Chanakya's Quotes - Worth Learning

************ ********* ********* ********* ********* ***
"A person should not be too honest.
Straight trees are cut first
and Honest people are screwed first."
Chanakya quotes (Indian politician, strategist and writer, 350 BC 75 BC)
************ ********* ********* ********* ********* ***
"Even if a snake is not poisonous,
it should pretend to be venomous."
Chanakya quotes (Indian politician, strategist and writer, 350 BC-275 BC)
************ ********* ********* ********* ********* ***
"The biggest guru-mantra is: Never share your secrets with anybody. If you cannot keep secret with you , do not expect that other will keep it. ! It will destroy you."
Chanakya quotes (Indian politician, strategist and writer, 350 BC-275 BC)
************ ********* ********* ********* ********* ***
"There is some self-interest behind every friendship.
There is no Friendship without self-interests.
This is a bitter truth."
Chanakya quotes (Indian politician, strategist and writer, 350 BC-275 BC)
************ ********* ********* ********* ********* ***
"Before you start some work, always ask yourself three questions - Why am I doing it, What the results might be and Will I be successful. Only when you think deeply
and find satisfactory answers to these questions, go ahead."
Chanakya quotes (Indian politician, strategist and writer, 350 BC-275 BC)
************ ********* ********* ********* ********* ***
"As soon as the fear approaches near, attack and destroy it."
Chanakya quotes (Indian politician, strategist and writer, 350 BC-275 BC)
************ ********* ********* ********* ********* ***
"Once you start a working on something,
don't be afraid of failure and
don't abandon it.
People who work sincerely are the happiest."
Chanakya quotes (Indian politician, strategist and writer, 350 BC-275BC)
************ ********* ********* ********* ********* ***
"The fragrance of flowers spreads
only in the direction of the wind.
But the goodness of a person spreads in all direction."
Chanakya quotes (Indian politician, strategist and writer, 350 BC-275BC)
************ ********* ********* ********* ********* ***
"A man is great by deeds, not by birth."
Chanakya quotes (Indian politician, strategist and writer, 350 BC-275BC)
************ ********* ********* ********* ********* ***
"Treat your kid like a darling for the first five years.
For the next five years, scold them.
By the time they turn sixteen, treat them like a friend.
Your grown up children are your best friends."
Chanakya quotes (Indian politician, strategist and writer, 350 BC-275BC)
************ ********* ********* ********* ********* ***
"Education is the best friend.
An educated person is respected everywhere.
Education beats the beauty and the youth."
Chanakya quotes (Indian politician, strategist and writer, 350 BC-275BC)
"Dunia Rata" ala Indonesia
Siapa sangka India, yang dulu dikenal sebagai negara yang mayoritas
rakyatnya miskin dengan kondisi kota-kotanya yang kumuh serta diwarnai
konflik sosial politik tinggi, kini membuat kagum banyak orang.
Bahkan muncul kekhawatiran di AS karena perkembangan penguasaan
information and communication technology (ICT) luar biasa. Minimal
itulah kesan dari buku The World Is Flat (2006) karya Thomas L
Friedman, kolumnis Foreign Affairs The New York Times.
Menurut penyabet penghargaan Pulitzer 2002 kategori komentator itu,
kini dunia sudah bersifat datar, yaitu mengglobal dan ber-platform
jaringan internet sehingga berbagi aneka bentuk pengetahuan dan
pekerjaan sudah tak terkendala oleh waktu, jarak, wilayah, dan bahasa.
Dunia datar menyuguhkan aras palagan permainan (level playing field)
yang kompetitif untuk negara industri dan negara berkembang (emerging
market countries).
Dunia datar bersumbu pada kemajuan dan pemanfaatan ICT. Siapa pun,
dari mana pun, dengan ICT dapat menjadi "pemain" utama di pasar kerja.
Adanya internet, alur kerja memanfaatkan mesin, kemudahan kirim-unduh
data, outsourcing, relokasi tempat produksi, hingga kemudahan mencari
informasi melalui mesin pencari, dan tautan digitalisasi bergerak
virtual mempribadi dicatat Friedman sebagai kekuatan pendatar dunia.
Semua perkembangan ini telah memunculkan fenomena luar biasa, saat
semua kekuatan pendatar berkonvergensi dan berproses dengan sokongan
model bisnis baru yang inovatif berbasis ICT membuat semua orang
memiliki kesempatan yang sama menjual kemampuannya di pasar global.
Friedman menunjukkan kehebatan India. Betapa perusahaan di kawasan
Bhavya, Bangalore, mampu menyediakan tenaga kerja untuk juru ketik,
operator call center, akuntan, hingga pemrogram komputer di negara
maju. Orang India bekerja untuk AS, tetapi tetap tinggal di India.
Mereka bekerja sebagai bagian integral rantai bisnis perusahaan
global, seperti Dell, American On Line (AOL), dan Microsoft.
Bersaing melalui ICT
Kini orang AS harus bersaing kerja dengan yang tinggal di AS dan insan
brilian sejagat. Artinya, di sana ada pekerjaan yang mulai terancam
tergusur oleh orang dari belahan dunia lain melalui mekanisme
outsource, otomatisasi, atau digitalisasi. Profesi, seperti ahli
bedah, radiologi, dokter gigi, ortodontis, pengacara, farmakolog, dan
guru, termasuk kategori yang rentan tergusur tanpa bisa dicegah meski
dengan larangan masuknya pekerja migran.
Dengan mengandalkan kualitas hasil kerja dan daya saing harga, serta
memaksimalkan ICT, warga India mengambil alih pekerjaan warga AS.
Misalnya, melalui webcam, guru India dengan harga jauh lebih murah
dapat memberi les secara virtual kepada siswa yang tinggal di AS.
Tugas dokter radiologi di John Hopkins Hospital AS pada malam hari
atau pada akhir pekan sudah di-outsource ke dokter-dokter India.
Melalui teleradiology memungkinkan para dokter India mendapat gambar
dari rumah sakit ke rumah mereka (bisa juga ke Vail atau Cape Cod).
Gambar itu langsung dapat diinterpretasi sehingga tersedia layanan
media secara prima 24 jam. Untung, ketika di AS malam, di India siang
sehingga tidak ada ongkos lembur.
Para akuntan India di Bengalore, dengan kemampuan sama, bisa mengambil
alih auditing dari akuntan AS di Washington atau New York. Kualitas
hasilnya hampir sama, tetapi lebih murah.
Itu contoh bagaimana orang India dengan kemajuan ICT-nya mampu
"merebut" pekerjaan profesi-profesi tertentu tanpa harus hadir secara
fisik.
Ala Indonesia
Bagaimana dengan Indonesia? Kita memang masih tertinggal, baik dari
sisi infrastruktur maupun SDM. Namun, tidak berarti kita diam saja.
Setidaknya, upaya ke arah itu sudah ada. Salah satunya dilakukan
Depkominfo dengan memperluas akses jaringan informasi dan komunikasi,
dewasa ini tengah dibangun infrastruktur yang disebut Palapa Ring.
Suatu jaringan serat fiber optik high-speed packet access (HSPA), yang
dibangun sepanjang 11.000 km, diperkirakan selesai akhir 2008.
Palapa Ring merupakan jaringan penopang utama yang menghubungkan
pulau-pulau dan kota-kota di Indonesia timur. Semacam jalan tol untuk
lalu lintas informasi digital, yang dibangun atas dana partisipasi
swasta murni dari para operator telepon. Palapa Ring akan terkoneksi
dengan jaringan yang sudah ada di Indonesia bagian barat. Untuk
jaringan ICT masuk ke desa, juga dibangun universal service obligation
(USO) yang diperkirakan rampung tahun 2009.
Melalui infrastruktur itu diharapkan akan terjadi pertukaran informasi
yang lebih masif dan mampu menumbuhkan berbagai aktivitas positif.
Infrastruktur ICT dimaksudkan untuk mendorong warga Indonesia
berpeluang lebih baik untuk memperoleh kualitas pendidikan
(e-education) . Misalnya, guru pintar yang enggan mengajar di daerah
terpencil, dengan jaringan internet dilengkapi webcam, dapat berbagi
ilmu ke masyarakat di sekolah pelosok kendati ia tetap berada di kota.
ICT juga dikembangkan untuk e-health, yaitu puskesmas-puskesmas
dikoneksikan dengan rumah sakit, tenaga medis, atau dokter andal.
Nantinya pasien dan tenaga medis dapat berkonsultasi jarak jauh dengan
memanfaatkan perangkat teknologi komunikasi berbasis visual (3G), atau
bahkan menggunakan teleradiology.
Dalam ekonomi, warga desa diharapkan dapat melakukan transaksi uang
tanpa bertemu fisik atau melalui ATM yang jarang di daerah terpencil.
Cukup dengan telepon seluler, siapa pun bisa bertransaksi melalui
jaringan (e-money) yang dikemas seperti kode angka voucher pulsa dan
bila menerima angka, dapat menukarkan dalam bentuk uang tunai melalui
(misalnya) kantor pos di desa mereka.
Ini merupakan perkembangan ICT yang revolusioner. Diharapkan melalui
Palapa Ring dan USO, keberadaan ICT di berbagai pelosok Indonesia akan
menjadi determinan perubahan sosial, yang ujungnya adalah peningkatan
kesejahteraan.
Memang semua ini masih cita-cita, sekaligus optimisme. Untuk
mewujudkan mimpi "dunia datar" ala Indonesia diperlukan keseriusan dan
sinergi semua komponen. Kalau India bisa, orang Indonesia tentu juga
bisa. Yang penting ada semangat, optimisme, dan berpikiran positif
terhadap perubahan. Kita tak perlu gentar menghadapi dunia yang datar.
Henry Subiakto Dosen Program Pascasarjana Komunikasi Universitas
Airlangga
Jaksa Agung : Indonesia Belajar Sita Aset Koruptor (dari Filipina)
Rabu, 21 November 2007 | 23:56 WIB
TEMPO Interaktif, Nusa Dua:
Indonesia akan mempelajari kemungkinan- kemungkinan untuk melakukan
penyitaan aset yang diduga merupakan hasil korupsi. Hal itu untuk
mencegah pelarian aset yang akan makin menyulitkan proses
pengembalian kerugian Negara.
"Arahnya memang kesitu," kata Jaksa Agung Hendarman Supandji usai
membuka Konferensi Asosiasi Lembaga Anti-Korupsi Internasional di
Nusa Dua, Bali, Rabu (21/11).
Pernyataan itu menanggapi usulan Transparansi Internasional (TI) yang
menilai perlunya penyitaan aset tersangka kasus korupsi tanpa
menunggu keputusan pengadilan pidana. Penyitaan dilanjutkan dengan
proses pembuktian terbalik oleh tersangka terhadap cara perolehan
aset tersebut.
Menurut Hendarman, konferensi itu merupakan tempat yang tepat untuk
belajar mengenai hal itu. "Disini kita saling mengenal , saling tukar
pengetahuan mengenai sistim hukum yang berebda sampai tehnik mengejar
tersangka," ujarnya. Namun, untuk tingkat kesepakatan antar Negara
dalam hal penyitaan aset akan dibahas dalam pertemuan antar
pemerintah.
Hendarman menegaskan perlunya kerjasama internasional untuk mengatasi
korupsi. Diperlukan usaha kolektif di tingkat lokal, regional dan
internasional. Dia berharap, konferensi akan menjadi langkah awal
untuk perjanjian kerjasama yang lebih detail dengan negara peserta.
Dia mengakui, di Indonesia masih terdapat banyak kelemahan dari sisi
penegakan hukum. Salah-satunya adalah masalah tafsiran antara jaksa
dan hakim dalam hal perbuatan melawan hukum dan timbulnya kerugian
negara. "Perlu penyamaan persepsi antara hakim dan jaksa dalam soal
ini," tegasnya.
Konferensi diikuti oleh 800 peserta darin 93 negara dan 233
organisasi internasional di bidang pemberantasan korupsi. Terlibat
pula 30 kepala kejaksaan tinggi dari seluruh Indonesia, yang hadir
sebagai pengamat. Ketua Asosiasi Jia Chunwang dari China berharap
konferensi makin memantapkan pelaksanan Konvensi Anti-Korupsi PBB.
Rofiqi Hasan
============ ======
Pengadilan Filipina Sita Harta Estrada
Selasa, 06 November 2007 | 19:41 WIB
TEMPO Interaktif, Manila: Pengadilan Filipina hari ini memerintahkan
penyitaan atas harta mantan presiden Joseph Estrada, dua pekan
setelah Presiden Filipina Gloria Macapagal Arroyo mengampuni bekas
bintang film itu sehingga Estrada dibebaskan dari hukuman penjara
seumur hidup.
Meski diampuni, Sandiganbayan (Pengadilan Khusus Antikorupsi
Filipina) menilai putusan penyitaan harta Estrada tetap berlaku.
Estrada dinyatakan telah menggelapkan dana senilai Rp 728 miliar
dari judi (jueteng) ilegal dan penggelapan pajak.
Pengadilan memerintahkan Sheriff Edgardo Urieta menyita dana dalam
dua rekening Estrada senilai 700 juta peso atau sekitar Rp 146
miliar. Sebuah mansion di tepi Manila, yang diduga dibangun Estrada
untuk salah satu gundiknya, juga disita.
Sandiganbayan menetapkan bahwa harta lain juga dapat disita jika dana
di dua rekening Estrada itu tak mencukupi nilai tersebut, karena
diduga telah berkurang selama enam tahun persidangan kasus ini.
Estrada berulang kali mengatakan bahwa mansion dan dua rekening bank
itu bukan miliknya dan dia tak akan menentang penyitaan itu. Tapi,
dia menolak menyerahkan harta lainnya untuk menggenapi jumlah yang
ditetapkan pengadilan. "Anda tak dapat mengambil harta yang saya
peroleh sebelum menjadi presiden," kata Estrada kepada Urieta dalam
perbincangan yang disiarkan radio Manila, DZBB.
============ ========= =====
http://www.gatra. com/artikel. php?id=109610
Tommy Soeharto Digugat Rp 500 Miliar Lebih
Jakarta, 19 November 2007 15:30
Tommy Soeharto bersama sejumlah petinggi PT Goro Batara Sakti (GBS)
dan Bulog, digugat lebih dari Rp 500 miliar, dalam kasus tukar guling
antara GBS dengan Bulog.
Tim Jaksa Pengacara Negara (JPN) yang mewakili Bulog dalam sidang
pembacaan gugatan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin,
menegaskan nilai gugatan itu didasarkan pada kerugian materil,
imateril, dan bunga yang ditanggung Bulog akibat perjanjian tukar
guling dengan GBS.
Gugatan perdata dialamatkan kepada empat pihak atas perbuatan melawan
hukum dalam tukar guling antara Bulog dengan PT GBS.
Keempat pihak itu adalah PT GBS, Hutomo Mandala Putra selaku
Komisaris Utama PT GBS, Ricardo Gelael selaku Direktur Utama PT GBS,
dan Beddu Amang selaku Kepala Bulog.
Tim JPN yang diketuai Yoseph Suardi Sabda menyatakan, pada 11 Agustus
1995 telah diadakan perjanjian tukar guling antara Bulog yang
diwakili Beddu Amang dan GBS yang diwakili Tommy Soeharto dan
Ricardo Gelael.
Perjanjian itu dinilai merugikan Bulog sebesar Rp15 miliar karena
Bulog harus membatalkan perjanjian dengan PT Graha Mutu Pertiwi atau
PT Graha Bhakti Abadi.
Perjanjian itu kemudian diikuti tindakan GBS atas sepengetahuan
Beddu, Tommy, dan Ricardo, untuk membongkar dan mengosongkan gudang
Bulog di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, yang kemudian
dijadikan kawasan perkulakan Goro Batara Sakti pada Januari 1996.
Pembongkaran itu dinilai JPN telah merugikan Bulog sekitar Rp 23,5
miliar.
Surat gugatan yang dibacakan secara bergantian juga menyebutkan GBS
telah melakukan pembongkaran terhadap 11 unit gudang milik Bulog
dalam kurun waktu Februari 1996 sampai Oktober 1996, yang diduga
merugikan Bulog sekitar Rp 7 miliar.
GBS kemudian menggunakan satu unit gudang Bulog sebagai kantor.
Perbuatan ini dinilai merugikan Bulog sebesar Rp 3,18 miliar.
Menurut JPN, barang hasil bongkaran itu kemudian dipindahkan ke
gudang lain yang disewa GBS. Pemindahan itu menggunakan uang Bulog
hingga mencapai Rp 6,2 miliar untuk membayar sewa gudang.
Selain itu, GBS menjual barang hasil bongkaran, yang diperkirakan
merugikan Bolug sekitar Rp 500 juta.
JPN mencatat, uang Bulog sebesar Rp 23 miliar digunakan untuk
membayar tagihan i Bank Bukopin, karena utang GBS kepada bank
tersebut tidak pernah dibayar.
Kemudian JPN juga menyatakan GBS telah menggunakan uang Bulog sebesar
Rp 32,5 miliar untuk membeli tanah.
JPN menilai perbuatan GBS dan para petingginya itu telah merugikan
negara, dalam hal ini Bulog, secara materil hingga Rp 244,2 miliar.
Angka itu diperoleh setelah ditambah dengan kerugian Bulog karena
kehilangan keuntungan sebesar 12 persen per tahun, selama 10 tahun.
Selain itu, Bulog juga mengalami kerugian immateril yang diperkirakan
mencapai Rp 100 miliar.
"Kerugian immateril berupa hilangnya kepercayaan masyarakat," kata
Yoseph.
Melalui JPN, Bulog juga menuntut pembayaran bunga menurut hukum
sejumlah enam persen per tahun, selama sepuluh tahun, yang mencapai
Rp 344,2 miliar.
Menanggapi gugatan itu, pengacara Tommy Soeharto, Elza Syarief
mengatakan, kliennya tidak bisa diseret dalam perkara tersebut.
Alasannya, menurut Elza, Tommy telah dinyatakan bebas dan tidak
bersalah oleh Mahkamah Agung dalam proses pidana perkara tukar guling
tersebut.
"Ini kan bebas murni, jadi tidak bisa," kata Elza. [TMA, Ant]
============ ========= ========= ==
Gugatan Perdata Terhadap Goro dibacakan
Senin, 19 November 2007 | 13:19 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta:Tim Jaksa Pengacara Negara yang dikoordinir
oleh Direktur Perdata Kejaksaan Agung, Yoseph Suardi Sabda membacakan
gugatan perdata terhadap empat tergugat dalam kasus ruislag gudang
dan tanah antara PT Goro Batara Sakti dan Badan Urusan Logistik.
Empat tergugat itu antara lain adalah, PT Goro Batara Sakti sebagai
tergugat I, Bekas Komisaris Goro, Hutomo Mandala Putra alias Tommy
Soeharto sebagai tergugat II, Bekas Direktur Utama Goro, Ricardo
Gelael tergugat III, dan Bekas Kepala Bulog, Beddu Amang sebagai
tergugat IV.
Dalam sidang pembacaan gugatan yang dipimpin oleh Hakim Ketua
Haswandi, pihak Bulog yang diwakili oleh kejaksaan menyatakan bahwa
para tergugat sudah melakukan pemufakatan yang menyebabkan kerugian
negara.
"Selain itu tukar guling itu tidak dilakukan sesuai kapasitasnya, "
kata Yoseph dalam sidang yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan, Senin (19/11).
Sebelumnya, gugatan perdata kepada Tommy Soeharto ini terkait adanya
perbuatan melawan hukum pada saat tukar guling Gudang antara PT Goro
Batara Sakti dengan BULOG. Menurut dia ada ketidakwajaran yang
merugikan pemerintah dan tukar guling tersebut.
"Uang pemerintah dipakai oleh Tommy untuk ruislag Gudang, namun
setelah gudang didapatkan, uang pemerintah tersebut ternya tidak
dupergunakan untuk itu," katanya. Sehingga, lanjut dia, "uang dapat
gudang juga dapat."
Berdasarkan draft gugatan perdata terhadap Tommy Soeharto terkait
tukar guling Goro dan Bulog kejaksaan akan menggugat Pangeran Cendana
itu dengan nominal ganti rugi sebesar Rp 400 Miliar. Menurut Direktur
Perdata Kejaksaan Agung, Yoseph Suardi Sabda, gugatan pemerintah
secara merinci materil senilai Rp 100 Miliar dan secara imateril Rp
300 miliar. Sandy Indra Pratama
============ =====
Tommy Suharto Accused of Dominating Bulog's Assets
Tuesday, 20 November, 2007 | 13:23 WIB
TEMPO Interactive, Jakarta: The team of state prosecutors,
coordinated
by the Attorney General's Office (AGO) Civil Director, Yoseph Suardi
Sabda, read the charge against the four sides in the warehouse and
land swap case between PT Goro Batara Sakti and State Logistics
Agency (Bulog), yesterday (19/11).
The four defendants are PTGoro Batara Sakti, former Goro
Commissioner, Hutomo Mandala Putra a.k.a Tommy Suharto, former Goro
Managing Director, Ricardo Gelael and former Bulog Head, Beddu
Amang. "The defendants were in conspiracy causing a loss to the
state," said Yoseph during a trial held in South Jakarta District
Court.
In the trial chaired by the chief of the panel of judges Haswandi,
AGO
charged Tommy and the companies with compensation of more than Rp550
billion. According to Yoseph, the details regarding the amount
comprised material losses of Rp244 billion and immaterial losses of
Rp100 billion plus the interest of Rp206.5 billion which must be paid
collectively. "The six percent interest of the payment value per year
is also obligatory until the compensation is settled," he said.
Yoseph said that the swap process between Goro and Bulog was only a
cover of Tommy Suharto and Ricardo Gelael's ill will to dominate the
state-owned enterprise's assets. "Tommy only wanted to own the assets
of land, building and Bulog's capital at that time," he said. "The
swap must also be made null and void before the law."
In response to the charge, PT Goro's lawyer, Nuryanto, stated his
objection. According to him, PT Goro was declared bankrupt by the
Commerce Court in Central Jakarta District Court in July 2006. "South
Jakarta District Court isn't authorized to handle this case," he
said.
Tommy Suharto's lawyer, Elza Syarief, instead planned a counter claim
against PT Bulog in this case. "We'll conduct a counter claim," she
said.
SANDY INDRA PRATAMA
============ =====
Sang Penyembelih Sapi itu Memperoleh Uang Sebesar Rp 16 Milyar
Yodhia Antariksa June 16th, 2008
bull.jpgMinggu lalu dalam sebuah penerbangan malam hari dari Banda Aceh – Jakarta, saya duduk bersebelahan dengan bapak tua berusia 60-an tahun. Namanya pak Zainal Abidin. Penampilannya sungguh sangat bersahaja. Bajunya tampak lusuh dengan peci hitam tua menghias kepalanya. Ia bilang kalau hingga beberapa tahun lewat, ia menekuni pekerjaan sebagai seorang penjagal dan penyembelih sapi. Ya, di hari-hari biasa atau juga dalam setiap hari raya Idul Qurban tiba, ia dengan setia menekuni profesinya sebagai sang penyembelih sapi.
Ia bercerita kalau ia hendak berangkat umroh ke tanah suci dengan fasilitas pelayanan super VIP a la hotel bintang lima. Terus terang saya agak terkejut dengan pengakuannya ini. Dan sungguh saya lebih terkejut dan hampir terloncat dari kursi pesawat (untung saya pakai sabuk pengaman), saat ia bilang kalau baru saja ia mendapat rezeki dari Yang Diatas sebesar Rp 16 milyar. What?!! 16 milyar rupiah? Ini bukan uang yang sedikit lho pak. Bisa buat beli helikopter.
Lalu dari mana pak Zainal memperoleh rezeki nomplok sebesar itu? Mari kita simak kisahnya. Sejak tahun 80 hinggan 90-an lalu, Pak Zaenal bilang kalau ia selalu rajin menyisihkan penghasilannya untuk membeli tanah sepetak demi sepetak. Dan kita tahu, dalam era konflik saat itu harga tanah di bumi Rencong relatif murah. Namun pak Zainal ternyata punya keyakinan positif : suatu saat bumi Naggroe Atjeh Darussalam, tempatnya berpijak, pasti akan dilimpahi kemakmuran. Begitulah dengan keyakinan itu, ia pelan-pelan selalu menyisihkan tabungannya buat membeli tanah dipinggiran desa penuh rawa hingga seluas 8000 meter persegi. Rata-rata harganya hanya Rp 20,000 per meter persegi.
Ternyata visi investasi Pak Zainal (wah Pak Zainal sendiri mungkin tak tahu apa itu visi investasi….) benar dan sangat akurat. Selepas tsunami dan kesepakatan damai, uang trilyunan rupiah mengalir ke Serambi Mekah. And thanks God, kebetulan tanah rawa punya Pak Zainal masuk area perluasan jalan raya tembus antar kabupaten. Begitulah, akhirnya disepakati tanah seluas 8000 meter persegi itu dibeli oleh Pemda Aceh seharga Rp 2,000,000,- per meternya. Alhasil, fulus sebesar Rp 16 milyar dengan sukses masuk ke kantong baju Pak Zainal.
Lalu, apa yang bisa kita pelajari dari kisah dramatis ini? Setidaknya ada tiga poin pelajaran penting tentang financial planning yang bisa kita petik dari kisah Sang Penyembelih Sapi ini.
Poin yang pertama adalah sebuah konsep yang dalam wacana wealth management disebut sebagai exponential income growth. Atau pertumbuhan pendapatan secara eksponensial. Pak Zainal membeli tanah dengan harga Rp 20 ribu dan kemudian menjualnya Rp 2 juta. Ini artinya naik seratus kali lipat atau 10,000 % !! And sorry to say, kalau Anda termasuk kelas pekerja kantoran, Anda hampir tak mungkin bisa meraih pertumbuhan pendapatan secara eksponensial ini. Sebab, rata-rata kenaikan gaji karyawan per tahun hanyalah 10 % (ini pun sudah tergerus oleh laju inflasi). Kalaulah gaji Anda 10 juta per bulan, Anda perlu waktu 133 tahun untuk mengumpulkan uang sebesar 16 milyar (dan saat itu, Anda pasti sudah berubah menjadi tulang belulang di alam baka sana). Poinnya jelas : untuk memperoleh exponential income growth, Anda mesti memiliki bisnis sendiri atau melakukan investasi atas aset produktif (seperti tanah, properti, atau saham).
Poin pelajaran yang kedua adalah apa yang kini lazim disebut sebagai passive income. Bahasa kerennya : membiarkan uang bekerja untuk Anda, dan bukan Anda bekerja mati-matian untuk mencari uang. Pak Zainal bercerita, kalau uangnya tersebut sebagian telah disimpan di deposito, sebagian dibagikan kepada anak-anaknya, dan sebagian diinvestasikan kembali dalam bentuk properti dan tanah (dan sebagian lagi dipakai untuk umroh dengan fasilitas super VIP….). Kalaulah yang didepositokan 10 milyar, dengan asumsi bunga 1% per bulan, maka tiap bulan Pak Zaenal bisa menerima uang sebesar Rp 100 juta……dan uang ini akan terus mengalir tanpa dirinya bekerja. Sepanjang hari, pak Zaenal bisa tidur leyeh-leyeh atau menggembalakan sapi di pinggir sawah. Sementara sebagian dari kita, sekedar untuk mendapatkan 5 juta per bulan pun harus bekerja keras, berangkat dari rumah jam 6 pagi, pulang selepas Isya. Dan dikantor dimarahin bos lagi. Sementara dijalanan terjebak macet sambil kena damprat kondektur metromini……(duh Gusti, nasib, nasib….).
Poin pelajaran yang terakhir adalah apa yang disebut sebagai financial freedom atau kebebasan finansial. Dengan uang sebesar 16 milyar rupiah, pak Zaenal tak perlu risau lagi tentang masa depan anak dan cucunya hingga tujuh turunan. Ketika harga BBM terus melambung, banyak orang mengeluh, protes dan membakar ban dijalanan (emang setelah ban dibakar, sim salabim, harga BBM bisa kembali turun?). Mungkin akan jauh lebih baik jika energi untuk mengeluh dan protes itu disalurkan untuk meningkatkan income growth guna meraih financial freedom – persis seperti yang ditunjukkan pak Zaenal itu. Dengan financial freedom, kita tak perlu lagi panik setiap kali diguncang oleh kenaikan harga bahan pokok dan BBM. Kelak, ketika harga bensin menjadi Rp 20,000 per liter, pak Zaenal mungkin akan tetap tenang-tenang saja……bisa tetap tidur leyeh-leyeh sambil menggembalakan sapi di pinggir sawah.
Itulah tiga poin pembelajaran finansial yang bisa kita petik dari sang Penyembelih Sapi dari Aceh ini. Malam kian larut, dan dari balik kabin pesawat, lamat-lamat terdengar suara mesin turbo jet Boeing seri 737 yang kami tumpangi. Ketika saya menoleh ke sebelah, ternyata pak Zaenal telah tertidur lelap, sementara pecinya yang lusuh agak miring ke kanan. Saya melihat segaris senyum tersungging di bibirnya. Ah, malam itu pak Zenal mungkin tengah terlelap dalam buaian mimpi yang indah. Inilah sepotong impian tentang hidup yang berkelimpahan dengan rasa syukur yang terus mengalir tanpa henti……
No comments:
Post a Comment