Isi : Terlampir
Tantangan Pengelolaan Kinerja Karyawan
Oleh: Darmin A. Pella
Tanyalah pada seorang manajer, "apa saja aktifitas yang harus Anda
lakukan setiap tahun dan cukup membuat Anda gerah melakukannya? "
Anda akan menemukan daftarnya. Dan jangan kaget, bila Anda menemukan
salah satu item dalam daftar tersebut adalah melakukan penilaian
prestasi karyawan (performance appraisal). Appraising performance
adalah salah satu aktifitas tahunan bagi seorang manajer yang
mungkin" "seperti makan buah simalakama".
Tidak dilakukan, itu adalah kewajiban, termasuk dalan calendar of
event perusahaan. Dilakukan, manajer merasa masih saja ada yang
kurang pada sistem penilaian yang ada. Kurang jelas sistemnya,
kurang jelas tatacara penilaiannya, kurang jelas panduan nilainya,
kurang jelas reward (dan punishmentnya) , dan sejenisnya. Manajer
berada pada posisi serba salah.
Pertanyaannya kemudian, bagaimana membuat sistim kontrol manajemen -
atau dalam dunia manajemen SDM lebih jamak disebut sebagai fungsi
performance management- mampu menunaikan tugasnya memenuhi
kebutuhan semua pihak?
Berkaca pengalaman membantu perusahaan mendesain sistem performance
managementnya, ada tiga tantangan yang harus dipenuhi agar
performance management system dapat memenuhi kebutuhan bisnis
perusahaan.
Pertama, "linked to company superstructure" . Performance management
system yang dikelola divisi SDM harus dikaitkan dengan misi, visi,
strategi dan nilai-nilai perusahaan. Apapun indikator keberhasilan
pekerjaan (Key Performance Indicator - KPI) yang digunakan,
seharusnya ia mewakili kepentingan para investor bisnis tersebut atau
superstruktur perusahaan. Bila tidak, maka apa yang dilakukan
karyawan, dan bagaimana ia dievaluasi nanti tidak sejalan dengan apa
yang diinginkan para pemegang saham (shareholder) . Saya mungkin
keliru, tetapi saya berpendapat mungkin inilah kelemahan yang paling
sering terjadi pada sistem manajemen kinerja pada kebanyakan
perusahaan di negeri ini.
Tantangan kedua membangun sistem manajemen kinerja yang mampu
bertahan untuk jangka panjang ialah semaksimal mungkin "involve the
jobholder(s) ". Kita sebaiknya tidak menetapkan indikator apapun yang
akan digunakan mengevaluasi suatu posisi dalam perusahaan tanpa
melibatkan pemegang jabatan pada posisi tersebut. Tanpa melibatkan
pemegang jabatan, kita akan mendapatkan sistem penilaian karyawan
yang tidak bernyawa akibat rendahnya komitmen karyawan dalam
pelaksanaannya.
Tantangan ketiga yang tak kalah penting, dan menjadi pilar dua syarat
terdahulu adalah adanya "management sponsorship" . Saya melihat ada
perbedaan kualitas sistem manajemen kinerja antara perusahaan yang
komitmen desain sistem performance managementnya datang dari
manajemen puncak dan tidak. Saya melihat adanya perbedaan kecepatan
absorpsi sistem manajemen kinerja pada operasional sehari-hari antara
divisi yang atasannya berkomitmen tinggi dan rendah.
Menyelesaikan ketiga tantangan di atas adalah hal yang mutlak. Hanya
dengan cara itu maka sistem performance management yang ada dapat
mengatasi "principal-agent problem" antara investor bisnis dan para
pengelolanya (baca: karyawan dan pimpinan unit kerja) akibat
perbedaan interest antara keduanya (assymetric information) .
Mengelola sistem manajemen kinerja karyawan dengan baik ibarat
memperkuat jantung yang terus memompa denyut continuous improvement
agar senantiasa berjalan sepanjang hari di perusahaan.
Bila sistem manajemen kinerja di perusahaan tidak dikaitkan dengan
isu strategik, pengembangan bisnis, misi dan visi perusahaan, maka
sistem manajemen kinerja akan kehilangan pijakan ke isu-isu nyata di
bisnis kita. Tetapi bila dalam mendesain sistem manajemen kinerja
tidak melibatkan karyawan secara langsung, sistem manajemen kinerja
hanya akan menimbulkan rendahnya komitmen karyawan. Pentingnya kedua
hal di atas membawa kita pada pemahaman betapa penting membuat sistem
manajemen kinerja (performance management system) yang sekaligus
menggunakan pendekatan strategik (strategic-approach ) dan pendekatan
berdasarkan karakteristik pekerjaan dan tanggung jawab pemegang
jabatan (job/role-approach) .
Kita memiliki gedung-gedung
yang lebih tinggi, tetapi semakin rendah ketahanan kita akan amarah.
Kita membangun banyak jalan-jalan yang besar, tapi wawasan kita
semakin sempit.
Kita banyak menghabiskan uang, tapi semakin sedikit apa yang kita
punya.
Banyak membeli, tetapi semakin sedikit yang bisa kita nikmati.
Rumah-rumah kita bertambah besar, akan tetapi keluarga kita
semakin kecil.
Rumah yang semakin nyaman, akan tetapi semakin sedikit
waktu yang kita miliki untuk menikmatinya.
Kita memiliki semakin banyak
gelar, tetapi semakin sempit akal, semakin banyak pengetahuan- -tetapi
semakin sedikit penilaian akan yang baik dan salah.
Semakin banyak ahli,akan tetapi semakin banyak pula masalah, semakin
banyak ditemukan obat, tetapi semakin berkurang kesehatan.
Kita terlalu banyak minum, terlalu banyak merokok, ceroboh, terlalu
jarang tertawa, mengemudi terlalu cepat, semakin kerap marah, susah
tidur, bangun dalam keadaan yang terlalu penat, terlalu sedikit
membaca, terlalu banyak menonton televisi, dan angat jarang
berdoa.
Kita telah melipatgandakan keinginan, akan tetapi mengurangi
nilai-nilai diri kita.
Terlalu banyak berbicara, terlalu sedikit mencinta
dan terlalu sering membenci.
Kita telah belajar bagaimana mencari nafkah,
tapi tidak mencari hidup.
Kita telah mampu menambahkan tahun-tahun dalam
kehidupan kita, tetapi gagal membawa kehidupan dalam tahun-tahun
hidup kita.
Kita telah mampu ulang-alik ke Bulan, tapi bermasalah untuk
menyeberang jalan menyapa tetangga kita.
Kita telah menaklukkan ruang angkasa, tapi tidak mampu menaklukkan
diri.
Kita telah melakukan hal-hal yang lebih besar, tetapi gagal
melakukan hal-hal yang lebih baik.
Kita telah membersihkan udara, tetapi jiwa kita penuh polusi.
Kita telah menaklukkan atom, akan tetapi tidak mampu menaklukkan
prasangka buruk.
Kita banyak menulis, tetapi sedikit belajar.
Kita banyak berencana, tetapi sedikit menggapai.
Kita belajar untuk mengejar, tetapi tidak menunggu.
Kita membuat banyak komputer untuk menampung informasi,
untuk menghasilkan lebih banyak penggandaan, tetapi kita semakin
sedikit berkomunikasi.
Inilah zaman-nya makanan cepat saji dan pencernaan yang lambat,
manusia-manusia yang lebih besar fisiknya, tapi kerdil karakternya.
Keuntungan yang menanjak dan relasi yang rapuh.
Inilah masa pendapatan yang berganda tetapi perceraian bertambah.
Rumah-rumah yang semakin elok, tetapi keluarga yang berantakan.
Inilah kalanya perjalanan yang semakin singkat, pakaian sekali
pakai, moralitas yang terbuang, hubungan satu malam, kelebihan berat
badan, dan pil-pil yang dapat melakukan segalanya; membuat gembira,
menenangkan dan sekaligus, membunuh!
Inilah waktunya ketika banyak hal yang dipamerkan dan semakin sedikit
yang disimpan.
Zaman teknologi yang dapat membawa surat ini kepada Anda,
dan waktu yang memberikan pilihan pada Anda untuk membagikan
perenungan ini, atau justru menghapusnya.
Ingatlah untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang-orang
yang Anda kasihi, karena mereka tidak akan berada di sisi Anda
selamanya.
Ingatlah untuk berkata-kata yang baik pada orang
yang mengagumi Anda, karena ia suatu saat akan bertambah besar dan
meninggalkan Anda.
Ingatlah untuk memberikan pelukan yang hangat pada
orang di samping Anda, karena itulah hal berharga yang dapat Anda
berikan dengan sepenuh hati tanpa harus mengeluarkan biaya.
Ingatlah untuk berkata, "Aku menyayangimu" pada orang-orang yang kamu kasihi dengan tulus.
Katakanlah itu dengan sepenuh hati dan arti. Sebuah kecupan dan
pelukan akan mengobati hati yang luka ketika ia datang dari lubuk hati Anda.
Ingatlah untuk menggenggam tangan dan menikmati saat-saat
bersamanya, karena suatu saat ia tak akan ada bersama Anda lagi.
Berikan waktu Anda untuk mengasihi, mencintai, berikan waktumu untuk
berkata-kata, dan berikan waktu Anda untuk membagikan pikiran-
pikiran yang berharga.
Hidup tidak diukur dengan jumlah hembusan nafas yang kita ambil,
Tetapi hidup diukur oleh saat-saat terakhir hembusan nafas kita
Fortune Cookie
Oleh: Hingdranata Nikolay, MNLP, CHt
Nikmatnya cuaca di belahan dunia Barat seperti Amerika ini adalah, kendati matahari bersinar terik, anginnya benar-benar sejuk. Saya jadi teringat kota kecil, Prince George, di Kanada yang saya kunjungi 2 tahun lalu. Agak berbeda dengan Los Angeles dan Dallas, yang udaranya masih dingin di bulan Februari, Orlando mempunyai matahari yang luar biasa. Tapi, nikmatnya adalah teriknya matahari ditemani angin yang sangat sejuk.
Di airport saya sempat bertemu 5 pemuda dari Indonesia yang berangkat ke San Diego untuk bekerja. Sama-sama kami menunggu giliran dipanggil untuk diwawancara imigrasi Amerika. Kami sempat bercanda sarkastik mengenai bangsa kita, yang ternyata dalam urusan ini pun dijadikan paling belakang. Semua (dan ini bukan generalisasi saat itu) visitor yang datang setelah kami, dilayani lebih dahulu. Termasuk 5 warga negara Malaysia, 2 Thailand, dan 1 Filipina. Waktu pisah di airport Los Angeles, mereka terlihat begitu kompak. Semoga sukses buat mereka.
Siang tadi saya makan sendirian di sebuah restoran Chinese Food, di American Way. Perlu ngejar lagi makanan lidah Asia, karena dua hari di jalan makanannya non-Asia semua. Rasa dimsum-nya sama saja di tanah air. Nasi goreng Yang Chow-nya masih lebih enak di tanah air (mungkin karena cocok lidahnya saja :-) ). Setelah makan, saya disuguhi sepotong fortune cookie khas restoran China, bersama bon. Saya buka dan tulisannya berbunyi:
"Lebih baik punya ayam betina besok daripada punya telur hari ini"
Sang pelayan bermata sipit yang ramah ini, sempat melihat saya sejenak karena melihat saya berpikir setelah membaca tulisan ini. Saya senyum sambil memikirkan makna tulisan bijak ini. Lalu saya teringat tulisan saya terakhir mengenai jati diri. Karena mendesak hasil instan dan dengan cara apapun, kita tidak peduli seperti apa kita besok. Kurang lebih mirip. Menjadi persona berbeda dengan kemampuan ayam betina yang bisa menghasilkan telur, adalah lebih baik dengan memperoleh telur itu sendiri. Saya memang belum pernah mendengar ungkapan bijak versi ini.
Ini mungkin kurang lebih sama dengan makna ungkapan bijak "Lebih baik bisa memancing besok daripada punya ikan hari ini", yang lebih sering kita dengar dalam ajakan "Lebih baik mengajari orangnya mancing, daripada beri ikannya". Kurang lebih ingin mengatakan juga pentingnya kemampuan dan jati diri orangnya, bukan hanya apa yang diperoleh.
Apapun artinya, bagaimanapun kita masing-masing ingin mengartikan, bagi saya, salah satu makna yang tersirat dalam pesan kue keberuntungan ini, yakni KESABARAN. KESABARAN untuk membayar harga untuk mendapatkan lebih baik. KESABARAN untuk membangun diri kita. Hari pertama tiba, saya sudah dapat pelajaran pertama dari Orlando.
Kekuatan Kata-kata
Mark Twain mengungkapkannya dengan sangat indah ketika
mengatakan "Udara sangat dingin, sehingga jika
termometer ini lebih panjang satu inci saja, kita pasti
akan mati membeku"
Kita memang akan mati beku dalam kata2. Yang menjadi
persoalan bukanlah suhu dingin yang ada diluar, tetapi termometer.
Yang menjadi persoalan bukanlah realitas, tetapi kata-kata yang anda ucapkan
pada diri anda mengenai realitas itu.
Saya pernah mendengar cerita yang menarik mengenai seorang
petani di Finlandia. Ketika garis batas antara Finlandia dan Rusia
sedang ditentukan, petani itu harus memutuskan apakah dia ingin
berada di Finlandia atau di Rusia. Setelah memikirkan cukup lama,
dia memutuskan untuk berada di Finlandia, tetapi dia tidak ingin melukai
perasaan pejabat Rusia. Pejabat Rusia itu datang kepadanya dan bertanya
mengapa dia ingin berada di Finlandia.
Petani itu menjawab,"Sudah merupakan kerinduanku sejak
dulu untuk tinggal ditanah tumpah darahku Rusia, tetapi pada usiaku yang
sudah lanjut seperti ini, aku tidak dapat bertahan menghadapi musim dingin di
Rusia."
Rusia dan Finlandia hanyalah kata-kata, konsep, tetapi
tidak demikian halnya bagi manusia, tidak bagi manusia yang gila, yang
menganggap kata-kata dan konsep itu sama dengan realitas. Kita hampir tidak
pernah melihat realitas.
Suatu saat seorang guru berusaha untuk menjelaskan kepada
sekelompok orang bagaimana orang2 bereaksi terhadap kata2, menelan kata2,
hidup dalam kata2, ketimbang dalam realitas.
Salah seorang dari kelompok itu berdiri dan mengajukan
protes, dia berkata, "Saya tidak setuju dengan pendapat anda bahwa
kata2 mempunyai efek yang begitu besar terhadap diri kita."
Guru itu berkata," Duduklah, ANAK HARAM."
Muka orang itu menjadi pucat karena marah dan berkata,"
Anda menyebut diri Anda sebagai orang yang sudah mengalami pencerahan,
seorang guru, seorang yang bijaksana, tetapi seharusnya Anda malu dengan diri
Anda sendiri."
Kemudian Guru itu berkata, "Maafkan saya, saya terbawa
perasaan. Saya benar2 mohon maaf, itu benar2 di luar kesadaran saya, saya mohon
maaf." Orang itu akhirnya menjadi tenang.
Kemudian Guru berkata lagi,"HANYA DIPERLUKAN BEBERAPA KATA
UNTUK MEMBANGKITKAN KEMARAHAN DALAM DIRI
ANDA; DAN HANYA DIPERLUKAN BEBERAPA KATA UNTUK MENENANGKAN
DIRI ANDA, BENAR BUKAN?"
Sumber: Disadur dari dari buku Awareness - Anthony deMello
Noda Kesalahan Sendiri
Tahukah pembaca bahwa lapangan di Stamford Bridge dan hak paten penggunaan nama Chelsea FC dikuasai Chelsea Pitch Owners (CPO), sebuah organisasi nirlaba yang dikontrol para pendukung The Blues?
CPO dibentuk untuk memastikan agar stadion Stamford Bridge tidak lagi dijual pada pihak pengembang dan mengundang kekisruhan soal legalitas kepemilikan seperti pada awal 1970-an. Uniknya, konsekuensi dari sistem yang amat langka ini membuat nama Chelsea terikat erat pada stadionnya itu.
So, bila Roman Abramovich kelak akan memindahkan klubnya dari Stamford Bridge ke stadion yang lebih besar, miliarder asal Rusia itu tidak lagi bisa menggunakan nama Chelsea FC!
Abramovich sendiri menurut CEO Peter Kenyon tidak punya agenda apa pun menyangkut stadion tersebut karena penetapan harga tiket yang relatif mahal telah menjadi sebuah solusi keuangan untuk Chelsea.
Apalagi sang pemilik disebut Kenyon menilai Stamford Bridge selama ini telah membawa keberuntungan. Pada level Liga Champion misalnya, kekalahan terbesar Chelsea di kandang hanya 0-2, yaitu dari Besiktas pada putaran grup 2003/04.
Dimulai Vialli
Keangkeran Stamford Bridge pada pentas tertinggi Eropa tidak lepas dari fakta bahwa perjalanan Chelsea di Liga Champion terbilang pendek. The West Londoners baru mencicipi kompetisi Liga Champion sejak 1999/00 ketika mereka tengah ditangani sosok asal Italia, Gianluca Vialli.
Uniknya, pada debut tersebut skuad Vialli mampu mencapai perempatfinal dengan sebuah catatan buruk. Menghadapi Barcelona pada leg kedua perempatfinal di Camp Nou, Chelsea menelan lima gol (1-5). Hasil ini tercatat sebagai kekalahan terbesar The Blues pada kompetisi Eropa.
The Blues baru kembali ke kompetisi paling elite di Eropa pada musim 2003/04 saat diasuh Claudio Ranieri. Nah, pada masa transisi masuknya Abramovich ke Premier League inilah kekalahan terburuk Chelsea di kandang pada level Liga Champion muncul.
Eksperimen Ranieri
Skor 0-2 melawan Besiktas terjadi karena Ranieri bereksperimen menggunakan tiga bek: John Terry, Marcel Desailly, dan Celestine Babayaro. Buruknya penampilan Babayaro yang tidak 100% fit kala itu membuat Sergen Yalcin dua kali membobol gawang Carlo Cudicini.
Sejak ditangani Jose Mourinho semusim kemudian, praktis pertahanan Chelsea semakin kuat dan membuat Stamford Bridge kian angker pada tatanan kontinental dan domestik.
Pada Premier League 2004/05, mereka berhasil menjaga gawangnya tetap clean sheet sebanyak 25 kali sepanjang musim.
Pada musim yang sama di panggung LC, hasil terjelek skuad Mourinho di London adalah dua kali tertahan imbang 0-0 oleh Paris Saint Germain dan Liverpool. Well, para pundit menyebut kekuatan pertahanan Chelsea saat ini tidak jauh berbeda dengan tiga tahun lalu.
Dalam beberapa aspek, seperti ketersediaan bek dan jangkar cadangan yang berkualitas, pilihan Avram bahkan disebut Rafael Benitez lebih bagus dibanding yang dimiliki Mourinho dulu. Liverpool Echo menyebut ternodanya rekor bagus Chelsea di kandang kini hanya mungkin bila sang tuan rumah sendirilah yang melakukan kesalahan. (Darojatun)
Tuesday, April 29, 2008
Tantangan Pengelolaan Kinerja Karyawan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment