
Yang dapat membuat sebuah balon terbang ke udara adalah bukan warna balon tersebut melainkan isi dari balon tersebut. Sama halnya dengan kita manusia, yang paling penting dari kita bukanlah wajah kita, uang kita ataupun semua atribut fisik yang melekat pada diri kita melainkan apa yang ada di dalam diri kita yaitu attitude atau sikap diri. Bila saja semua orang mempunyai attitude yang baik, maka semua hal di dunia ini akan menjadi lebih indah. Attitude merupakan suatu ukuran yang dewasa ini menjadi parameter dalam banyak hal seperti menerima karyawan dalam suatu perusahaan, menjalin kerjasama bisnis dan lain sebagainya. Perusahaan ingin mempekerjakan karyawan yang memiliki sikap yang baik, loyal kepada perusahaan, bertanggungjawab dan lain lain. Saat berbisnis pun orang hanya akan berbisnis dengan rekan yang dipercayai memiliki integritas.
Dalam hal ini attitude memegang peranan penting. Lebih jauh lagi kita akan melihat bagaimana kita membentuk suatu positive mental attitude yang dapat memberikan kontribusi lebih pada pembentukan karakter individu yang lebih baik. Berikut adalah sebuah ilustrasi singkat sehubungan dengan sikap berpikir positif.
Seorang anak muda yang sangat letih setelah melalui perjalanan panjang akhirnya memutuskan untuk duduk beristirahat di bawa sebuah pohon. Konon pohon tersebut adalah pohon ajaib, tapi si pemuda tersebut tidak menyadarinya. Ketika duduk di bawah pohon tersebut sambil melepaskan lelahnya, dia berpikir alangkah enaknya kalo ada sebotol air yang bisa saya minum. Sesaat setelah dia berpikir demikian, tiba-tiba muncul sebotol air dihadapannya. Dia langsung mengambil botol tersebut dan meminum airnya sampai habis. Setelah hausnya hilang, dia merasa lapar dan dia mulai berpikir alangkah enaknya kalo ada sepotong roti untuk mengenyangkan dia. Sama seperti sebelumnya tiba-tiba dihadapannya muncul sepotong roti. Dia sangat senang, lalu mengambil roti tersebut dan dengan cepat langsung memakannya. Setelah kenyang, dia mulai berpikir mengapa terjadi hal-hal yang aneh seperti itu. Lalu dia mulai takut dan berpikir jangan-jangan di tempat ini ada hantunya, dan hantu tersebut akan mengganggu dan mencekiknya sampai mati. Sesaat kemudian memang ada hantu yang muncul dan mencekiknya sampai mati.
Sengaja analogi sederhana dalam cerita singkat tersebut diangkat kembali untuk mengingatkan kita pada satu hal yaitu janganlah berpikir negatif. Seringkali dalam hidup kita lebih banyak melihat berbagai hal dari sisi yang negatif. Akibatnya kita tidak pernah maju. Kita tidak berani melangkah lebih jauh. Pikiran-pikiran negatif tersebutlah yang akan menghancurkan kita. Pikiran kita bekerja menurut prinsip GIGO (Garbage In Garbage Out). Apabila yang kita masukkan dalam pikiran kita adalah hal-hal yang negatif maka bawah sadar kita pun secara perlahan kita program sedemikian rupa sehingga hasil keluarannya juga adalah negatif. Sebaliknya, berpikir positif merupakan langkah awal yang baik dalam menjalani kehidupan. Dengan berpikir positif kita menghidupkan antusiasme dalam diri kita sehingga kita menjadi lebih semangat dan lebih yakin atas apa yang kita jalan.
David J.Schwartz dalam bukunya "The Magic of Thinking Big" menguraikan banyak hal mengenai kekuatan berpikir positif. Berpikir positif akan dapat menumbuhkan kepercayaan dalam diri kita. Menurutnya sewaktu kita berhadapan dengan keadaan yang sulit, berpikirlah "Saya akan menang" bukan "Saya akan kalah" atau ketika peluang muncul di depan kita, berpikirlah "Saya mampu melakukannya" bukan "Saya tidak yakin mampu melakukannya".
Anda termasuk yang mana?
Dalam hal ini attitude memegang peranan penting. Lebih jauh lagi kita akan melihat bagaimana kita membentuk suatu positive mental attitude yang dapat memberikan kontribusi lebih pada pembentukan karakter individu yang lebih baik. Berikut adalah sebuah ilustrasi singkat sehubungan dengan sikap berpikir positif.
Seorang anak muda yang sangat letih setelah melalui perjalanan panjang akhirnya memutuskan untuk duduk beristirahat di bawa sebuah pohon. Konon pohon tersebut adalah pohon ajaib, tapi si pemuda tersebut tidak menyadarinya. Ketika duduk di bawah pohon tersebut sambil melepaskan lelahnya, dia berpikir alangkah enaknya kalo ada sebotol air yang bisa saya minum. Sesaat setelah dia berpikir demikian, tiba-tiba muncul sebotol air dihadapannya. Dia langsung mengambil botol tersebut dan meminum airnya sampai habis. Setelah hausnya hilang, dia merasa lapar dan dia mulai berpikir alangkah enaknya kalo ada sepotong roti untuk mengenyangkan dia. Sama seperti sebelumnya tiba-tiba dihadapannya muncul sepotong roti. Dia sangat senang, lalu mengambil roti tersebut dan dengan cepat langsung memakannya. Setelah kenyang, dia mulai berpikir mengapa terjadi hal-hal yang aneh seperti itu. Lalu dia mulai takut dan berpikir jangan-jangan di tempat ini ada hantunya, dan hantu tersebut akan mengganggu dan mencekiknya sampai mati. Sesaat kemudian memang ada hantu yang muncul dan mencekiknya sampai mati.
Sengaja analogi sederhana dalam cerita singkat tersebut diangkat kembali untuk mengingatkan kita pada satu hal yaitu janganlah berpikir negatif. Seringkali dalam hidup kita lebih banyak melihat berbagai hal dari sisi yang negatif. Akibatnya kita tidak pernah maju. Kita tidak berani melangkah lebih jauh. Pikiran-pikiran negatif tersebutlah yang akan menghancurkan kita. Pikiran kita bekerja menurut prinsip GIGO (Garbage In Garbage Out). Apabila yang kita masukkan dalam pikiran kita adalah hal-hal yang negatif maka bawah sadar kita pun secara perlahan kita program sedemikian rupa sehingga hasil keluarannya juga adalah negatif. Sebaliknya, berpikir positif merupakan langkah awal yang baik dalam menjalani kehidupan. Dengan berpikir positif kita menghidupkan antusiasme dalam diri kita sehingga kita menjadi lebih semangat dan lebih yakin atas apa yang kita jalan.
David J.Schwartz dalam bukunya "The Magic of Thinking Big" menguraikan banyak hal mengenai kekuatan berpikir positif. Berpikir positif akan dapat menumbuhkan kepercayaan dalam diri kita. Menurutnya sewaktu kita berhadapan dengan keadaan yang sulit, berpikirlah "Saya akan menang" bukan "Saya akan kalah" atau ketika peluang muncul di depan kita, berpikirlah "Saya mampu melakukannya" bukan "Saya tidak yakin mampu melakukannya".
Anda termasuk yang mana?
No comments:
Post a Comment