Wednesday, May 14, 2008







"Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi

pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu,

hendaklah ia menjadi hambamu." - Mat. 20:26-27



"Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu

hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai

pelayan." - Lukas 22:26



Seorang hamba atau pelayan tidaklah mudah untuk dapat menjadi besar,

apalagi menjadi terkemuka (terkenal). Sistem yang berlaku di dunia ini

telah mempersempit kemungkinan seorang hamba atau pelayan untuk dapat

menjadi besar atau terkenal. Hanya mereka yang memiliki kekayaan,

harta, dan kedudukan sajalah yang lebih dimungkinkan oleh sistem dunia

ini untuk menjadi seorang yang terkenal dan besar atau menjadi

pemimpin. Status seseorang itulah yang akan menentukan kedudukan,

fungsi, peran, dan jabatannya.

Mungkin saja seseorang mencapai kedudukan puncak di dalam sebuah

perusahaan melalui perjuangan dan usaha kerasnya sejak ia masih menjadi

seorang pelayan atau karyawan biasa. Secara perlahan dan bertahan ia

menaiki tangga prestasi sampai akhirnya berhasil menjadi pemimpin

puncak.

Dengan demikian, orang tersebut menaiki tangga status secara bertahap

pula. Ketika ia masih menjadi pesuruh atau pelayan, statusnya adalah

pelayan. Setelah karirnya meningkat, dan kemudian ia menjadi seorang

manajer, statusnya juga berubah menjadi manajer. Begitu seterusnya

sampai ia menjadi presiden direktur.

Merupakan sesuatu hal yang mustahil apabila pada saat yang bersamaan,

seorang presiden direktur juga menjabat sebagai seorang pelayan!! Tidak

pernah kita jumpai hal itu terjadi di dalam sebuah perusahaan!!

Pada umumnya, wibawa seorang pemimpin terletak pada statusnya. Status

ini dapat berupa jabatan, pangkat, fungsi atau peran, pendidikan, dan

keahlian. Seorang pemimpin biasanya adalah seorang yang memberi

perintah dan tugas kepada bawahannya, bukan seorang yang menerima

perintah atau tugas dari bawahannya.

Seorang pemimpin atau orang yang terkemuka (terlihat dan diakui oleh

manusia) akan berhasil apabila ia memiliki sikap dan hati seorang hamba

atau pelayan (yang tidak kelihatan, tetapi dapat dirasakan oleh

manusia).



Menurut teori kepemimpinan, seorang pemimpin yang baik harus dibantu

oleh para asisten dan bawahannya agar tugas dan pekerjaan dapat

diselesaikan secara efektif dan efisien. Tugas seorang pemimpin adalah

mengkoordinasikan tugas dan manusia serta bekerjasama dengan manusia

agar tujuan dapat dicapai sebagaimana yang diharapkan.

Dengan demikian apabila seorang pemimpin melakukan tugas-tugas seperti

seorang hamba atau pelayan (tugas bawahan atau asistennya), ia dapat

dikategorikan sebagai seorang pemimpin yang tidak berhasil. Ia bukan

hanya dianggap tidak mampu dalam mendelegasikan dan mengkoordinasikan

pekerjaan, tetapi juga dianggap tidak mampu menjaga wibawanya sebagai

seorang pemimpin. Seorang pemimpin seharusnya menampilkan pribadi

sebagai seorang pemimpin, bukan seorang pelayan atau hamba!

Inilah yang menyebabkan banyak pemimpin dunia mengupayakan pendidikan,

keterampilan, keahlian berpolitik, dan kedudukan (pangkat atau

jabatan), agar statusnya terjamin dan bahkan meningkat terus, dan agar

wibawanya tidak merosot. Keberhasilan seorang pemimpin diukur dari apa

yang terlihat dan terkesan di luar, bukan yang sesungguhnya di dalam.

Wibawa, otoritas, kuasa, dan kemuliaan adalah empat hal yang

diidam-idamkan oleh setiap manusia di muka bumi ini. Itulah sebabnya

banyak manusia yang ingin menjadi besar, menjadi terkemuka, dan menjadi

pemimpin, karena bagi dunia ini keempat hal tersebut tidak mungkin

diperoleh apabila seseorang menjadi hamba atau pelayan.

Keempat hal tersebut juga diidam-idamkan oleh Lucifer, mantan penghulu

malaikat di surga. Ia ingin dihargai, dihormati, dan disegani (di luar)

tanpa memiliki sikap dan hati seorang hamba yang ingin melayani (di

dalam). Terlalu banyak orang yang mengikuti jejaknya; ingin memimpin

tetapi tidak ingin menjadi hamba atau pelayan bagi orang lain.

Menurut Alkitab kita justru harus menjadi pelayan atau hamba apabila

ingin menjadi pemimpin atau menjadi yang terkemuka. Allah tidak

menghendaki manusia mengulangi kesalahan yang dilakukan Lucifer.

Lucifer mengusahakan atau mengupayakan keempat hal itu. Seharusnya

keempat hal itu diterima dari atau diberikan oleh Tuhan. Yang pertama

adalah usaha kita sendiri, sedangkan yang terakhir adalah karunia dari

Tuhan.

Bagaimana paradoks ini dapat dipraktikkan? Seorang pemimpin atau orang

yang terkemuka (terlihat dan diakui oleh manusia) akan berhasil apabila

ia memiliki sikap dan hati seorang hamba atau pelayan (yang tidak

kelihatan, tetapi dapat dirasakan oleh manusia). Seorang

pemimpin-pelayan adalah gambaran dari seorang yang memiliki kualitas

seorang pemimpin (tegas, wibawa, terampil, dan disiplin), dan sekaligus

memiliki kualitas seorang pelayan (rendah hati, bersedia menolong, dan

mau berkorban untuk kebaikan orang lain, termasuk orang yang

dipimpinnya, ingin belajar, rajin, bersedia melakukan hal-hal yang

dianggap hina oleh dunia, hidup sederhana, bekerja keras, tidak banyak

menuntut, tidak bersungut-sungut). Inilah seorang presiden direktur

yang sekaligus juga seorang hamba atau pelayan!

Seorang pemimpin atau orang terkemuka baru akan berhasil apabila ia

didukung dan dikasihi oleh bawahannya, dan terus meningkatkan dirinya

(keterampilan, pengetahuan, kebaikan, dan sebagainya). Untuk dapat

mencapai hal itu diperlukan sikap dan hati seorang pelayan (bagian

dalam). Jadi keberhasilan seorang pemimpin terletak pada kualitas

manusia batiniahnya atau karakternya, bukan dari upayanya dalam rangka

meningkatkan status dan wibawa. Kualitas yang diperlukan seorang

pemimpin adalah kualitas seorang pelayan.

Seorang pemimpin-pelayan adalah gambaran dari seorang yang memiliki

kualitas seorang pemimpin, dan sekaligus memiliki kualitas seorang

pelayan.

Yang Lemah Dipilih untuk Menghadapi yang Kuat



"Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan

orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih

Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan

yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti,

dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada

seorang manusia pun yang memegahkan diri

di hadapan Allah."

-- 1 Korintus 2:27-29



Dalam berperang menghadapi musuh, kita harus mengukur kekuatan sendiri

maupun kekuatan musuh yang akan kita hadapi. Apabila ternyata kekuatan

kita melebihi kekuatan musuh, barulah kita berani terjun ke medan

peperangan. Begitu juga halnya dengan pertandingan olahraga. Para pihak

yang sedang bertanding sudah tentu akan mengutus tim yang terkuat agar

dapat memenangkan pertandingan tersebut. Tidak pernah terjadi, baik

dalam peperangan maupun dalam pertandingan olahraga, pasukan yang

dikirim untuk berperang atau tim yang diutus untuk bertanding merupakan

pasukan atau tim yang lemah atau tidak mahir.

Di dalam dunia ini kita mengenal ungkapan dalam bahasa Inggris, yaitu

survival of the fittest, yang artinya adalah hanya mereka yang

terkuatlah yang menang (mampu bertahan). Hukum inilah yang mempengaruhi

sikap, cara berpikir, perilaku, dan keputusan setiap insan di muka bumi

ini, baik dalam kehidupan sosial, dunia usaha, maupun kehidupan politik

(pemerintah). Setiap pribadi atau kelompok berusaha untuk menjadi yang

terkuat, agar dapat menjadi pemenang dalam kehidupan ini.

Keadaan ini lebih dipertegas lagi dengan sistem atau tatanan hidup yang

secara sengaja diciptakan untuk mendukung hukum yang berlaku di seluruh

dunia. Sistem penilaian prestasi, baik dalam dunia pendidikan maupun

dalam dunia usaha, secara sengaja dirancang untuk mengunggulkan yang

kuat atau yang terkuat dengan memberikan imbalan materi ataupun imbalan

sosial (dalam bentuk penghargaan).

Kelemahan dan kekurangan manusia justru merupakan kesempatan bagi Tuhan

untuk mengerjakan karya-Nya secara optimal dalam diri manusia.

Sistem dan keadaan yang sudah tercipta ini menyebabkan manusia berusaha

semaksimal mungkin agar tampil prima, hebat, dan menjadi yang terkuat.

Ada beberapa orang yang sukses, tetapi tidak sedikit juga yang gagal,

dan bahkan berakhir dengan tragis. Kesuksesan manusia tidak jarang

harus menelan korban.

Mengapa hal itu dapat terjadi? Dalam usahanya untuk menjadi yang

terbaik, manusia menempuh berbagai macam cara, mulai dari cara-cara

yang terpuji dan adil, sampai kepada cara-cara yang tidak terpuji dan

tidak adil. Akhirnya, prinsip hidup yang berlaku adalah tujuan

menghalalkan setiap cara. Manusia menjadi kurang peduli dengan keadaan

orang lain atau pun lingkungannya. Kadangkala manusia tega untuk

membuat orang lain menderita (sengsara) demi kesuksesan pribadinya!

Di saat manusia menganggap dan merasa dirinya mampu, di saat itulah

manusia sulit untuk belajar dan berharap kepada Tuhan.

Selain hal tersebut di atas, ada pula manusia yang tidak mampu untuk

menjadi yang terhebat dan terkuat, meskipun sudah berusaha dengan

sekuat tenaga dan sepenuh waktu, karena memang kapasitas dan

kemampuannya terbatas. Ketidakmampuannya ini ditambah dengan

ketidakmampuan jiwanya untuk menerima kenyataan dan dirinya sendiri,

dapat menimbulkan ketegangan yang berkepanjangan, rasa penyesalan yang

mendalam, menangisi diri sendiri, putus asa, tidak ada lagi rasa

percaya diri, dan tidak jarang banyak yang menderita gangguan jiwa,

atau yang melakukan bunuh diri.

Dalam paradoks ini dijelaskan, bahwa yang bodoh, yang lemah, dan yang

hina, justru dipilih Allah untuk memalukan yang berhikmat, yang kuat,

dan yang berarti. Jadi Allah justru memakai yang lemah untuk

mengalahkan yang kuat. Mengapa demikian? Maksud utamanya adalah agar

tidak ada seorang manusia pun yang dapat memegahkan dirinya di hadapan

Tuhan. Dia menghendaki agar setiap manusia menyadari, bahwa hanya Tuhan

saja satu-satunya yang berkuasa dan kuat (1 Kor. 1:29).

Bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi? Mengapa Tuhan memanggil,

memilih, dan memakai para rasul yang berasal dari keluarga yang

sederhana di tengah dunia yang pelik dan sulit? Mengapa Tuhan

memanggil, memilih, dan memakai jemaat Korintus yang kebanyakan di

antara mereka bukan orang yang bijak, tidak banyak orang yang

berpengaruh, dan terpandang (1 Kor. 1:26)?

Kelemahan dan kekurangan manusia justru merupakan kesempatan bagi Tuhan

untuk mengerjakan karya-Nya secara optimal dalam diri manusia. Di saat

manusia menganggap dan merasa dirinya mampu, di saat itulah manusia

sulit untuk belajar dan berharap kepada Tuhan. Keadaan seperti ini

menyebabkan manusia sulit untuk menerima kemurahan-Nya. Sebaliknya,

ketika manusia merasa tidak memiliki kemampuan dan pengaruh, di saat

itulah ia sangat mengharapkan pertolongan dan bantuan, terutama dari

Tuhan. Inilah kesempatan bagi Allah untuk menyatakan dan melimpahkan

kuasa dan kekuatan-Nya yang tidak terbatas kepada manusia.

Rasul Paulus sepenuhnya bergantung kepada Tuhan dan tidak menaruh

kepercayaan pada dirinya sendiri (2 Kor. 1:9). Rasul Paulus menganggap

dirinya tidak mampu (lemah), sehingga ia tidak menaruh kepercayaan pada

dirinya. Itulah sebabnya ia dipilih dan dipakai Allah secara khusus dan

luar biasa.

Jadi jelaslah sekarang, mengapa Tuhan memanggil, memilih, dan memakai

orang yang lemah, yang bodoh, dan yang tidak terpandang untuk

menghadapi yang kuat, yang berhikmat, dan yang terpandang. Namun

demikian, hal ini tidaklah berarti, bahwa Tuhan lebih menyukai

orang-orang lemah, bodoh, dan tidak terpandang, dan tidak menyukai

orang-orang yang cerdas, kuat, dan terpandang. Tuhan juga mencari

orang-orang yang cerdas, kuat, dan terpandang yang memiliki sikap

seperti orang-orang yang lemah, bodoh, dan tidak terpandang. Apabila

orang-orang yang cerdas, kuat, dan terpandang bersedia dipakai oleh

Tuhan (rela dianggap bodoh dan lemah oleh dunia), maka mereka akan

menjadi pelayan Tuhan yang tangguh dan dahsyat.

Pertama kali saya bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan

Juruselamat pribadi adalah saat saya berusia 19 tahun. Ketika itu

lawatan Tuhan terjadi secara luar biasa. Kampus demi kampus di Jakarta

(saya percaya ketika itu terjadi di seluruh Indonesia) dilawat oleh

Tuhan, sehingga banyak mahasiswa yang bertobat dan menerima Yesus

sebagai Tuhan. Pertobatan dan kepenuhan Roh Kudus pada saat itu adalah

hal yang tidak sulit.

Dengan bermodalkan kerinduan dan iman kepada Yesus, kami, sekumpulan

mahasiswa yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan teologi dan

tidak memiliki pengalaman dalam pelayanan, memberanikan diri terjun

melayani Tuhan. Kami harus memberitakan firman Tuhan dari jemaat ke

jemaat. Tidak jarang jemaat yang dilayani adalah orang-orang yang sudah

dewasa (berkeluarga) dan tidak sedikit pula di antara mereka adalah

para hamba Tuhan. Namun demikian, Tuhan bekerja secara luar biasa.

Ketika kami benar-benar berserah kepada Tuhan dan merasa tidak memiliki

kemampuan untuk melayani (bodoh, tidak berpengalaman, tidak memiliki

pengetahuan Alkitab, dan masih muda), di saat itulah kami kuat. Banyak

di antara mereka (pengusaha, pejabat tinggi pemerintah, dan karyawan)

yang bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.

Kekuatan kami berasal dari Tuhan, dan itu kami peroleh justru ketika

kami merasa lemah dan tidak mampu.

Di dalam Mazmur 119:30 tertulis, "Bila tersingkap, firman-firman-Mu

memberi terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh." Ini

berarti, bahwa Tuhan mampu memberikan pengertian kepada setiap orang

Kristen, meskipun bodoh (kurang pengalaman, masih muda, tidak mempunyai

latar belakang teologi), sepanjang ada penyingkapan firman-Nya. Inilah

kuncinya mengapa Tuhan memakai orang bodoh bagi dunia untuk

mempermalukan orang-orang yang menganggap dirinya memiliki hikmat.

Ketika manusia merasa tidak memiliki kemampuan dan pengaruh, di saat

itulah ia sangat mengharapkan pertolongan dan bantuan, terutama dari

Tuhan.

Jika AKu Lemah, maka Aku Kuat



Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di

dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena

Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.

-- 2 Korintus 12:10



Kekuatan manusia bukan terletak pada fisiknya, atau kepintarannya, atau

keterampilannya. Orang yang berotot dan kekar tidak menjamin ia akan

tahan uji ketika menghadapi persoalan, masalah, atau pencobaan. Seorang

yang cerdas, terampil, dan mahir belum tentu dapat menyelesaikan

kekecewaan, kepahitan, dan kesedihan hatinya.

Tidak jarang orang yang berotot kekar terlibat dalam narkotika atau

obat bius karena ketidakberdayaannya dalam menyelesaikan problem

kehidupan yang begitu rumit. Tidak sedikit juga para eksekutif

perusahaan atau kaum profesional yang telah sukses dalam kehidupannya,

terjerumus dan terikat pada obat terlarang atau minuman keras karena

mereka tidak kuat lagi menghadapi tekanan hidup dan pekerjaannya.

Kekuatan manusia ada batasnya. Ada kalanya manusia masih dapat bertahan

di tengah gelombang dan badai besar yang menerpa hidupnya sampai suatu

waktu tertentu. Apabila tekanan hidup itu terus menekannya hingga

melewati batas kemampuannya, maka ia akan roboh.

Keterbatasan itulah yang membuat manusia berusaha untuk melindungi

dirinya dengan berbagai macam usaha dan cara. Untuk melindungi

kelemahan dan kerapuhan tersebut manusia menghimpun kekuatan berupa

harta (kekayaan dan uang), kedudukan (pangkat), pengawal, kekuatan

fisik, atau keahlian (keterampilan). Dengan demikian, manusia – sadar

atau tidak sadar, mengakui atau tidak mengakui – sebenarnya adalah

makhluk yang lemah dan rapuh sebagai akibat dosa yang telah menguasai

kehidupannya.

Namun demikian, jarang sekali manusia mau menyadari dan mengakui

kelemahannya atau keterbatasannya. Hal-hal yang disebutkan di atas,

seperti harta, kedudukan, kekuatan fisik, dan keterampilan, itulah yang

menyebabkan manusia merasa tetap kuat, meskipun sebenarnya di dalam

dirinya sudah sangat rapuh. Hal itu terbukti dari perlunya dan begitu

pentingnya harta, kedudukan, keahlian, dan kekuatan fisik untuk

melindungi kelemahan atau kerapuahan manusia.

Kekuatan manusia bukan terletak pada fisiknya, atau kepintarannya, atau

keterampilannya. Kekuatan manusia ada batasnya.

Kalau demikian, apakah yang dimaksud dengan kuat? Dalam keadaan

bagaimanakah manusia dikatakan kuat?

Kekuatan yang sesungguhnya adalah kesanggupan manusia untuk menjalani

hidup yang tidak sesuai dengan keinginannya, atau kemampuan untuk tetap

tabah, tenang, penuh damai, dan tidak putus asa ketika menghadapi

problem hidup yang berat, rumit, dan berkepanjangan.

Banyak manusia yang tertipu oleh persepsi dan pandangan umum yang

keliru mengenai harta (kekayaan), kedudukan, dan keterampilan. Mereka

beranggapan, bahwa kekayaan dan kedudukan dapat dijadikan sebagai

benteng perlindungan dan dewa penolong di waktu susah. Mereka

seakan-akan merasa kuat apabila memiliki hal-hal tersebut. Dengan

demikian, persepsi dan pandangan ini sebenarnya menunjukkan bahwa

kekuatan manusia bukanlah berasal dari dalam dirinya sendiri, tetapi

berasal dari luar (eksternal). Kekuatan ini adalah kekuatan semu dan

sementara. Padahal kekuatan yang berasal dari dalam diri manusia, bukan

yang berasal dari luar.

Jadi manusia hanya meminjam kekuatan dari luar untuk melindungi dirinya

sendiri. Ketika kekuatan yang dipinjam tersebut hilang atau tidak lagi

dapat menolongnya, kondisi manusia menjadi rapuh sekali. Itulah

sebabnya sebagai umat Tuhan kita perlu dan harus membangun kekuatan

yang sesungguhnya atau yang sejati – kekuatan batiniah – yaitu

kesanggupan manusia untuk menjalankan hidup yang tidak sesuai dengan

keinginannya, atau kemampuan untuk tetap tabah, tenang, penuh damai,

dan tidak putus asa ketika menghadapi problem kehidupan yang rumit,

berat, dan berkepanjangan.

Ketika manusia mampu menghadapi cemoohan, ejekan, fitnahan, penolakan,

dan kritikan dengan penuh kesabaran, tetap lemah lembut, tidak menjadi

sakit hati atau tidak timbul kepahitan, maka ia dapat dikatakan sebagai

manusia yang kuat. Yesus Kristus adalah manusia yang paling kuat, sebab

sementara Ia masih tergantung di atas kayu salib dan menderita banyak

luka, meskipun Ia tidak berdosa dan tidak bersalah, Ia masih memohon

kepada Bapa-Nya untuk mengampuni orang-orang yang telah melakukan

kejahatan atas diri-Nya.

Kekuatan manusia yang sesungguhnya diuji ketika ia sedang mengalami

kesulitan, kesusahan, dan penderitaan, bukan hanya ketika ia sedang

mengalami kesenangan, kemakmuran, dan kenyamanan. Ketika semua usaha,

harta, kedudukan, pengaruh, kuasa, relasi, dan kepintaran manusia sudah

tidak dapat lagi menyelesaikan masalah yang dihadapinya, barulah kita

dapat mengukur kekuatan yang sesungguhnya dari manusia itu. Kualitas

emas murni harus diuji dengan api yang sangat panas sekali.

Kehidupan rumah tangga seringkali berakhir dengan perceraian karena

tidak kuat dalam menghadapi badai dan gelombang hidup yang menerpa

keluarga tersebut. Keluarga yang kuat adalah keluarga yang

anggota-anggotanya justru semakin bersatu dan kompak ketika menghadapi

masalah. Tindakan bunuh diri adalah contoh nyata dari manusia yang

lemah dan rapuh.

Paradoks kekristenan mengatakan bahwa, "Jika aku lemah, maka aku kuat."

Di saat orang percaya menghadapi penderitaan, kesengsaraan, kesulitan,

dan tantangan yang berat, yaitu keadaan di mana secara manusia kita

berada dalam keadaan lemah (fisik dan mental), di saat itulah justru

kita menjadi kuat. Mengapa? Bagaimana hal ini dapat terjadi?

Ada sebuah pernyataan yang mengatakan, "Apabila manusia berusaha untuk

turun tangan sendiri dalam menyelesaikan masalah yang sedang

dihadapinya, maka Tuhan akan angkat tangan. Akan tetapi, apabila

manusia sudah angkat tangan (tanda menyerah dan sudah tidak mampu

lagi), maka Tuhan akan segera turun tangan."

Ketika orang percaya sedang berada dalam keadaan tidak mampu (lemah),

dan ia memutuskan untuk mencari wajah dan hadirat-Nya, maka kasih

karunia-Nya dapat dicurahkan secara melimpah ke dalam hidup orang

percaya itu. Di saat kasih karunia, yaitu kemampuan ilahi, melimpah

dalam diri seseorang, maka ia menjadi kuat. Inilah yang dikatakan oleh

Rasul Paulus, jika aku lemah, maka aku kuat.

Kasih karunia hanya dapat diterima secara melimpah ketika manusia

mengosongkan dirinya. Tuhan Yesus mampu meninggalkan keberadaan-Nya

sebagai Tuhan dan menjadi manusia – bahkan menjadi hamba – karena Ia

mengosongkan diri-Nya (Flp. 2:5-7). Karena Ia mengosongkan diri-Nya,

maka Ia dapat diisi penuh dengan kasih karunia Bapa, sehingga Yesus

menjadi kuat dalam menghadapi setiap tantangan, pencobaan, penderitaan,

penghinaan, penolakan, dan kesengsaraan, bahkan sampai mati tergantung

di atas kayu salib. Kita harus mengosongkan diri (tidak lagi memakai

kekuatan manusia atau tidak memiliki kemampuan lagi) agar dipenuhi

kasih karunia secara roh dan jiwa di dalam Tuhan).

Kekuatan yang sesungguhnya adalah kesanggupan manusia untuk menjalani

hidup yang tidak sesuai dengan keinginannya, atau kemampuan untuk tetap

tabah, tenang, penuh damai, dan tidak putus asa ketika menghadapi

problem hidup yang begitu berat, rumit, dan berkepanjangan.

Rasul Paulus tidak menaruh kepercayaan pada dirinya sendiri. Ia hanya

percaya kepada Tuhan yang sanggup membangkitkan orang-orang mati (2

Kor. 1:9). Itulah sebabnya ia lebih suka bermegah atas kelemahannya,

supaya kuasa Kritus turun menaunginya dan menjadi sempurna (2 Kor.

12:9). Inilah kunci mengapa ia berkata, jika aku lemah maka aku kuat.

Saya pernah mendengar seorang hamba Tuhan berkata, "Gereja harus

gagal!" Inilah sebabnya mengapa gereja menjadi terpecah-belah, baik

dalam pengajaran (denominasi) maupun dalam kesatuan. Marilah kita

renungkan sejenak hal-hal berikut ini:

• Mengapa Tuhan membiarkan bangsa Israel gagal memasuki tanah

perjanjian?

• Mengapa Tuhan membiarkan Petrus gagal menangkap ikan

semalam-malaman?

• Mengapa Tuhan membiarkan para murid-Nya ketakutan dalam

menghadapi badai yang besar ketika berlayar dengan perahu mereka?

• Mengapa Tuhan membiarkan gereja-gereja terpecah-belah dan tidak

berbuah?

Semua hal tersebut dibiarkan Tuhan agar manusia (gereja) disadarkan

bahwa usaha maksimal dan terbaiknya hanyalah menghasilkan kegagalan,

kehancuran, dan perpecahan. Tidak ada sesuatu yang baik dari hasil

usaha manusia. Ketika manusia mengalami kegagalan, kehancuran, dan

perpecahan, di situlah kuasa dan kasih karunia-Nya melimpah. Di saat

seperti itulah manusia menjadi kuat. Kekuatan Tuhan melimpah dan

bekerja sempurna dalam diri manusia (gereja) yang tidak lagi memiliki

kebanggaan, kekuatan, kemampuan, dan kepercayaan pada dirinya sendiri

(2 Kor. 1:9). Sekarang kita dapat mengerti mengapa banyak gereja yang

dibiarkan Tuhan hancur dan porak- poranda. Semua ini dimaksudkan agar

gereja sadar bahwa kekuatan manusia tidak dapat diandalkan sama sekali.

Marilah kita berdoa agar seluruh gereja Tuhan di akhir zaman ini

melepaskan segenap kekuatan, kehebatan, dan kemampuannya sendiri,

supaya gereja menjadi kuat dan kokoh! Benarlah perkataan ini: "Gereja

harus gagal, agar kemuliaan dan kekuatan Allah menjadi sempurna dan

nyata!"

Pandangan dan Penilaian Manusiawi vs. Ilahi
>
> (Luk. 11: 27-28; 8: 20-21)
>
>
>
> Banyak kali manusia menilai dari apa yang terlihat di luar
> secara jasmaniah. Bahkan kita sering beranggapan bahwa
> seseorang sudah dewasa secara rohani dari ukuran kejiwaan
> dan biologis, bukan secara spiritual. Itulah sebabnya
> banyak gembala sidang dan pemimpin jemaat yang salah dalam
> memposisikan orang-orang di dalam pelayanan karena
> pandangan dan penilaian yang salah.
>
> Orang-orang berpikir bahwa Maria (ibu Yesus) adalah orang
> yang berbahagia karena mengandung dan menyusui Tuhan Yesus.
> Namun penjelasan Yesus sangat berbeda sekali. Dia berkata,
> "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman
> Allah dan yang memeliharanaya." Jadi Yesus menekankan
> pentingnya hubungan dengan Tuhan dan melakukan
> kehendak-Nya. Dia menekankan pentingnya dimensi spiritual.
>
> Seringkali orang-orang Kristen, termasuk para pemimpin
> jemaat dan gembala sidang, menilai kebahagiaan,
> keberhasilan, dan pertumbuhan pelayanan dari sudut pandang
> fisik, prestasi, ketenaran, kuantitas, kedekatan dengan
> pendeta besar atau petinggi pemerintahan. Ukuran bahagia
> menurut Tuhan Yesus bukanlah hal-hal seperti yang
> disebutkan di atas, tetapi mendengarkan firman dan
> memeliharanya!
>
> Sudahkan Anda mendengarkan firman-Nya dan memeliharanya?

The euro depreciated vis-à-vis the U.S. dollar today as the single currency tested bids around the US$ 1.5430 level and was capped around the $1.5565 level. Technically, today’s intraday high was right around the 38.2% retracement of the move from $1.6020 to $1.5280. Federal Reserve Chairman Bernanke spoke today and suggested central bankers cannot yet declare an end to the global credit crisis. Bernanke pointed to “welcome signs” but added “conditions in financial markets are still far from normal.” He called on market participants to “deleverage, raise new capital, and improve risk management.” The November federal funds futures contract is currently pricing in about a 40% chance the fed funds target rate will be 25bps higher. Cleveland Fed President Pianalto reported “While even the core price measures in the United States are rising somewhat faster than I would prefer, and inflation presents a key risk to my outlook, I believe that the Federal Reserve's policy strategy remains compatible with a low and stable inflation rate. The substantial easing of monetary policy to date, combined with ongoing measures to foster market liquidity, should help to promote growth over time and to mitigate risks to economic activity.” In contrast, Richmond Fed President Lacker hawkishly said “appropriate monetary policy would ensure that (the run-up in food, energy, and commodities prices) even out over time, and do not impart a persistent inflation bias. Data released in the U.S. today saw April import prices up +1.8% m/m and +15.4% y/y while April retail sales were off 0.2% with the ex-autos component up +0.5%. In eurozone news, European Central Bank member Noyer said inflation pressures “are at work in most parts of the world” partially as a result of countries’ ongoing link to the U.S. dollar. Yesterday, ECB President Trichet said it is important to “preserve the firm anchoring of inflation expectations” and “ensure the absence of second-round effects.” Euro bids are cited around the US$ 1.5230 level.

¥/ CNY

The yen depreciated vis-à-vis the U.S. dollar today as the greenback tested offers around the ¥104.60 level and was supported around the ¥103.40 level. Technically, today’s intraday high was just above the 50% retracement of the move from ¥105.70 to ¥102.55. Traders sold yen again today on the premise that Bank of Japan’s Policy Board is unlikely to raise the overnight call rate from 0.50% for at least several months. Many Japanese economic data will be released tonight including the April corporate goods price index, March current account balance, and March trade balance. The Nikkei 225 stock gained 1.53% to close at ¥13,953.73. Dollar bids are cited around the ¥101.35 levels. The euro gained ground vis-à-vis the yen as the single currency tested offers around the ¥161.70 level and was supported around the ¥160.10 level. The British pound and Swiss franc moved higher as the crosses tested offers around the ¥203.60 and ¥99.55 levels, respectively. The Chinese yuan depreciated vis-à-vis the U.S. dollar as the greenback closed at CNY 6.9889 in the over-the-counter market, up from CNY 6.9882. Data released in China today saw April wholesale sales up 10.3% y/y while April retail sales were up 22.0% y/y. Also, the M2 money supply was up 16.94% y/y.



The British pound came off vis-à-vis the U.S. dollar today as cable tested bids around the US$ 1.9445 level and was capped around the $1.9585 level. The pair came within a few pips of testing yesterday’s multi-week low. Data released in the U.K. today saw annual consumer price inflation rise 0.8% m/m and 3.0% y/y in April, much higher than economists’ expectations. These data increase the chance that Bank of England Governor King will need to write a letter of explanation to Chancellor Darling as to why inflation his risen by more than a percentage point above the 2.0% ceiling target rate. The data also highlight the difficult decisions faced by the BoE which must balance these nagging inflation pressures against a slowdown in consumption and the housing market. Other data released today saw the RICS house price measure fell in the three months to April while BRC noted that April retail sales declined, the second time since 2005 that sales have fallen for two consecutive months. Additionally, the government reported DCLG March annual house price inflation growth receded to 5.2% from 6.3% in February while CML reported March mortgage lending remained subdued in March. Cable bids are cited around the US$ 1.9360 level. The euro came off vis-à-vis the British pound as the single currency tested bids around the ₤0.7915 level and was capped around the ₤0.7965 level.

CHF

The Swiss franc depreciated vis-à-vis the U.S. dollar today as the greenback tested offers around the CHF 1.0555 level and was supported around the CHF 1.0415 level. Technically, today’s intraday high was just above the 61.8% retracement of the move from CHF 1.1105 to CHF 0.9645. The April SECO consumer climate indicator will be released on Thursday. U.S. dollar offers are cited around the CHF 1.0760 level. The euro and British pound moved higher vis-à-vis the Swiss franc as the crosses tested offers around the CHF 1.6295 and CHF 2.0545 levels, respectively.













Matrix Ketiga

Marco Materazzi menjadi pecundang. Tengah pekan lalu bek Inter ini mendapat kartu merah dalam laga semifinal kedua Coppa Italia melawan Lazio. Pada Minggu (11/5), ia gagal mengeksekusi penalti ke gawang Siena.

Karena kegagalan itu, Inter tidak jadi merayakan keberhasilan meraih scudetto. Ya, jika sukses Matrix akan membuat Inter unggul 3-2. Faktanya, tembakan bek tengah berusia 34 tahun itu dapat dibaca kiper Alex Manninger.

“Urutan pengambil penalti adalah Cruz, Balotelli, dan baru Matrix. Siapa pun dapat gagal dalam penalti. Begitu juga dengan Cruz. Kita tidak akan pernah tahu,” kata pelatih Inter, Roberto Mancini.

Sebagai peringkat pertama, Julio Cruz ingin mengambil penalti. Ia sangat marah pada Matrix karena memutuskan mengambil penalti. Cruz sampai harus ditenangkan bek kanan Maicon.

"Saya telah meminta maaf kepada Cruz," ujar Materazzi. (man)





Tanda Eksodus The Gunners

Kegagalan Arsenal meraih gelar di semua ajang pada musim 2007/08 membuat para pemain kunci kecewa dan beberapa dari mereka disebut-sebut akan eksodus dari Emirates Stadium. Di Premier League, The Gunners terpuruk di posisi ketiga meski hingga Februari masih memimpin klasemen dengan keunggulan lima poin atas Manchester United.

Mathieu Flamini yang terang-terangan mengaku kecewa dan gelandang Prancis ini memilih pindah ke AC Milan. “Saya ingin menandatangani perpanjangan kontrak pada Juli lalu, tapi itu tidak terjadi. AC Milan yang sangat antusias dan saya tidak bisa menolaknya,” kata Flamini.

“Apa yang menimpa kami setelah memimpin liga cukup lama adalah pengalaman paling menyakitkan selama empat tahun saya di Arsenal,” lanjutnya kepada News of the World.

Pemain Belarusia, Aleksandr Hleb, juga diisukan akan pergi. Peminatnya Internazionale. Kabar ini dilontarkan agennya, Nikolai Shpilevski, meski kemudian dibantah Arsene Wenger.

“Aleksandr tengah menyiapkan kepindahan. Ia akan pergi meski ditawari kontrak baru jangka panjang dengan kondisi lebih baik,” Shpilevski berbicara kepada Pressball.

“Waktu akan membuktikan bahwa kepergiannya adalah keputusan yang tepat. Segalanya akan jelas dalam dua pekan ke depan,” papar Shpilevski.

Hleb bergabung dengan Arsenal dari Stuttgart pada Juli 2005 dan tampil 89 kali di liga dengan mencetak tujuh gol.

Emmanuel Adebayor pun diberitakan mengancam pergi jika tidak diberi kontrak baru yang lebih baik. AC Milan masuk bursa pengincar, tapi striker Togo ini lantas membantahnya.

“Kabar soal saya memberi ancaman adalah sampah. Saya cinta klub dan pendukungnya.”

Penyerang berusia 27 tahun ini dibeli dari Monaco dengan harga 7 juta pound pada 2006 setelah mencetak 18 gol dalam 78 penampilan. Sejak kepergian Thierry Henry ke Barcelona, ia menjadi salah satu striker berbahaya dengan mencetak 24 gol pada 31 penampilan di liga musim ini. (Yudhi F. Oktaviadhi)

Steven Gerrard
Fantasi ke Inter

Liverpool menyebut "fantasi" pada kabar bahwa mereka menerima tawaran dari Inter Milan untuk Steven Gerrard. Juru bicara The Reds menyatakan di 4thegame: “Kabar itu benar-benar sampah, fantasi, sama sekali tidak ada pendekatan dan juga tidak ada penawaran.”

Gerrard, berbicara di situs ofisial klub, menyebut masa depannya masih terus di Anfield. Ia juga menegaskan bahwa usaha Chelsea, yang sempat ngotot untuk mengontraknya, telah menjadi masa lalu. Selain itu, sang kapten juga mengakui dirinya masih sangat penasaran pada gelar yang belum pernah diraihnya, yakni juara Premier League.

“Saya tidak bisa membayangkan pergi dari Liverpool sekarang. Yang ingin saya lakukan adalah membawa klub ini ke level selanjutnya. Saya yakin kami punya kapasitas untuk meraihnya.”

“Saya telah meraih berbagai trofi, tapi ada satu yang belum pernah dan saya menginginkannya sebelum berhenti bermain."

"Saya tidak ingin melihat ke belakang. Tim semakin kuat dan lebih kuat. Kami akan lebih baik di masa datang. Saya merasa sudah semakin dekat untuk meraih gelar juara dan saya sangat meyakini itu." (yudi)












Prize Money Piala UEFA
Cuma 1/6 LC

Di bawah kendali Juande Ramos, Tottenham Hotspur begitu ngotot untuk kembali menjadi juara. Portsmouth juga merasa punya kewajiban untuk sekadar lolos, meski lewat jalur Piala FA. Manchester City pun terlihat siap memecat Sven-Goran Eriksson karena gagal masuk zona ini, meski akhirnya lolos lewat jalur tim fair play.

Tiga kondisi di atas ini membuktikan betapa besar minat klub-klub Premier League dalam meretas jalan menuju Piala UEFA. Apakah uang yang mereka cari? Yang lebih realistis mungkin pengakuan publik atau kebanggaan semata.

Pasalnya jumlah hadiah uang yang bakal diterima jelas tak sebanding dengan pengeluaran mereka. Mau tahu berapa tambahan fulus yang akan masuk kas klub jika tampil sebagai kampiun? "Hanya" 2,5 juta euro!

Kalau kita ambil total income sebuah klub, dengan asumsi terus memetik kemenangan di setiap babak, maksimal uang yang bisa dikoleksi adalah 3,77 juta euro. Sangat miris jika dibandingkan jumlah uang bagi klub di Liga Champion.

Untuk sekadar menapak di babak fase grup LC, setiap klub sudah pasti mengantongi 3 juta euro, ditambah bonus 400 ribu setiap matchday. Kantong akan terus menggelembung seiring kemajuan ke fase selanjutnya serta kemenangan yang dihargai 600 ribu euro per nilai penuh.

Pemenang LC, jika nilainya sempurna dari start hingga finis, akan mendapatkan 23,7 juta euro! Artinya, dari sisi finansial, perjalanan sempurna sebuah klub di Piala UEFA hanya akan kebagian sekitar 1/6 dari pendapatan juara LC! Untuk klub yang di awal musim sudah membeli pemain dengan total 40-an juta euro, kiprah di Piala UEFA cuma akan menggerogoti kas.

Bagaimana bila Zenit St Petersburg yang juara? Klub Rusia ini akan memastikan 3,65 juta euro. Jika menjadi runner-up, angkanya menciut menjadi 2,65 juta. Apalah artinya uang segini jika untuk membeli Anatoliy Tymoschuk dari Shakhtar Donetsk saja menyita 12,91 juta euro?

Glasgow Rangers sudah pasti mendapat 2,4 juta euro. Berhubung mereka datang via Liga Champion, uang 6,6 juta euro sudah lebih dulu dikumpulkan. Kasus ini rasanya cukup menjawab mengapa posisi keempat di EPL, sebagai batas akhir zona LC, begitu “sakral”.

Namun, bagi klub gurem maupun pelatihnya, terkadang panggung Piala UEFA menjadi etalase pamer kebolehan. Tengok bagaimana masyarakat dan media Inggris sukses “menggolkan” Steve McClaren ke kursi The Three Lions menyusul kesuksesan sang pelatih meloloskan Middlesbrough ke partai puncak 2005/06 kendati di final Boro dihajar Sevilla 0-4. (shr)

No comments: