuk menghilangkan memori buruk akibat gol bunuh diri dengan cara mengantar Liverpool ke final Liga Champion di Moskow. Bek asal Norwegia itu mencetak gol ke gawang sendiri pada menit ke-95, yang membuat first leg melawan Chelsea di Anfield berakhir 1-1.

Bos The Reds Rafael Benitez, yang kehilangan bek kiri Fabio Aurelio akibat cedera untuk tiga pekan, meminta Riise melupakan kesalahan. Riise masuk di babak kedua, menggantikan Aurelio, dan mungkin akan menjadi starter pada second leg di Stamford Bridge pada Rabu ini.

Untuk pertama kalinya Riise berbicara setelah membuat blunder. “Apa yang harus saya katakan? Saya memutuskan untuk menghentikan dan menyundul bola yang langsung datang. Tapi, itu bola silang yang berbelok, bola agak basah, dan tidak pas mengenai kepala. Sangat mengejutkan bola malah masuk ke gawang.”

“Hal itu bisa terjadi bagi para bek dari waktu ke waktu. Saya tahu seberapa kuat mental saya dan saya akan mengatasinya. Saya akan bangkit dari gol bunuh diri seperti itu,” lanjut Riise di Eurosport.

“Saya pernah menghadapi hal-hal yang lebih berat di dalam hidup dan saya tahu itu bisa diatasi dengan cara yang baik. Saya akan mengubah hal ini menjadi sesuatu yang positif.

Benitez juga mengonfirmasi telah berbicara dengan Riise menyangkut insiden itu. “Saya sudah berbicara dengan John dan mengatakan tidak perlu terus memikirkan gol bunuh diri itu. Ia harus bangkit dan siap,” kata the Spaniard.

“Fabio akan absen selama tiga pekan, jadi Riise tahu ia harus siap dan memberikan apa pun untuk kami. Solusi terbaik baginya adalah mencetak gol di Stamford Bridge, gol yang benar. Jika ia mencetak gol kemenangan, itu akan sangat sempurna.”

Benitez menambahkan: “Kami coba menganalisis apa yang terjadi. Mascherano dan Arbeloa semestinya bisa menghentikan bola. Pada pemain kidal seperti John, masalah muncul saat hendak memakai kaki kanan untuk menghalau bola. Itu masalahnya.”

Di luar itu, Riise menyatakan untuk tetap bertahan di Liver-pool. “Saya harap dan masih yakin pada kontrak baru,” kata Riise kepada Verdens Gang, harian di tanah airnya.

“Namun, saya tidak bisa katakan pasti masa depan saya di sini ketika kontrak tersisa setahun dan belum mendengar apa pun dari pihak klub.”

Riise (27) membela Liverpool sejak The Reds mengalahkan Fulham pada hari penandatangan kontrak pada 2001. Sejak itu, ia mengantar klubnya menjadi juara Piala FA, Piala UEFA Cup, dan Liga Champion. (yudi)

No comments: