Friday, June 20, 2008

" Seperti Apa Anda Mengukir Sejarah? "




"The difference between a successful person and others is in a lack of will" ~ Vince Lombardi, 1913-1970, American Football - Coach

Kebanyakan manusia cukup puas hanya dengan lahir - hidup - dan lalu meninggal.

Hingga akhirnya yang tertinggal hanya 3 baris di batu nisannya : Si X, lahir tanggal sekian, meninggal tanggal sekian.

Inginkah kita menjalani hidup apa adanya seperti ini?

Seperti apa Anda mengukir sejarah?

Ada 3 hal yang bisa membedakan Anda dengan kebanyakan orang dalam mengukir sejarah, yaitu... Kemauan, Keilmuan dan Kesempatan.

1. Kemauan

Kemauan menjadi kata kunci yang paling penting dalam menentukan sejarah hidup kita.

Anda mau menjadi apa? Seperti apa? dan di mana? Tentunya hanya Anda yang paling mengetahuinya!

Cobalah untuk mencatat semuanya. Baik itu melalui memori, diary, atau melalui selembar kertas sekali pun! Anda pasti punya kemauan!

Jangan pernah katakan Anda tidak punya kemauan. Hidup itu terlalu pendek. Kalau kita sudah mati, kita tidak bisa punya kemauan kecuali udah mati kita jadi ZOMBIE! :-)

2. Keilmuan

Percaya, segala sesuatu itu pasti ada ilmunya!

Jika kita punya kemauan dan memiliki ilmunya, maka segala usaha akan tercapai dengan lebih baik.

Itu sebabnya kita harus mau belajar dan belajar. Kita bisa belajar dimana saja, kapan saja, dan
dengan siapa saja.

Ingat, tidak pernah ada kata terlambat untuk belajar, mengenal, memahami, dan mengamalkan
sesuatu hal yang bermanfaat bagi kehidupan Anda, dan mungkin juga untuk orang lain.

Dan satu lagi....

3. Kesempatan

Jika kemauan ada, keilmuan ada, maka tinggal kesempatanlah yang memutuskan apakah Anda
bisa mengukir sejarah dengan baik atau tidak.

Kesempatan ini bisa datang dari mana saja, tergantung kecekatan kita dalam memanfaatkan
setiap peluang yang ada.

Kita tahu, seringkali kesempatan itu hadir, tapi kita tidak mampu memanfaatkannya dengan benar, karena keilmuannya kurang, meski keinginan kita itu sebenarnya sudah besar.

Jika ini terjadi, tidak jarang orang menyesal dan kadang menjadi berfikir bahwa nasib selalu tidak berpihak padanya.

Sebenarnya tidak demikian! Dia hanya tidak tahu bagaimana cara menyatukan 3K! Yaitu
kemauan, keilmuan dan kesempatan!

Nah, sekarang Anda tahu, apa yang harus dilakukan untuk bisa mengukir sejarah dengan baik dalam hidup Anda!

Padukan antara kemauan, keilmuan dan kesempatan. Jika kemauan sudah ada, keilmuan sudah ada, maka kesempatan itu sebenarnya bisa dicari dan diupayakan!

Dan percaya... ketika ketiga unsur ini berpadu dalam diri Anda, maka sejarah kebesaran tentang Anda telah dimulai...

Selamat mencoba! :-)



Album Paling Meledak !

Dibayangi rasa resah karena rumah tak kunjung terwujud, saya tetap bersyukur atas prestasi yang saya raih. Tentu saja orang-orang yang paling berbahagia dengan prestasi saya adalah keluarga. Papi dan Mami bolak-balik mengungkapkan rasa salut pada saya. Pada satu kesempatan Papi bicara pada saya dengan blak-blakan. Dia mulai memahami kenapa saya dulu begitu keras kepala. Bagi saya pengakuan Papi - lagi-lagi - seperti cambuk yang melecut saya untuk menghasilkan karya lebih baik lagi.

Seperti disiram energi dahsyat, saya melaju terus. Tahun itu juga, saya kembali menggarap album baru. Saat itu, saya melihat pengaruh yang besar pada dunia musik. Musik-musik riang pengantar dan marak di pasaran.

Meskipun saat itu lagu-lagu mendayu tetap mendapat tempat. Misalnya saja, JK Record amat berkibar dengan sejumlah penyanyi wanita yang melantunkan lagu-lagu pop manis seperti Ria Angelina, Lidya Natalia, dan Helen Sparingga. Namun, dominasi lagu ber beat riang terlihat lebih menguasai pasar.

Fenomena itu mengilhami saya untuk segera membuat warna baru pada album selanjutnya. Saya kembali mengajak musikus muda untuk bergabung. Pada pemikiran saya, musikus muda yang tengah hangat menikmati sensasi fenomena musik yang sedang tren, pasti mampu mengadopsi dengan baik semangat musik yang “in” saat itu.

Siapa yang saya ajak? Tak lain adalah Adjie Soetama. Musikus muda yang sering saya temui di rumah Raidy Noor. Adjie amat mewakili gairah musik anak muda saat itu. Saya sempat memperhatikan permainan keyboard-nya di rumah Raidy. Cara bermain Adjie Soetama sungguh spontan, simpel tapi menghasilkan semangat.

Tidak seperti angkatan saya dulu yang terlalu banyak merenung, mempertimbangkan, dan menghasilkan karya-karya klasik, Adjie justru merespons ide dengan tindakan sederhana yang jitu. Barangkali beginilah generasi baru menyikapi musik. Adjie terbilang brilian menghasilkan lagu-lagu yang easy listening dan mudah diingat orang.

Adjie sangat bersemangat ketika saya mengajaknya. Meskipun, di awalnya, dia sempat kaget dan memandang saya dengan paras tak percaya.
“Mas Chrisye jangan bercanda!” katanya melebarkan mata.
Saya tertawa. “ini ajakan sungguhan. Dan, jangan panggil saya dengan ‘Mas’!”

Saya mudah akrab dengan Adjie yang berpembawaan jenaka. Adjie memiliki latar belakang yang mirip dengan Addie. Dia adalah penikmat musik sejak SMA, dan menghabiskan banyak waktunya menggumuli musik dengan musikus-musikus muda. Inilah mungkin yang membedakan musikus-musikus di era saya dengan zaman sekarang. Saat ini cukup banyak bintang pendatang baru yang lahir seperti peluru keluar dan pistol. Melesat tiba-tiba dan langsung meledak.
Dulu, musikus atau penyanyi dimatangkan oleh komunitas. Kami berjuang menapaki pelataran musik dengan menggembleng diri lewat pergaulan antar musisi. Bisa mengobrol bareng, dan syukur-syukur bisa nongkrongin latihan atau diajak manggung. Cara magang alamiah ini akhirnya bukan saja mematangkan kami, tapi juga menumbuhkan mentalitas yang tangguh untuk bertahan di musik, dalam kondisi paling sulit sekali pun. Rasa setia kawan pun membuat iklim kreativitas menjadi hangat dan mesra.

Dengan Adjie, walau terpaut usia cukup banyak, saya merasa sangat dekat. Saya suka caranya bekerja yang selalu diwarnai spirit meletup dan guyonan yang tak habis-habis. Awal tahun 1985 kami sudah berkutat di studio. Saya kini benar- benar terlepas dan bantuan Eros Djarot. Addie MS sudah sibuk dengan proyek rekaman album Vina Panduwinata dengan Jackson Record. Namun ia berjanji akan membantu proses kreatifnya.

Adjie membuatkan lirik bagi sejumlah lagu yang saya ciptakan. Diantaranya, Hura-Hura, Cita-Cita, Cinta Kita, Masa Remaja, Tiada Lagi Duka, dan Bunda Tercinta. Guruh juga menyumbang lagu berjudul Merdeka Menari. Sementara, pencipta lagu, Dadang S. Manaf (kakak Ahmad Dhani) memberikan lagu Selamat Tinggal Sayang.

Sesuai dengan konsep yang ingin saya buat, mood aransemen lagu ini dibuat riang dan sangat cheerful. Suasana pembuatan album ini benar-benar seceria lagu-lagunya. Saya dan Adjie mengundang sejumlah musisi untuk membantu. Chandra Darusman muncul dengan senang hati. Addie, tiba-tiba juga punya waktu dan menyatakan kesediaannya membantu dengan keyboard. Raidy Noor sudah pasti membantu penuh dengan gitar. Adjie juga mengajak Herman Gelly untuk piano akustik dan keyboard. Saya terkaget-kaget dengan bala bantuan yang datang membanjir.

Sebuah proses penggarapan lagu yang sarat dengan tawa. Baru kali ini, saya bekerja dengan suasana penuh guyon dan tawa ngakak. Saking edannya, aransemen kami garap rame-rame. Saya biarkan saja kondisi ini berjalan dengan alamiah. Ternyata, asyik juga bekerja jauh dari sepi. Meski demikian, tetap, studio dalam kondisi terkunci dan tidak ada satu orang pun yang tidak berkepentingan boleh masuk.

Sampai sejauh itu, kami belum menemukan nomor jagoan. Semua lagu kami suka. Justru itu yang membuat kami bingung menentukan lagu andalan.

Suatu ketika, Adjie angkat bicara.
“Gue boleh kan ngajuin lagu gue?” cetusnya.
“Ayo deh, nyanyiin!” pinta saya.
Adjie dengan penuh percaya diri mulai melantunkan melodinya. Dengan lafal du, du, du... melodi yang dilantunkan Adjie mula-mula terasa basi. Kami tertawa. Adjie tak tersinggung.
“Ayo, coba deh pake musik!” katanya.
Kami memainkan musik. Masih terasa biasa-biasa saja.
Adjie tak patah semangat. ia segera menggarap sendiri liriknya. Hanya itu juga kami mengolah lagu Adjie. Sampaj larut malam. Lagu yang sangat sederhana itu kami anggap penambah, untuk melengkapi album. Adjie cukup bahagia lagu ciptaannya ikut serta.

_____

Adjie amat mewakili gairah musik anak muda saat itu.
Cara bermain Adjie Soetama sungguh spontan,
simpel tapi menghasilkan semangat.

Tidak seperti angkatan saya dulu
yang terlalu banyak merenung, mempertimbangkan,
dan menghasilkan karya-karya klasik,
Adjie justru merespons ide dengan tindakan sederhana yang jitu.

With money, Obama to try to widen the battleground

By LIZ SIDOTI, Associated Press Writer 44 minutes ago

WASHINGTON - Barack Obama faced two critical questions: where to play and how to pay. To answer both, the Democrat reversed course to become the first candidate to reject $85 million in public money for the general election.
ADVERTISEMENT

The decision will allow the record-shattering fundraiser to raise and spend as much as he wants — and, thus, implement his strategy to expand the Electoral College playing field.

Shortly after announcing that he would rely on his vast network of private donors, Obama launched a bold new advertising campaign that signaled a desire to compete in a mix of traditional battleground states and Republican strongholds while trying to win over independents and disaffected Republicans after eight years of President Bush.

"America is a country of strong families and strong values. My life's been blessed by both," Obama says in the ad slated to run in 18 states. "If I have the honor of taking the oath of office as president, it will be with a deep and abiding faith in the country I love."

In its images and in its words, the 60-second commercial that opens Obama's general election campaign seeks to introduce the first-term Illinois senator to voters. It also positions him more toward the center of the electorate by emphasizing universal issues of family and values while addressing some of his political vulnerabilities.

Obama is seeking to become the first black president and race has proved a hurdle; he reminds voters he's of mixed race with pictures of his white Kansas mother and grandparents though none of his black Kenyan father. He also emphasizes his modest, middle-class upbringing, an attempt by the Harvard-educated senator to counter the notion that he's an elitist and to connect with working-class voters who largely preferred rival Hillary Rodham Clinton during the primaries. With a flag pin on his lapel, Obama tries to allay concerns about his patriotism as well.

The campaign chose to compete, at least for now, in 11 swing-voting states — Colorado, Florida, Iowa, Michigan, Missouri, Nevada, New Hampshire, New Mexico, Ohio, Pennsylvania and Wisconsin — and seven others that have reliably voted for Republican presidential candidates in the past several elections — Alaska, Georgia, Indiana, Montana, North Carolina, North Dakota and Virginia.

With his newfound financing freedom, Obama intends to test his theory that his appeal allows him to make Democrats competitive in states the party typically ignores, particularly in the South and Mountain West, and thereby give Democrats a better chance to rack up the 270 electoral votes needed to win the White House.

It's possible that Obama doesn't expect to be competitive in all of his initial target states come the fall. He may simply be going on the air in some of them now to see whether he can move poll numbers to close any advantage the Republican candidate, John McCain, may have simply because he's a Republican. At the very least, Obama can force McCain, who will accept public funding and the spending limits that come with it, to spend money in states Republicans have long viewed as safe.

McCain, for his part, is running ads in 11 states, most of which are states where Obama also now is on the air.

Overall, Obama's decision to opt out of the Watergate-era public financing system puts him at an incredible advantage over McCain, who is lagging in fundraising.

With his announcement, the Democrat reversed an earlier stance.

In a questionnaire last year, Obama answered "yes" when asked: "If you are nominated for president in 2008 and your major opponents agree to forgo private funding in the general election campaign, will you participate in the presidential public financing system?" He added: "I will aggressively pursue an agreement with the Republican nominee to preserve a publicly financed general election."

Obama described the public financing system as "broken" when he announced his decision to supporters. But even watchdog groups that have advocated for Obama-backed changes in campaign law said the presidential public financing system is one feature of the law that is working properly.

"A million dollars a day doesn't look to me like chicken feed," said Michael Malbin, director of the nonpartisan Campaign Finance Institute, who said the system likely would have worked well again this year.

Malbin also said there's been no development within the financing system that could account for Obama changing his mind.

By rejecting the public money, Obama can now raise millions just as he has in the primary campaign. As of the end of April, he had amassed more than $265 million in contributions. He was expected to reveal his May fundraising in a report to the Federal Election Commission on Friday.

McCain, on the other hand, had raised only $115 million as of the end of May. Both candidates rejected public financing for the primaries, allowing them to raise and spend money until their party conventions in late summer.

On Thursday, McCain said he will accept the public money, which means he can't accept private contributions for his campaign.

Still, Obama's clear financial advantage over McCain is offset in part by the resources of the Republican National Committee, which has far more money in the bank than its Democratic Party counterpart. Both national parties can spend money on behalf of the presidential candidates.



"Bodoh" dan "Masa"

Pekan lalu ada diskusi menarik bersama sejumlah jenderal purnawirawan
Angkatan 1945. Tokoh yang amat saya hormati yang hadir meramaikan
diskusi antara lain Pak Kharis Suhud, Ketua MPR 1987-1992.

Topik paling menarik diskusi itu tentang martabat bangsa yang makin
turun. Salah satu penyebabnya "pelanggaran" terhadap keutuhan wilayah
RI jika DCA (defence cooperation agreement) dengan Singapura disepakati.

Bagi para pendiri republik, termasuk Pak Kharis Suhud, keutuhan
wilayah NKRI merupakan harga mati. Ingat, tak semua provinsi secara
sukarela bergabung dengan RI sejak Proklamasi 1945.

Pemberontakan pecah di mana-mana, dari Maluku sampai Aceh, dari
Kalimantan sampai Pasundan. BK (Bung Karno) diganduli problem
pembebasan Irian Barat yang baru selesai pada periode Pak Harto.

Pelajaran terpenting: jangan "bermain api" dengan keutuhan wilayah
sendiri. Timor Timur lepas tahun 1999 dan pemerintah malah berunding
dengan GAM.

Saya tak percaya teori muluk tentang a borderless world (dunia tanpa
batas). Ideologi mengenai the end of nation state (berakhirnya negara
bangsa) cuma gombal belaka.

Kini malah muncul keyakinan baru globalisasi justru merugikan
kepentingan nasional negara Dunia Ketiga—seperti RI. Apalagi daya
saing RI makin kurang kompetitif.

Warga Korea Selatan justru merindukan penyatuan kembali bangsa mereka
di Selatan dengan yang di Utara meniru reunifikasi Jerman 1989. Korea
yang bersatu bisa kuat seperti China atau India.

Banyak warga Rusia yang menyesali bubarnya Uni Soviet tahun 1991.
Apalagi NATO belum juga bubar dan rudal-rudal nuklir AS akan digelar
di beberapa negara bekas Eropa Timur.

Jadi benarlah para jenderal purnawirawan Angkatan 1945 yang merisaukan
DCA dengan Singapura. Nasib DCA itu sendiri, termasuk perjanjian
ekstradisinya, ibaratnya "maju kena, mundur kena".

Dalam sejarah RI, perjanjian keamanan selalu jadi isu sensitif, antara
lain justru karena jadi ancaman terhadap keutuhan wilayah. Bukan
isapan jempol ada negara-negara tertentu yang ingin RI terpecah-belah.

Juga bukan khayalan bahwa posisi geopolitik RI amatlah strategis. Lagi
pula perairan negara kepulauan ini jadi pusat lalu lalang urat nadi
perdagangan regional serta internasional.

Kabinet pimpinan PM Sukiman Wirjosandjojo (1951-1952) dijatuhkan
parlemen akibat kontroversi MSA (mutual security agreement) RI-Amerika
Serikat (AS). Sejak itu RI pantang dijadikan boneka negara mana pun.

BK penggagas KAA (Konferensi Asia-Afrika) Bandung 1955 yang menolak
Perang Dingin. Bung Hatta peletak dasar-dasar politik luar negeri RI
yang bebas dan aktif.

Pemberontakan PRRI/Permesta sampai kini meninggalkan luka sejarah.
Bukti-bukti empiris menunjukkan Barat bersekongkol mau mendongkel BK
lewat elemen-elemen politik dalam negeri.

BK alergi terhadap pakta militer di Asia, seperti SEATO, ANZUS, atau
FPDA. Politik konfrontasi dipicu ambisi Inggris yang mau mendirikan
pangkalan militer di Singapura.

Perlu dikemukakan juga pentingnya Deklarasi Djuanda 1957, yang
Desember ini genap 40 tahun. Deklarasi ini berbicara tentang konsepsi
negara kepulauan yang mempertegas komitmen menjaga keutuhan wilayah RI.

Dengan latar belakang itulah, makin banyak kalangan, termasuk Pak
Kharis Suhud dan rekan-rekannya, yang prihatin dengan turunnya
martabat bangsa. Ironisnya, martabat itu jatuh karena kita sendiri.

Berita terakhir tentang anjloknya martabat adalah kekalahan timnas
PSSI 0-7 dari Suriah. Di Jakarta pekan lalu Suriah mempermalukan
timnas 4-1 sehingga kekalahan total jadi 1-11.

Hasil itu mencerminkan prestasi bangsa ini setara dengan Vanuatu,
Palau, atau Maladewa. Asal tahu, perolehan medali RI di Asian Games
2006 di Qatar di bawah Filipina, Singapura, dan Mongolia.

Prestasi itu mencerminkan anomali di PSSI yang masih berlangsung
sampai detik ini. Kok Ketua Umum Nurdin Halid yang masuk bui enggan
mundur dari jabatannya sesuai permintaan FIFA?

Perilaku Nurdin mencerminkan penyakit sistemik "kebiasaan menyangkal"
(denial habit). Sebagian warga Pondok Indah menyangkal kenyataan jalan
raya bukanlah milik pribadi.

Mereka yang terlibat skandal BI (Bank Indonesia) tak merasa dana yang
diselewengkan sebagai milik rakyat. Tak heran sempat muncul istilah
dari Ketua BPK Anwar Nasution bahwa BI "sarang penyamun".

Para pengacara dan anggota DPR 1999-2004 yang diduga terlibat skandal
tentu akan terus menyangkal telah menilep uang rakyat. Ini mah bukan
cerita baru.

Pengkhianat jadi pahlawan, Bung Tomo belum pantas. Pengguna narkoba
berperan sebagai pemberi testimoni yang mengingatkan akan bahaya narkoba.

Banyak yang amok TKI disiksa warga Malaysia. Namun, tak ada yang
peduli para "pahlawan devisa" diperas dubes sendiri atau saat turun
pesawat di Bandara Soekarno-Hatta.

Panjang jalan, jumlah kendaraan, amdal, separator, sampai busway
disalahkan. Tetapi, nyaris tak ada pengemudi yang taat aturan.

Dan hal yang paling menyedihkan adalah tak ada yang mampu—atau sudah
tak mau—berbuat apa-apa lagi. Semuanya "masa bodoh".

"Bodoh"? Ah, "masa" sih?


Global Warning atau Gombal Warning*

Kambing (Hitam) dan (m)Bebek Di Pesta Pora Para
Serigala?

Andreas Iswinarto

Vandhana Shiva seorang cendekiawan India terpandang
dan seorang aktifis sosial dunia menyatakan “dengan
menolak menandatangani Protokol Kyoto, Presiden Bush
telah melakukan tindak terorisme ekologis pada
sejumlah besar komunitas yang barangkali akan lenyap
dari muka bumi karena pemanasan global. Sedangkan di
Seattle, WTO dijuluki World Terorist Organisations
(Organisasi Teroris Dunia) oleh para demostran, sebab
kebijakan yang menyangkal hak kelangsungan hidup
jutaan orang”..

Mempertahankan ‘gaya hidup’ Amerika lah yang menjadi
dasar Presiden Bush dan juga pemerintahan Australia
untuk tetap bebal menolak menandatangi Protokol
Kyoto. Protokol Kyoto adalah tindak lanjut dari
Konvensi Perubahan Iklim, yang menetapkan target
penurunan emisi sebesar 5% untuk menstabilkan
konsentrasi gas rumah kaca. Mempertahankan ‘gaya
hidup’ ini jugalah yang menyebabkan rendahnya komitmen
negara-negara maju untuk memecahkan persoalan genting
ini.

Sesungguhnya di balik ‘gaya hidup’ Amerika inilah
tersembunyi ketamakan dan keserakahan. Mahatma Gandhi
memperingatkan “Bumi cukup untuk memenuhi kebutuhan
kita semua, namun ia tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan segelintir orang yang tamak”.

Selain itu dibalik kedigjayaan perusahaan-perusaha an
multinasional dan transnasional di negara-negara
utara yang mengontrol WTO, IMF, Bank Dunia, ADB dan
lembaga keuangan internsional, berlangsung rumus
akumulasi kekayaan segelintir orang hanya mungkin
terperoleh melalui penghisapan, dan kesengsaran yang
lain..

Pemanasan Global Ancaman Bagi Perdamaian Dunia

Namun sebuah pukulan martil dihantamkan di dinding
kebekuan ini oleh Panitia Nobel Swedia. Di tengah
semakin menguatnya fakta-fakta perubahan iklim yang
menyebabkan munculnya bencana ekologi di berbagai
belahan dunia, Al Gore (mantan wakil presiden AS dan
pejuang lingkungan hidup yang gigih) dan
Intergovernmental Panel on Climate Change – IPCC
(Panel Antar Negara untuk Perubahan Iklim)
Perserikatan Bangsa-bangsa dianugerahi penghargaan
nobel perdamaian.oleh lembaga bergengsi ini.

Ini menguatkan kredibilitas IPCC yang menghimpun pakar
dan peneliti dari 130 negara, berhadap-hadapan dengan
berbagai lembaga kajian tandingan yang dibayar oleh
perusahaan-perusaha an Perusahaan Trans-Multinasional
terutama perusahaan perminyakan raksasa untuk
mematahkan temuan-temuan dan prediksi ilmiah di
seputar isu perubahan iklim.

Diantaranya Intergovernmental Panel on Climate Change
Working memperkirakan tanpa ada upaya global
mengurangi emisi memperkirakan 75-250 juta penduduk di
berbagai wilayah benua Afrika akan menghadapi
kelangkaan pasokan air pada tahun 2020. Sementara itu
kelaparan akan meluas di Asia Timur, Asia Tenggara dan
Asia Selatan.. Sementara itu area pertanian akan
mendapatkan hujan separuhnya di Afrika hingga 2020

Khusus untuk Indonesia IPCC juga menyebutkan akan
menghadapi resiko besar akibat pemanasan global.
Dimana pada tahun 2030, diprediksi akan terjadi
kenaikan permukaan air laut sebesar 8-29 cm dari saat
ini. Bila benar, Indonesia dikhawatirkan akan
kehilangan sekitar 2000 pulau-pulau kecil. Penduduk
Jakarta dan kota-kota di pesisir akan kekurangan air
bersih. Pada sejumlah daerah aliran sungai akan
terjadi perbedaan tingkat air pasang dan surut yang
kian tajam. Akibatnya, akan sering terjadi banjir,
sekaligus kekeringan yang mencekik kehidupan.

Sementara terpilihnya Al Gore memberikan ujian baginya
untuk membayar kemandulannya saat memegang jabatan
wakil presiden Amerika Serikat. Sekaligus untuk
menjadi martil bagi Gedung Putih (pemerintah Amerika
Serikat) yang hingga kini menolak menandatangani
Protokol Kyoto.

Nobel Perdamaian ini sekaligus menegaskan bahwa
perubahan iklim adalah ancaman besar bagi terwujudnya
dunia yang damai. Disisi lain mengukuhkan tindakan
pemerintah Bush yang tetap bebal menolak
menandatangani Protokol Kyoto sebagai tindak terorisme
ekologis, sebagai pernyataan perang yang tidak ada
habis-habisnya terhadap bumi dan manusia.

Negara-negara utara adalah negara-negara yang rakus
mengkonsumsi energi, dan Amerika Serikat adalah yang
paling rakus.

Penduduk Amerika, Kanada, dan Eropa yang hanya 20,1
persen dari total warga dunia mengkonsumsi 59,1 persen
energi dunia, sedangkan warga Afrika dan Amerika Latin
yang 21,4 persen dari populasi dunia hanya
mengkonsumsi 10,3 persen.

Data 1990 menunjukkan, total emisi gas rumah kaca
mencapai 13,7 Gt (gigaton), yang secara berturut-turut
disumbang Amerika (36,1 persen), Rusia (17,4 persen),
Jepang (8,5 persen), Jerman (7,4 persen), Inggris (4,2
persen), Kanada (3,3 persen), Italia (3,1 persen),
Polandia (3 persen), Prancis (2,7 persen), dan
Australia (2,1 persen)

Pesta Pora Para Serigala

Saat menerima penghargaan nobel perdamaian Al Gore
menyatakan bahwa kita menghadapi kedaruratan yang
sangat serius. Ironisnya Gore menyangkal krisis iklim
sebagai isu politik yang paling genting saat ini dan
ia lebih memandangnya sebagai tantangan spiritual
untuk kemanusiaan. Nampaknya Gore ragu-ragu untuk
mengakui fakta bahwa persoalan krisis iklim global
adalah soal politik yang penyelesaiannya harus di
lakukan di arena politik di dalam pertarungan politik
yang keras.

Lebih tegas ini adalah soal ekonomi politik. Ini
adalah soal penguasaan akses ekonomi, alokasi sumber
ekonomi, dan distribusi manfaat atas sumber-sumber
ekonomi.. Ini adalah soal siapa yang memperoleh manfat
(keuntungan) , siapa yang menanggung biaya (
ekternalitas’ diantarnya adalah biaya
kerusakan/pencemara n lingkungan) Ini adalah soal
tatanan ekonomi yang tidak adil. Tatanan ekonomi
dimana ketamakan adalah keutamaan, tatanan ekonomi
dimana akumulasi kekayaan segelintir orang hanya
terjadi melalui penghisapan dan kesengsaraan
mayoritas lainnya. Inilah sistem ekonomi yang sedang
mendominasi panggung global hari ini bahkan sejak
jaman kolonialisme dan imperialisme klasik. Hari ini
sistim ini bernama Kapitalisme Neoliberal. Inilah
sistem ekonomi, dan kelembagaan ekonomi politik yang
bertumpu pada akumulai modal dan keuntungan,, sistem
kepemerintahan nasional dan global yang dikendalikan
oleh pasar.

Ini adalah HUKUM RIMBA, ini adalah PESTA PORA PARA
SERIGALA. Negara-negara selatan dan miskin dengan
segala kekayaan alamnya dan mayoritas rakyatnya,
adalah SANTAPANNYA. PESTA PORA PARA SERIGALA INI tidak
saja meninggalkan kemiskinan yang parah di kalangan
mayoritas rakyat utamanya di negara-negara selatan,
tetapi juga menimbulkan kerusakan lingkungan yang
parah di tingkat lokal dan regional. Dan pada
puncaknya kini seluruh bumi dan peradabannya harus
menghadapi ancaman bencana ekologi yang maha dasyat
akibat perubahan iklim. Ironinya rakyat di dunia
ketiga dan negara-negara selatan yang paling rentan
menghadapi ancaman bencana ini.

Negara-negara Maju/Utara terutama Amerika Serikat
adalah pihak yang paling bertanggungjawab atas
pemanasan global. Sikap keras kepala untuk
mempertahankan gaya hidup yang konsumtif, mewah dan
boros adalah sebuah tindakan pengingkaran terhadap
tanggung jawab tersebut. Bahwa kemakmuran yang mereka
nikmati hari adalah hasil dari penghisapan dan
pengerukan kekayaan alam negara-negara selatan sejak
masa kolonialisme dan imperialisme klasik hingga saat
ini. Sesungguhnya merekalah yang berhutang kepada
negara-negara Selatan. Yakni hutang sosial dan
ekologis yang diakumulasi negara-negara industri
karena perampasan sumber daya alam, kerusakan
lingkungan, pemiskinan rakyat dan pemakaian ruang alam
untuk menimbun limbah berbahaya diantaranya gas-gas
efek rumah kaca yang menimbulkan pemanasan global.

Bentuk-bentuk pengingkaran ini diantaranya dilakukan
dengan membuat kajian-kajian yang melemahkan dan
menyangkal laporan-laporan ilmiah seperti yang
dikeluarkan oleh IPCC, baik yang disponsori oleh
korporasi trans/multinasional maupun oleh aktor-aktor
di dalam pemerintahan. Pengingkaran- pengingkaran ini
dilakukan juga melalui pemaksaan mekanisme-mekanisme
perdagangan melalui WTO yang mensubordinasikan
otoritas Perserikatan Bangsa-bangsa, serta ekspor
teknologi kotor ke negara-negara selatan.

Pengingkaran- pengingkaran ini dilakukan dengan
memberikan keleluasan dan perlindungan kepada
korporasi-korporasi trans/multinasional untuk
menjalankan bisnisnya. Kini kekuasaan Korporasi Global
telah menyaingi kekuasan ekonomi-ekonomi
negara-negara.

Dari 100 pelaku ekonomi terbesar dunia, 52 diantaranya
adalah Korporasi Global. Oleh karena itu tanggungjawab
dan regulasi juga harus dilekatkan kepada
korporasi-korporasi ini.

Politik pengingkaran ini kemudian dilakukan dengan
mengkambing hitamkan negara-negara industri baru
seperti Cina, India, Meksiko, Brazil sebagai penyebab
utama pemanasan global. Demikian politik kambing hitam
ini ditujukan kepada negara-negara seperti Indonesia
yang belum lama ini dianugerahi gelar emitor ke-3
tertinggi emisi gas rumah kaca karena kebakaran lahan
dan hutan. Politik kambing hitam ini juga bisa dilihat
dengan mengalihkan tanggungjawab mereka untuk
mengurangi emisi di negaranya dengan bantuan untuk
penghutanan di negara berkembang atau melalui
mekanisme perdagangan karbon.

Pada akhirnya alih-alih mengakui hutang ekologis
mereka menggunakan intrumen hutang luar negri dan
investasi asing untuk melakukan kontrol, penaklukan
terhadap kedaulatan ekonomi negara-negara selatan.
Mereka menafikan bahwa kucuran dana baik hutang luar
negri maupun kredit ekspor mereka ikut andil
mengkronstruksikan ekonomi yang eksploitatif dan
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup. Termasuk
diantaranya sistim bioful estate, industri pembangkit
listrik tenaga nuklir, rekayasa genetik.

Jerat hutang luar negeri ini lah yang akhirnya
menjadikan penguasa di negara-negara berkembang
(m)BEBEK saja kepada kepentingan negara-negara utara.
Disamping tentunya mental untuk mengejar rente ekonomi
yang menjanjikan dari proyek-proyek hutan dan proyek
‘perubahan’ iklim yang tidak memihak kepada
kepentingan mayoritas rakyat yang hidupnya bertumpu
pada hutan. Begitulah, rezim yang kini berkuasa di
negeri adalah juga undangan VIP dan sekaligus tuan
rumah pesta pora ini????

* meminjam sinisme di kaos yang dibikin kawan-kawan
muda sahabat lingkungan

_

Korupsi yang tidak kenal malu
Besarnya pungutan liar seputaran para buruh migran

“Jumlah uang suap yang mengalir untuk mengurus dokumen calon buruh migran Indonesia besarnya mencapai Rp 20 – 40 ribu per dokumen atau berkas…” ujar Taufiequrachman Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi. Bisa di bayangkan berapa uang yang bereder hasil dari pungutan liar pengurusan dokumen ini yang masuk kocek aparat pemerintah dari daerah sampai pusat.

“Kalau bisa dipersulit, kenapa harus dipermudah” merupakan motto pembenaran bagi sebagian besar aparat pemerintah dalam meluncurkan jurus pungutan liar ini. Calon buruh migran yang umumnya tidak terlalu paham prosedur pengurusan dokumen menjadi santapan empuk para koruptor ini. Tidak peduli apakah yang mengurus dokumen atau berkas tersebut punya uang atau tidak. Mau cepat ya silahkan bayar.

Coba kita hitung berapa rupiah tidak resmi yang didapatkan aparat pemerintah dari tilepan pengurusan dokumen buruh migran. Bila rata-rata berkas atau dokumen yang diproses oleh departemen dan instansi sebanyak 60 ribu buah perbulannya. Jika besarnya uang tilepan rata-rata Rp 25 ribu, maka besarnya uang tilepan perbulan adalah Rp 25.000 x 60.000 = Rp1.500.000.000. Untuk pertahun besarnya Rp. 18.000.000.000.

Di luar itu masih ada pungutan setengah resmi yang dikeluarkan oleh dinas tertentu sebesar rata-rata Rp. 100.000 per orang yang akan berangkat menjadi buruh migran. Bila dalam sebulan ada 10.000 orang, maka dinas tersebut mendapatkan gelontoran dana tak terduga sebesar Rp 100.000 x 10.000 = Rp. 1.000.000.000. Dalam setahun jumlahnya sebesar Rp. 12.000.000.000.

Bila ditotal jumlah korupsi hasil tilepan menjadi buruh migran sebesar Rp. 30.000.000.000. Uang sebesar ini terbuang percuma karena masuk ke dalam kocek para tikus-tikus kantor yang berdiam di meja-meja kantor pemerintah. Aparat pemerintah yang menarik pungutan liar ini telah menjadi koruptor yang tidak kenal malu dan hilang hati nuraninya. Apapun dalih yang dikemukakan oleh para tikus-tikus kantor ini, perbuatan menarik pungutan liar dari para calon buruh migran yang notabene orang-orang tidak mampu jelas bentuk pelanggaran hukum.

Pungutan liar tidak hanya menimpa para calon buruh migran. Pada saat pulang setelah menjadi buruh migran, pungutan liar lebih tidak mengenal belas kasihan. Bagi para koruptor, buruh migran yang baru pulang bekerja dari luar negeri ibarat orang yang baru menang lotre. Jadi sah-sah saja bila buruh migran yang baru pulang ini diperas, mulai dari cara halus sampai paling kasar.

Cara yang paling halus dan menyedot keuntungan cukup besar adalah proses penukaran uang yang dibawa oleh para buruh migran dengan patokan yang seenaknya sendiri. Harga tukar mata uang yang lebih rendah dari kisaran harga pasar adalah merupakan kelaziman. Penukaran uang dengan harga terendah ini merupakan korupsi terselubung yang harus diberantas habis.

Betapa tidak uang hasil jerih payah bekerja di luar negeri, ditukar uang rupiah dengan harga kurs yang sangat rendah. Bila para buruh migran yang pulang dari luar negeri membawa uang rata-rata Rp 10 juta (apa pun bentuk mata uang yang dibawa), kemudian proses penukaran uang dikorupsi Rp 500 ribu saja maka uang yang dapat dari hasil korupsi kurs untuk 1000 orang saja adalah Rp. 500.000.000.

Kemudian contoh korupsi kasar misalnya pungutan yang dilakukan oleh para sopir travel yang mengantarkan buruh migran dari buruh migran sampai ke kampung halamannya. Rata-rata buruh migran harus memberi uang sebesar Rp 50.000. Bila dalam satu mobil ada 10 orang maka uang yang didapat para sopir sebesar Rp. 500.000. Dalam satu bulan menjalankan 10 pengantaran saja maka par sopir bisa membawa kocek sebesar Rp. 5.000.000.

Fenomena di atas menyadarkan kita semua, para buruh migran ternyata diperas mulai dari pemberangkatan sampai kepada pemulangan. Bekerja keras di negeri orang demi kehidupan yang lebih baik, ternyata uang hasil jerih payanya dikorupsi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab.

Menghimbau pemerintah untuk menertibkan aparatnya ibarat punguk merindukan bulan. Yang perlu dilakukan adalah pembenahan sistem dan transparansi dalam pengurusan dokumen. Untuk penanganan lebih lanjut adalah mendorong aparat Komisi Pemberantasan Korupsi lebih aktif bertindak.(btl)

The University of Foreign Exchange

Glossary of Terms

Bar Charts Technical Analysis

Standard bar charts are commonly used to convey price activity into an easily readable chart. Usually four elements make up a bar chart, the Open, High, Low, and Close for the trading session/time period. A price bar can represent any time frame the user wishes, from 1 minute to 1 month. The total vertical length/height of the bar represents the entire trading range for the period. The top of the bar represents the highest price of the period, and the bottom of the bar represents the lowest price of the period. The Open is represented by a small dash to the left of the bar, and the Close for the session is a small dash to the right of the bar.

Candlestick Charts

The Candlestick chart is to the Bar chart, easier to interpret with its Body feature

Foreign Exchange Market

Also known as the FX market or FOREX market is the trading of one currency for another. This market averages the equivalent of 1.5 trillion US Dollars a day, 50 times the volume of the New York Stock Exchange.

FOREX

An International and widely used acronym for the Foreign Exchange market.

Forward Rates (Swaps)

A Forward Rate refers to a cash price of 2 currencies interest difference for a fixed term. Forward rates can be calculated easily given the fixed term interest rates of each currency and the current spot rate

Forward Trading

Forward trading is making the opposite trade of a spot trade in a given period of time. Often investors will swap their trades forward for anywhere from a week or two up to several months depending on the time frame of the investment. Even though a forward trade is on a future date, the position can be closed out at any time. The closing part of the position is then swapped forward to the same future value date

FX

Another widely used acronym for the foreign exchange market.

Gearing

Also known as margin trading. A term used to in the relationship of actual equity versus controlling equity.

Leverage

Also known as margin trading. A term used to in the relationship of actual equity versus controlling equity.

Line Charts

The Line Chart connects single prices for a selected time period.

Linear Regression Technical Analysis

or Trend line is a statistical tool used to uncover trends. It is calculated by using the "Least Squares" method. There are two ways to use the linear regression line: a. Trade in the direction of the Trend line. b. Construct a parallel trend channel above and below the Trend line to be used as support and resistance levels.

Long position

When one buys a currency, their position is long.

Margin Trading

Foreign exchange trading is normally undertaken on the basis of margin trading. A relatively small deposit is required in order to control much larger positions in the market. This is possible because when you buy one currency you sell another. Margin requirements are set by your Customer broker and vary from as little as 1% to 10% margin. This means that in order to trade 1,000,000 USD on 1 % margin, you need to place just 10, 000 USD by way of security. That same security of 10,000 USD, traded on a 10% margin could control up to 100,000 USD bought or sold against another currency

One-Day Rollover

This is the one-day extension of a spot transaction by means of a swap.

Outright (Rate)

An outright rate is a rate of exchange associated with a future date. It is the current spot rate combined with the forward (Swap) rate of the given period.

Overnight

A currency deposit transaction or the simultaneous purchase and sale of currency, or vice versa by means of swap for value today against the next working day.

Pips (Basis points)

Refers to the last decimal place of a quotation

Point & Figure charts

The Point & Figure Chart disregards Time and focuses entirely on price activity.

Price Currency

The profit or loss will be denominated in the price currency after a deal has been closed. Normally, but not always, the price currency is with the lowest value.

Short position

When one sells a currency, their position is short

Spot (Rate)

In FX Markets, Spot refers to the cash price without interest factored in.

Stop loss

An order used to close a FX position as soon as it is opened. Is also used to limit and control risk

Spot/Next

A currency deposit transaction or the simultaneous purchase and sale of currency, or vice versa by means of swap for spot value day against the next working day.

Spot Trade

When you trade foreign exchange you are always quoted a spot price 2 business days in advance. This is under normal conditions where there are no bank holidays in the traded currencies countries or is not over a weekend.

Stochastics Oscillator Technical Analysis

is based on the premise that during an upward trading market, prices tend to close near their high, and during a downward trading market, prices tend to close near their low. The Stochastics oscillator is plotted as two lines, the fast Stochastics (%K) and the slow Stochastics (%D). The range of the Stochastics is between 0 and 100. An overbought market occurs when [%D] makes a series of lower highs while the price makes a series of higher highs. An oversold market occurs when the price makes a series of higher lows while [%D] makes a series of lower lows.

The Stochastics Oscillator has two basic signals:

[%D] below 25 and crossover of the [%K] line over[ %D] line is a bullish signal.

[%D] above 75 and crossover of the [%K] line over [%D] line is a bearish signal.

Swaps: See Forward Rates

Tom/Next

A currency deposit transaction or the simultaneous purchase and sale of currency, or vice versa by means of swap for value the next working day against the spot value.

Trade Currency
The trade currency or dealt currency is normally, but not always, the currency with the highest value. The trade currency is the traded amount and is usually round numbers such as 100,000 or 1,000,000 etc.

Trend Line Technical Analysis

or linear regression is a statistical tool used to uncover trends. It is calculated by using the "Least Squares" method. There are two ways to use the linear regression line: a. Trade in the direction of the Trend line. b. Construct a parallel trend channel above and below the Trend line to be used as support and resistance levels.



Wasit Perempatfinal
Sikap Keras UEFA

Wasit, sosok yang banyak disorot dalam 24 laga fase grup, sudah mengerucut. Beberapa orang masih dipercaya menjadi penengah partai-partai babak knock-out, beberapa masih harus menunggu kelanjutan nasib.

Untuk perempatfinal, UEFA mengulang kebiasaan mengumumkan siapa yang ditunjuk menjadi wasit sehari sebelumnya. Itu pun baru dua laga delapan besar pertama yang diumumkan.

Peter Frojdfeldt dipercaya menangani duel dua favorit, Portugal dan Jerman. Roberto Rosetti dipilih untuk memimpin benturan dua kuda hitam, Kroasia kontra Turki.

Dari penunjukan ini, terlihat jelas betapa UEFA tak terlalu tertarik dengan opini publik soal kinerja pengadil. Maklum, keduanya termasuk wasit-wasit yang mendapat sorotan karena keputusannya di fase grup.

Frojdfeldt disorot terutama oleh publik Italia karena mengesahkan gol Ruud van Nistelrooy dengan latar Christian Panucci terkapar. Rosetti mendapat kritik karena tak memberikan penalti untuk Swiss meski dua kali terjadi handball di kotak penalti Rep. Ceska.

Dengan kecenderungan masa bodoh atau keras kepala tersebut, masih sukar memperkirakan siapa yang bakal terlempar. Howard Webb, misalnya, selain bersikeras tak melakukan kesalahan dalam memberikan penalti untuk Austria, juga mendapat pembelaan UEFA.

Jika boleh menebak-nebak, Tom Henning Ovrebo diperkirakan tak akan dipakai lagi setelah menganulir gol Luca Toni, walau asistennya tak mengangkat bendera tanda off-side. Namun, sekali lagi, UEFA punya pendapat tersendiri.

Harus Didukung

Alhasil, publik bola di luar otoritas Eropa tersebut hanya bisa menduga-duga siapa kira-kira yang akan terus dipercaya hingga memimpin jalannya partai puncak di Ernst-Happel.

Beberapa persona pantas dikedepankan. Lubos Michel tak ragu mengusir Eric Abidal dan memberikan penalti. Toh nasibnya bisa sama seperti Webb: dikecam tim yang mendapat kerugian.

Yang mungkin paling mengesankan adalah Manuel Enrique Mejuto Gonzalez, yang tak segan mengusir Joachim Loew dan Hitzlsperger dari bangku cadangan karena terus meluncurkan protes.

Boleh jadi pengadil asal Spanyol ini menjadi kandidat terdepan untuk laga final. Tentu dengan catatan timnas Spanyol gagal ke duel puncak itu. Sementara menunggu saat itu, Gonzalez hanya dipasang sebagai ofisial keempat di partai Kroasia vs Turki.

Frojdfeldt dan Rosetti sudah lolos seleksi. Sepuluh lain masih menanti kepercayaan sambil berharap UEFA tetap pada sikap keras kepala mereka.

Siapa pun, ucapan Martin Tyler, football pundit asal Inggris, saat ditemui BOLA di Bern bisa dijadikan patokan. “Para wasit mesti didukung. Mereka melakukan kesalahan, tapi begitu juga dengan pemain, pelatih, sampai komentator.”

WASIT PEREMPATFINAL 1 & 2
---------------------------------------------------------
19/6 Portugal vs Jerman - Peter Frojdfeldt
20/6 Kroasia vs Turki - Roberto Rosetti





Wawancara Roberto Di Matteo
Merindukan Collina

Para penggemar Chelsea tentu tak akan pernah bisa melupakan Roberto Di Matteo. Pria blasteran Swiss-Italia berusia 38 tahun ini layak diingat lantaran tiga golnya di tiga partai final Chelsea. Ia ada di Euro 2008 untuk mensponsori acara kampanye McDonalds, sponsor resmi turnamen.

Roberto Di Matteo dan BOLA, kinerja wasit Euro 2008 masih di jalur wajar.

Di restoran McDonalds, Bahnhofstrasse, Zurich, BOLA secara eksklusif mewawancarai Di Matteo soal kinerja wasit Euro 2008.

Hai, Roberto. Saya jurnalis dari Indonesia.

Wah, jauh sekali. Apakah masyarakat negara Anda juga terkena demam Euro?

Tentu. Sepakbola Eropa begitu populer di Indonesia.

Oke, bagus kalau begitu.

Bagaimana menurut Anda kinerja para pengadil sejauh ini? Cukup banyak kejadian kontroversial yang muncul.

Wasit hanyalah manusia. Manusia tak pernah luput dari kesalahan. Memang kita yang dirugikan akan merasa sangat sakit jika terkena imbas dari keputusan yang merugikan. Tapi, patut dicatat bahwa kejadian seperti ini sudah berlangsung sejak sangat lama. Menurut saya inilah salah satu sisi menarik dari sepakbola. Kita harus siap menerima bentuk keputusan, sesakit apa pun itu.

Apakah standar wasit di Euro kali ini lebih rendah?

UEFA tentu memiliki pertimbangan ekstra matang untuk memilih wasit di setiap partai. Saya pikir standar kualitasnya sama baik dibanding turnamen besar terdahulu.

Banyak muncul protes tanda tak puas.

Sejauh ini masih wajar di mata saya pribadi. Seperti saya katakan tadi, kontroversi akan selalu muncul. Kita harus bisa menerimanya dengan lapang dada meskipun sakit.

Kejadian seperti ini bisa ditekan jika masih ada wasit seperti Pierluigi Collina?

Collina adalah pengecualian. Hampir tak ada kesalahan jika ia yang memimpin sebuah pertandingan. Mungkin kita berharap akan muncul kembali wasit semodel dia.

Oke, Roberto, saya dibatasi hanya boleh mengajukan tiga pertanyaan. Ini sudah lebih.

Oke, kalau begitu. Sayang sekali karena perbincangan ini sungguh menarik.




Wawancara Frank Leboeuf
Prancis Memalukan!

Warga Tanah Air tentu mengenal sosok Frank Leboeuf. Bukan hanya lewat aksi sang palang pintu tersebut di timnas Prancis maupun Chelsea beberapa tahun lalu, tapi juga karena baru-baru ini ia ikut ambil bagian di dalam film berjudul Bola Itu Bundar, yang diproduseri Mirwan Suwarso.

Frank Leboeuf dan BOLA, menyayangkan kinerja buruk Prancis.

Pada Euro 2008, Leboeuf menjadi kolumnis di sebuah situs sepakbola Prancis bernama M6. BOLA sempat bertemu dan berbincang dengan pria berusia 40 tahun ini. Uniknya, percakapan diawali saat Lebouef menduduki kursi milik BOLA.

Maaf, Anda menduduki kursi saya.

Oh, saya yang seharusnya meminta maaf. Silakan ambil kembali kursi Anda.

Saya wartawan Indonesia.

Oh ya? Dari daerah mana?

Dari Jakarta. Anda banyak tahu tentang Indonesia karena baru bermain film, bukan?

Ya. Saya cukup lama tinggal di Bali. Saya sangat menikmati saat-saat tersebut.

Ada niat mengunjungi Indonesia lagi?

Sebetulnya saya diundang federasi sepakbola Indonesia untuk peluncuran liga profesional negara Anda pada 4 Juli ini. Namun, karena ada masalah penguduran jadwal atau apalah di sana, saya tidak jadi datang.

Prancis disikat Belanda 4-1.

Memalukan! Mungkin hanya kata ini yang pantas untuk menggambarkan permainan Prancis. Mereka terlihat kalah segalanya.

Apakah Belanda yang bermain sangat baik?

Belanda memang sangat bagus. Tapi, dengan materi seperti ini, seharusnya Prancis tak seburuk itu.

BOLA melihat gelagat Leboeuf yang ingin segera bekerja.

Oke Frank. Terima kasih untuk waktunya.

Sama-sama. Oh ya, tolong kirim salam saya untuk orang-orang di Indonesia.

Tentu. Kebetulan saya juga mengenal Nova Eliza, rekan satu film Anda.

Wah, bagus sekali. Kirim salam dari saya. Belum lama ini kami juga masih saling bertukar email. Nikmati waktu Anda di Euro.




Wawancara Aime Jacquet
Sempurnakan Regenerasi

Di tangan Aime Jacquet, Prancis menjelma menjadi kekuatan super. Bagi yang ingin menyangkal, mungkin bisa melihat catatan yang ditorehkan mantan pelatih Les Bleus itu di Piala Dunia 1998 sebagai referensi. Selain sukses sebagai tuan rumah, Prancis juga menyabet mahkota juara.

Setelah final PD 1998, Jacquet menjadi Direktur Teknik FFF. Pria 66 tahun ini sering menjadi komentator sejumlah televisi Prancis, seperti di Letzigrund, Selasa (17/8) malam, dalam partai maut Prancis versus Italia. BOLA sempat mewawancarai Jacquet seusai laga yang dimenangi Gli Azzurri 2-0 itu.

Hai, Aime, pertama-tama saya ingin memuji pencapaian Anda di PD 1998.

Terima kasih atas pujiannya.

Beberapa waktu lalu Anda menyatakan Prancis bakal lolos.

Begitulah sepakbola. Ada kalanya segala sesuatu tak berjalan sesuai dengan harapan dan skenario. Bayangkan saja, di menit ke-10 Prancis sudah kehilangan salah satu pemain terbaiknya. Sekitar 15 menit kemudian, mereka harus tampil dengan 10 pemain. Meski begitu, Italia juga pantas dipuji karena menunjukkan mental juara mereka yang besar.

Bagaimana Anda melihat tim Prancis saat ini?

Prancis masih berada dalam masa transisi antara generasi Zinedine Zidane dan generasi muda semisal Karim Benzema dan Samir Nasri. Saya melihat regenerasi ini belum sempurna.

Tapi, Benzema terlihat sudah berani bertarung dengan lawan yang jauh lebih senior. Penguasaan bola tadi juga menunjukkan Prancis unggul meski tampil dengan minus satu pemain.

Para pemain muda ini menyimpan potensi besar. Namun, tampak jelas bahwa mereka masih butuh banyak jam terbang. Mungkin di turnamen berikut mereka sudah siap.

Oke, Aime, terima kasih untuk waktu singkatnya.

Sama-sama.

No comments: