
Si Putih Tebar Senyuman
Menit ke-28, Barcelona tertinggal 0-1 diikuti Madrid (31’). Menit ke-42, Barca menyamakan kedudukan 1-1. Saat Madrid seimbangkan keadaan pada menit ke-56, Barca malah unggul 2-1. Menit ke-63, Madrid tertinggal lagi, 1-2. Ketika Van Nistelrooy cetak gol kedua menit ke-88, tak lama kemudian Barca malah kemasukan. Skor sama, 2-2.
Sepakbola itu memang indah. Menit-menit mendebarkan, menegangkan, hingga menakutkan di jornada 37 membuat persaingan menuju singgasana Primera Division sulit dipinggirkan. Spanyol memberi drama tingkat tinggi.
Buah dari pertarungan dramatis Sabtu kemarin adalah senyuman di kubu Los Blancos alis Si Putih. Hasil imbang yang diperoleh ketiga kandidat juara, Real Madrid, Barcelona, dan Sevilla, jelas menguntungkan pasukan Fabio Capello.
Dengan nilai serupa bersama Barcelona, 73, hasil imbang 2-2 yang didapat kedua raksasa Liga Spanyol itu mempertahankan Madrid di puncak klasemen. Hitungan head-to-head antara Madrid dan Barcelona milik tim ibu kota. Di bawah keduanya, Sevilla terus menguntit dengan selisih 2 poin setelah bermain seri 0-0 di markas Mallorca.
Hasil sama kuat di La Romareda, markas Real Zaragoza, jelas tak jauh dari perhitungan publik. Musim ini, Madrid punya catatan brilian di partai away. Tapi, skor 2-2 yang didapat Barcelona saat menjamu Espanyol sungguh mengubah peta prediksi.
Tidak Tenang
Barcelona memulai pertandingan di Camp Nou sedikit lebih cepat dibandingkan dengan duel di La Romareda. Situasi menjadi semakin tidak tenang bagi pasukan Frank Rijkaard ketika striker tim tamu, Raul Tamudo, berhasil menjebol gawang Victor Valdes di menit ke-28. Umpan terobosan Ivan de la Pena, yang melihat celah di antara bek-bek Barcelona, jadi santapan empuk kapten Espanyol itu.
Tak lama setelah gol Tamudo, gawang Madrid ikut kebobolan (31’). Entah karena bola yang menyentuh tangan Ivan Helguera atau akibat pelanggaran sang bek terhadap Pablo Aimar, wasit memberi Zaragoza hadiah penalti. Diego Milito sukses menjalankan tugasnya.
Barcelona berhasil menyamakan kedudukan melalui Lionel Messi tiga menit menjelang rihat. Sayang, gol ini berbau kontroversial karena tangan Messi terlihat terayun mengarah ke bola. Setelah gol spektakuler ala Diego Maradona ke gawang Getafe di ajang Copa del Rey, Messi mengikuti jejak Gol Tangan Tuhan Maradona ke gawang Inggris.
Babak I diselesaikan dengan keunggulan psikologis untuk Barcelona. Memasuki paruh kedua, Fabio Capello melakukan pergantian ganda. Gonzalo Higuain menggantikan kapten Raul Gonzalez, sedangkan Guti Hernandez mengisi tempat Emerson. Sayang, hanya Higuain yang terlihat memberi kontribusi maksimal mengancam gawang Zaragoza.
Berita soal gol kedua Messi ke gawang Espanyol dijawab Madrid dengan tandukan Ruud van Nistelrooy. Menit ke-56, Barcelona unggul 2-1, Madrid menyamakan kedudukan 1-1. Kejar-kejaran sungguh memainkan emosi penonton di La Romareda dan Camp Nou serta penonton di seluruh dunia.
Cerita kemudian terfokus ke kota Zaragoza ketika striker tuan rumah, Diego Milito, memperbesar keunggulan (63’). Ia sukses meneruskan kerja keras Aimar, yang menerobos pertahanan Madrid.
Berbagai peluang yang dipunyai Madrid hasil sundulan Mahamadou Diarra, Sergio Ramos, atau gempuran Higuain gagal berbuah gol. Aksi spektakuler kiper Cesar Sanchez, pernah bermain untuk Madrid musim 2000-05, selamatkan Zaragoza.
Situasi di kubu Los Blancos semakin tegang ketika David Beckham harus bermain dengan menahan sakit pada kakinya. Malam itu, umpan-umpan maut Becks memang nyaris hilang.
Capello dan Rijkaard
Pertandingan mendekati akhir, di dua tempat berbeda Barcelona masih unggul atas Madrid. Tapi, ketegangan Los Blancos meledak ketika di menit ke-88 Van Nistelrooy mencetak gol kedua. Ia melesakkan bola lepas dari Cesar yang gagal amankan tendangan Higuain usai terima umpan tarik Roberto Carlos.
Di Camp Nou, dalam waktu yang nyaris bersamaan, lagi-lagi Tamudo menaklukkan Valdes. Sodoran bola Francisco Rufete ke dalam kotak penalti disambut Tamudo dengan tendangan yang gagal diantisipasi Valdes. Skor 2-2 di La Romareda dan Camp Nou bertahan hingga pertarungan selesai.
“Kami belum menjadi juara,” ujar Capello mencoba meredam pesta Los Blancos. “Di babak I, kami bermain kurang tenang dan organisasi yang buruk. Tapi, di babak II, kami tampil penuh gairah dan semangat tim yang besar.”
Ya, Madrid masih punya 90 menit menjamu Mallorca di Santiago Bernabeu pekan depan untuk memastikan senyum di La Romareda layak dipertahankan. Sementara itu, Barcelona dan Sevilla pun masih menyimpan peluang saat Madrid gagal menuai poin penuh di pekan terakhir musim ini.
“Kami masih punya peluang,” kata Rijkaard, yang mengaku sangat terpukul atas dua gol Espanyol. “Kesalahan ini tak boleh membuat kami gugup, kepala kami harus tetap tegak!” (Weshley Hutagalung)
Sevilla Tersudut
Kekhawatiran atas berita buruk menjelang keberangkatan Sevilla ke Mallorca menjadi kenyataan. Pelatih Juande Ramos, yang kehilangan striker Frederic Kanoute akibat cedera engkel kaki serta Alexsandr Kerzhakov (lutut), gagal mengalahkan tuan rumah (9/6). Skor imbang 0-0.
Luis Fabiano, yang diplot pelatih Juande Ramos sebagai target man tunggal dalam formasi, sulit mengemban tugas. Bayangkan apa jadinya bila Sevilla menang ketika Real Madrid dan Barcelona, dua tim di atasnya, seri. Bukankah nilai sama ketiganya bisa menguntungkan Sevilla di jornada 38?
Perlawanan Mallorca semakin menyudutkan peluang Sevilla menjadi juara. Mereka tetap tertinggal dua poin dari kedua raksasa La Liga. Pekan depan mereka menjamu Villarreal, yang terus tampil baik dan akan mengamankan tiket ke Piala UEFA. Kemenangan atas Si Kuning pun jadi percuma bila salah satu dari kedua raksasa meraih kemenangan.
Entrenador Ramos, yang mengaku strateginya terganggu akibat cedera kedua striker, membantah timnya terlalu dihantui pemikiran meraih treble winner. Setelah menjuarai Piala UEFA 2007, Sevilla memang punya peluang di kompetisi domestik, Primera Division dan Copa del Rey.
Kini, Sevillistas hanya bisa berharap mampu membelokkan pepatah. Ketika dua gajah bertarung, pelanduk masih bisa memetik untung. (wesh)
Lionel Messi
Asli Reinkarnasi Maradona
Sederet orang telah menyamakan beberapa nama sebagai reinkarnasi Diego Armando Maradona. Mulai Ariel Ortega, Marcelo Gallardo, Pablo Aimar, Carlos Tevez, hingga Andres D’Alessandro. Bisa dijamin mereka semua telah meralat opini tersebut setelah kemunculan Lionel Messi.
Lionel Messi, gol kontroversialnya tertutup peluang juara Real Madrid.
Okelah, dari segi fisik, Messi memang kalah “mirip” dari kelima rekannya di atas. Namun, dari aspek permainan, Messi boleh diadu. Bahkan justifikasi soal hak sebagai “penerus Maradona” telah diberikan sendiri oleh sang legenda hidup Tango tersebut.
Semula publik hanya menganggap Messi sebagai angin lalu. Pemuda kelahiran kota Santa Fe, Argentina, itu hanya dinilai sebagai bocah dengan gaya main yang menyerupai Diego, tapi diperkirakan bakal berujung dengan nasib tak jauh beda dengan Ortega cs.
Hebatnya, Messi membungkam semua pandangan skeptis menyoal dirinya. Hanya dalam hitungan dua tahun sejak terjun sebagai pemain profesional penuh, dua musim silam, ia bisa mempertanggungjawabkan beban tersebut lewat foto kopi gocekan legendaris Diego di Piala Dunia 1986.
Ya, Sang Mesias berhasil menggocek lima pemain sebelum menceploskan si kulit bundar ke dalam gawang lawan. Gerakannya persis seperti ketika Maradona mengelabui lima pemain Inggris sebelum menggetarkan jala Peter Shilton di perempatfinal Mexico ’86.
Yang membedakan, gol Messi lahir bukan di ajang prestisius Piala Dunia, tapi baru di level Copa del Rey tatkala Barcelona memukul Getafe dalam semifinal I. Namun, tetap saja kualitas aksi Messi sah untuk disandingkan dengan Maradona. Wajar predikat Messidona pun langsung melekat padanya.
Seolah tak puas hanya dengan gol spektakuler ala Maradona, Sabtu (9/6) kemarin, Messi semakin menguatkan reinkarnasi Diego dengan gol tangan Tuhan. Lagi-lagi, Messi mengopi gerakan mentornya itu saat mengarahkan bola ke dalam gawang, menggunakan bantuan tangannya.
Kita harus kembali berkilas balik ke Meksiko, dua dasawarsa lalu, untuk me-refresh memori. Masih di laga Argentina kontra Inggris, Maradona menciptakan kontroversi hand of god sebelum akhirnya membayar lunas utangnya lewat aksi sempurna seperti disebut tadi.
Keadilan Ditegakkan
Meski sedikit sulit untuk dipercaya, Messi pun mengukir hal yang sama. Ketika Barca tertinggal 0-1 dalam derbi Catalonia melawan Espanyol, Messi memakai tangannya untuk menyamakan skor. Walaupun terekam di tayangan ulang, “sentuhan maut” tersebut tak dianulir wasit Rodriguez Santiago.
Barca pun berhak menyambut jeda dengan kedudukan 1-1. Memasuki babak kedua, Messi membayar lunas aksi tak pantasnya itu. Personil Albicelestes ini kembali menorehkan nama di dalam score sheet. Berbekal umpan matang Deco, Messi mengeksekusi bola dengan sempurna, tanpa bisa ditepis kiper Idris Kameni.
Andaikan Tamudo tidak menyamakan skor pada menit terakhir, Barca bakal menang 2-1 sekaligus unggul dua poin atas Real Madrid dalam kejar-kejaran angka menuju tahta Primera Division. Maklum, di saat yang bersamaan, El Real ditahan 2-2 oleh Real Zaragoza.
Bisa dibayangkan betapa panjang kontroversi yang bakal ditimbulkan media, terutama yang pro ke Madrid? Namun, kali ini, keadilan ditegakkan tepat pada waktunya. Gol Tamudo tersebut memastikan Barca bernilai sama dengan Madrid. Secara virtual, ini telah melapangkan jalan Los Merengues menuju mahkota juara.
Tak heran media lokal pun seperti tak mengindahkan episode kedua dari “hand of god” Messi. Masyarakat Spanyol lebih memilih untuk membicarakan kans Madrid ke depan. Well, itulah sepakbola. Ketika kontroversi kurang memiliki dampak besar, saat itu pula kejadian langka ini menjadi begitu mudah untuk dilupakan. Yes, justice has been served. (Sapto Haryo Rajasa)
Countdown Menuju Juara
Satu pekan berlalu tanpa adanya perubahan komposisi pada klasemen sementara Primera Division. Real Madrid masih bertotal nilai sama dengan Barcelona dan unggul dua angka atas Sevilla. Ini terjadi setelah ketiga kandidat el campeon sama-sama menuai hasil imbang di jornada 37.
Siapa yang pantas diberi kredit menyusul hasil antiklimaks tapi mendebarkan tersebut? Jika harus memilih dua nama saja, mungkin cuma Ruud van Nistelrooy dan Raul Tamudo yang paling cocok dijadikan bintang lapangan pekan ini.
Ruutje menjadi penyumbang dua gol bagi Madrid di La Romareda, begitu pula Tamudo untuk Espanyol di Camp Nou. Berkat kontribusi krusial kedua delantero ini, publik bakal dipaksa menempel pada kursi mereka saat pekan pamungkas dipentaskan serempak, Ahad (17/6) mendatang.
Akan tetapi, jika kita didaulat untuk memilih satu lagi sosok penting di balik drama weekend kemarin, rasanya nama Ronaldinho juga layak untuk naik. Soalnya secara tak langsung penyerang Selecao ini memegang kunci atas hasil seri Barca di rumah sendiri.
Memang kehadiran Dinho dalam starting line-up Barca tak selamanya menjamin terciptanya nilai penuh. Meski begitu, teori nilai seret juga berlaku saat Azulgrana tampil tanpa jasa Dinho. Setidaknya ini terbukti dari empat duel tanpa Dinho yang berujung dengan hasil seri.
Dari total enam partai “Ronaldinho-less Barca”, cuma dua yang bisa dimenangi Blaugrana. Itu pun lewat skor ketat 3-2 (vs Celta) dan 1-0 (vs Mallorca). Sementara itu, empat partai lain berakhir imbang 1-1 (vs Levante dan Getafe), 0-0 (vs Osasuna), dan terakhir 2-2 (vs Espanyol).
Sebagian orang mungkin akan menilai situasi ini sebagai hal yang terlalu bombastis dan di luar proporsi. Namun, lihat bagaimana Barca pusing tujuh keliling untuk meminta keringanan hukuman saat Dinho divonis absen akibat kartu merah. Ini suatu bukti betapa sentral ketokohan Dinho.
Pekan depan di Nou Estadi, Barca sudah boleh merumputkan Sang Maestro. Lagi-lagi kondisi tersebut belum menjamin kemenangan bagi pasukan Frank Rijkaard. Tapi, setidaknya ini cukup untuk menumpuk kadar pede Barca guna meraup tiga poin atas Gimnastic Tarragona, yang telah terdegradasi.
Apakah kemenangan saja cukup buat memastikan gelar La Liga ketiga beruntun bagi Carles Puyol dkk? Jika pertanyaan ini dilontarkan ke kubu Barca, jawaban pesimistis yang akan muncul. “Masih ada satu partai, tapi kami telah menghadiahi gelar ke Madrid,” kata Xavi Hernandez.
Puyol pun menyahut dengan nada serupa. “Kami telah melalui musim dengan inkonsisten. Kami kesulitan mencetak kemenangan. Berulang kali kami mendapat kesempatan, tapi gagal meraih keuntungan. Sebaliknya Madrid telah melakukan tugas mereka dengan sempurna,” ucap sang capitan.
Menanggapi jalan lapang ke tangga juara, Madrid justru nyantai. “Kejadian ini sangat tidak wajar. Kami sangat beruntung. Meski begitu, tim ini telah menyuguhkan nyali dan determinasi tinggi. Kami tak pernah menyerah dan selalu mengambil kesempatan,” papar Van Nistelrooy.
Dalam duel terakhir, kontra Real Mallorca di Santiago Bernabeu, Madrid tinggal membutuhkan kemenangan agar bisa menyudahi paceklik piala yang sudah berjalan empat musim itu. Dengan hasil ini, apa pun yang didapat Barca atau Sevilla, target Madrid bakal tercapai.
Sepintas memang terlihat sepele mengingat Mallorca cuma duduk di posisi 12 klasemen. Namun, menurut pelatih Los Rojillos, Gregorio Manzano, timnya tak akan memberikan gelar begitu saja bagi pasukan Fabio Capello. “Kami masih memiliki kebanggaan untuk dipertaruhkan,” ujar Manzano.
Bagaimana transformasi omongan sang entrenador nanti, itu soal lain. Yang pasti Madrid pun akan mengerahkan segala upaya mereka untuk menggelar fiesta di Plaza Cibeles. (shr)
Zona Degradasi
Langkah Empat Terpidana
Siapa yang akan menemani Gimnastic de Tarragona turun kasta? Selain ketegangan yang dihadirkan Real Madrid, Barcelona, dan Sevilla, empat tim di papan bawah juga tengah berjuang lepas dari ancaman degradasi. Tapi, hanya dua yang bisa selamat.
Dengan nilai 25, Nastic memang tak terselamatkan untuk kembali ke Segunda Division. Lalu, dengan sisa satu pertandingan, siapa yang menyusul? Empat kandidat terdegradasi itu adalah Real Sociedad (34 poin), Celta Vigo (36), serta Athletic Bilbao dan Real Betis, yang sama-sama mengantongi nilai 37.
Sabtu lalu, seharusnya Betis bisa menjauh dari kelompok berbahaya itu. Namun kekalahan telak 0-5 dari tamunya, Osasuna, menyeret Los Beticos dalam arus deras yang berbahaya menuju jurang degradasi. Skor memalukan yang mengembalikan sejarah kelam musim 1960-61 saat Real Madrid melakukan hal serupa.
Sin Palabras! Ya, tak ada kata-kata yang bisa mewakili kehancuran kubu Betis. Aneh tapi nyata, kekalahan dari Osasuna menambah muram wajah Stadion Manuel Ruis de Lopera. Delapan laga kandang terakhir tak memberi nilai penuh. Kemenangan home terakhir Betis dipetik atas Valencia di jornada 20 pada 28 Januari.
Kesalahan Mendasar
“Mereka bermain dengan gugup.” Begitu pelatih Osasuna Jose Angel Ziganda menjelaskan situasi tuan rumah pada AS. Di sisi lain, entrenador Betis, Luis Fernandez, mengaku timnya dalam situasi psikologis yang tak baik.
Berbagai kesalahan mendasar telah membuat nilai Betis tertahan di angka 37, sama seperti Athletic Bilbao. Masalahnya, di laga terakhir, Betis harus mengunjungi markas Racing Santander, sedangkan Bilbao beraksi di kandang sendiri menjamu Levante.
Kekecewaan luar bisa sebagian besar penonton di stadion ditumpahkan dengan mencaci-maki direktur klub yang hadir di ruang VIP stadion. Tak hanya itu, ratusan pendukung Betis juga mengepung rumah kediaman pemilik klub, Manuel Ruiz de Lopera. Demonstrasi luapan kekecewaan atas kepemimpinan De Lopera harus dibubarkan pihak kepolisian.
Betis tak sendirian menderita. Bilbao, klub yang sebelumnya tak pernah turun kasta bersama Madrid dan Barcelona, juga resah. Di jornada 37, mereka gagal membawa pulang nilai dari markas Villarreal. Hidup-mati mereka di Primera Division ada di San Mames saat menjamu Levante.
Siapa dua dari antara mereka yang akan berganti tempat dengan Valladolid, Almeria, dan Murcia. Tiga tim dari Segunda Division? Situasi di papan tengah tak kalah tegang seperti kondisi perebutan mahkota la Liga. (Weshley Hutagalung)
Utak-Atik Pintu Degradasi
Real Sociedad
Kemenangan di kandang Atletico Madrid menghidupkan kembali peluang Sociedad. Dengan nilai 34, tim asuhan Miguel Angel Lotina itu harus menang saat menjamu Valencia sambil berharap Betis kalah dan Celta maksimal imbang.
Celta Vigo
Celta harus menang atas Getafe dan berharap Betis setidaknya imbang di Santander karena asumsinya Bilbao dapat poin penuh atas Levante. Bila Celta seri serta Bilbao dan Betis kalah, Celta unggul head-to-head atas Bilbao.
Athletic Bilbao
Ancaman terbesar datang dari Celta. Bila Bilbao dan Betis kembali bernilai sama, dan Celta menang, posisi klub Basque itu rawan.
Real Betis
Kemenangan atas Racing Santander wajib diperoleh sembari berharap Bilbao maksimal seri. Bila Betis kalah, sementara Sociedad menang, nilai 37 memihak Sociedad.
Ramai-Ramai Jilat Ludah
David Beckham memang sakti. Hampir di semua aspek kehidupan, ia selalu menjadi incaran dan panutan publik. Mulai dari gaya rambut sampai aksesori yang ia kenakan dari ujung rambut hingga ujung kaki ditiru.
Tak berlebihan jika kita menyebut tangannya bakal mengubah segala benda menjadi emas. Jika tidak, rasanya mustahil merek-merek ternama seperti Adidas, Police, atau Pepsi terus memperpanjang kontrak eksklusif mereka dengan Becks.
Tentunya dunia off-court eks kapten Inggris ini tak akan mengkilap, jika bukan lantaran awal ciamik di lapangan sepakbola. Tanpa modal permainan mumpuni, mustahil ayah tiga anak ini bisa mengeruk popularitas.
Dua bulan terakhir menjadi bukti kesaktian Becks di arena sesungguhnya. Dalam posisi terbuang dari timnas Three Lions era Steve McClaren serta lekatnya sang megabintang di bangku cadangan Real Madrid, Becks justru menciptakan the unthinkable.
Ya, Beckham mampu memaksa tokoh-tokoh yang semula membuangnya untuk ramai-ramai menjilat ludah mereka. Jilatan pertama dilakukan McClaren tatkala memanggilnya kembali ke skuad St. Georges’ Cross.
Inggris merasa perlu diperkuat kembali oleh Beckham untuk meretas jalan terjal menuju Euro 2008. Pilihan McClaren terbukti tepat. Becks berperan besar dalam kemenangan terakhir Inggris atas Estonia di laga tandang PPE pekan lalu.
Belum mereda isu comeback di Inggris, Becks sudah kembali memaksa majikannya yang lain, dalam konteks ini Madrid, untuk menjilat ludah. Tak sebatas mengembalikan pos inti, tapi sudah mengarah pada rencana menahannya di Santiago Bernabeu.
“Kami perlu duduk bersama Beckham, juga perwakilan resminya, serta Predrag Mijatovic (Direktur Olahraga Madrid), untuk melihat kembali klausul, kemudian melakukan kesepakatan di antara kami. Namun, bagi saya pribadi, saya ingin Beckham mau bertahan di sini,” begitu ujar Ramon Calderon, El Presidente Madrid, pada Marca.
Kata bos anyar pengganti Florentino Perez ini, sejujurnya ia marah jika mengingat-ingat kembali pengumuman kepindahan Beckham yang begitu dini. “Kami akan melakukan upaya maksimal supaya Beckham bersedia tinggal.”
Sesuai deal yang diteken pada awal Januari lalu, Becks akan memakai seragam klub MLS, LA Galaxy, terhitung 1 Juli mendatang dengan gaji 250 juta dolar AS untuk durasi lima musim.
Sungguh ironis karena pada kenyataannya Becks masih berkontribusi optimal bagi laju El Real ke puncak klasemen. Hal ini diakui Fabio Capello. “Saya yakin Beckham tak pernah berada pada performa sebaik ini dalam dua tahun terakhir. Beckham pun setuju dengan pandangan saya,” ujar Capello.
Untung bagi Madrid karena klub kebanggaan ibu kota Spanyol ini punya kartu as. Dalam klausul kontrak baru dengan LA Galaxy, Madrid masih memiliki opsi untuk menahan Beckham, asalkan yang bersangkutan bersedia tanpa paksaan.
Meski begitu, agen pribadi Becks segera menampik hal ini. “Kami tak memiliki keinginan untuk mundur dari kontrak Galaxy. Yang dimaui Beckham adalah pindah dari Madrid dengan membawa gelar juara. Itu saja!”
Kini semua mutlak tergantung pada Becks. Yang pasti berdasarkan isu yang diembuskan media Spanyol, konon Calderon siap merogoh kocek jika harus membeli kembali gelandangnya itu dari Galaxy. Wuih! Beckham betul-betul sakti, bukan? (Sapto Haryo Rajasa)
BWin Gandeng Madrid
Konon Ramon Calderon bersedia mengeluarkan dana lebih jika terpaksa harus membeli kembali David Beckham dari LA Galaxy. Dari mana datangnya fulus tersebut, mengingat kas Real Madrid bisa dibilang tak melimpah?
Boleh jadi alokasi dana bakal diambil dari proyek kerja sama yang baru diteken Calderon bersama BWin. Perusahaan taruhan online asal Austria yang sebelumnya mengikat AC Milan dan Werder Bremen ini baru saja menyetor 15 juta euro (sekitar 182,3 miliar rupiah) untuk mendanai satu musim El Real.
Sebagai imbalan, logo BWin akan terpampang di dada setiap pemain Los Merengues. Persetujuan ini sekaligus menyudahi kerja sama Madrid dengan pihak BenQ Mobile, sponsor mereka saat ini. Bulan Januari lalu, BenQ dinyatakan bangkrut.
Meski telah disetujui bulan lalu, pengumuman resmi kepada publik Bernabeu baru berjalan Senin (11/6). Detail dari bentuk kerja sama kedua kubu tak dirinci secara mendalam. Namun, yang pasti jumlah tersebut 5 juta lebih sedikit dari kontrak BenQ.
Bagi pemerhati finansial, keputusan BWin terbilang agak mengejutkan. Pasalnya bulan November lalu, pemimpin BWin menyatakan bahwa perusahaan miliknya akan memotong biaya promosi sebanyak 50% karena batasan hukum soal latar belakang perjudian yang diusung BWin.
Selain itu, kampanye Presiden AS, George W. Bush, yang mengajak sekutunya untuk menutup perjudian lewat internet, juga sempat membuat buram kinerja perusahaan bertipe ini. Namun, akhirnya ini semua tak menghalangi minat BWin untuk menyokong Madrid. Alasannya Madrid memiliki pemasukan terbesar dari segi promosi. (shr)
Menit ke-28, Barcelona tertinggal 0-1 diikuti Madrid (31’). Menit ke-42, Barca menyamakan kedudukan 1-1. Saat Madrid seimbangkan keadaan pada menit ke-56, Barca malah unggul 2-1. Menit ke-63, Madrid tertinggal lagi, 1-2. Ketika Van Nistelrooy cetak gol kedua menit ke-88, tak lama kemudian Barca malah kemasukan. Skor sama, 2-2.
Sepakbola itu memang indah. Menit-menit mendebarkan, menegangkan, hingga menakutkan di jornada 37 membuat persaingan menuju singgasana Primera Division sulit dipinggirkan. Spanyol memberi drama tingkat tinggi.
Buah dari pertarungan dramatis Sabtu kemarin adalah senyuman di kubu Los Blancos alis Si Putih. Hasil imbang yang diperoleh ketiga kandidat juara, Real Madrid, Barcelona, dan Sevilla, jelas menguntungkan pasukan Fabio Capello.
Dengan nilai serupa bersama Barcelona, 73, hasil imbang 2-2 yang didapat kedua raksasa Liga Spanyol itu mempertahankan Madrid di puncak klasemen. Hitungan head-to-head antara Madrid dan Barcelona milik tim ibu kota. Di bawah keduanya, Sevilla terus menguntit dengan selisih 2 poin setelah bermain seri 0-0 di markas Mallorca.
Hasil sama kuat di La Romareda, markas Real Zaragoza, jelas tak jauh dari perhitungan publik. Musim ini, Madrid punya catatan brilian di partai away. Tapi, skor 2-2 yang didapat Barcelona saat menjamu Espanyol sungguh mengubah peta prediksi.
Tidak Tenang
Barcelona memulai pertandingan di Camp Nou sedikit lebih cepat dibandingkan dengan duel di La Romareda. Situasi menjadi semakin tidak tenang bagi pasukan Frank Rijkaard ketika striker tim tamu, Raul Tamudo, berhasil menjebol gawang Victor Valdes di menit ke-28. Umpan terobosan Ivan de la Pena, yang melihat celah di antara bek-bek Barcelona, jadi santapan empuk kapten Espanyol itu.
Tak lama setelah gol Tamudo, gawang Madrid ikut kebobolan (31’). Entah karena bola yang menyentuh tangan Ivan Helguera atau akibat pelanggaran sang bek terhadap Pablo Aimar, wasit memberi Zaragoza hadiah penalti. Diego Milito sukses menjalankan tugasnya.
Barcelona berhasil menyamakan kedudukan melalui Lionel Messi tiga menit menjelang rihat. Sayang, gol ini berbau kontroversial karena tangan Messi terlihat terayun mengarah ke bola. Setelah gol spektakuler ala Diego Maradona ke gawang Getafe di ajang Copa del Rey, Messi mengikuti jejak Gol Tangan Tuhan Maradona ke gawang Inggris.
Babak I diselesaikan dengan keunggulan psikologis untuk Barcelona. Memasuki paruh kedua, Fabio Capello melakukan pergantian ganda. Gonzalo Higuain menggantikan kapten Raul Gonzalez, sedangkan Guti Hernandez mengisi tempat Emerson. Sayang, hanya Higuain yang terlihat memberi kontribusi maksimal mengancam gawang Zaragoza.
Berita soal gol kedua Messi ke gawang Espanyol dijawab Madrid dengan tandukan Ruud van Nistelrooy. Menit ke-56, Barcelona unggul 2-1, Madrid menyamakan kedudukan 1-1. Kejar-kejaran sungguh memainkan emosi penonton di La Romareda dan Camp Nou serta penonton di seluruh dunia.
Cerita kemudian terfokus ke kota Zaragoza ketika striker tuan rumah, Diego Milito, memperbesar keunggulan (63’). Ia sukses meneruskan kerja keras Aimar, yang menerobos pertahanan Madrid.
Berbagai peluang yang dipunyai Madrid hasil sundulan Mahamadou Diarra, Sergio Ramos, atau gempuran Higuain gagal berbuah gol. Aksi spektakuler kiper Cesar Sanchez, pernah bermain untuk Madrid musim 2000-05, selamatkan Zaragoza.
Situasi di kubu Los Blancos semakin tegang ketika David Beckham harus bermain dengan menahan sakit pada kakinya. Malam itu, umpan-umpan maut Becks memang nyaris hilang.
Capello dan Rijkaard
Pertandingan mendekati akhir, di dua tempat berbeda Barcelona masih unggul atas Madrid. Tapi, ketegangan Los Blancos meledak ketika di menit ke-88 Van Nistelrooy mencetak gol kedua. Ia melesakkan bola lepas dari Cesar yang gagal amankan tendangan Higuain usai terima umpan tarik Roberto Carlos.
Di Camp Nou, dalam waktu yang nyaris bersamaan, lagi-lagi Tamudo menaklukkan Valdes. Sodoran bola Francisco Rufete ke dalam kotak penalti disambut Tamudo dengan tendangan yang gagal diantisipasi Valdes. Skor 2-2 di La Romareda dan Camp Nou bertahan hingga pertarungan selesai.
“Kami belum menjadi juara,” ujar Capello mencoba meredam pesta Los Blancos. “Di babak I, kami bermain kurang tenang dan organisasi yang buruk. Tapi, di babak II, kami tampil penuh gairah dan semangat tim yang besar.”
Ya, Madrid masih punya 90 menit menjamu Mallorca di Santiago Bernabeu pekan depan untuk memastikan senyum di La Romareda layak dipertahankan. Sementara itu, Barcelona dan Sevilla pun masih menyimpan peluang saat Madrid gagal menuai poin penuh di pekan terakhir musim ini.
“Kami masih punya peluang,” kata Rijkaard, yang mengaku sangat terpukul atas dua gol Espanyol. “Kesalahan ini tak boleh membuat kami gugup, kepala kami harus tetap tegak!” (Weshley Hutagalung)
Sevilla Tersudut
Kekhawatiran atas berita buruk menjelang keberangkatan Sevilla ke Mallorca menjadi kenyataan. Pelatih Juande Ramos, yang kehilangan striker Frederic Kanoute akibat cedera engkel kaki serta Alexsandr Kerzhakov (lutut), gagal mengalahkan tuan rumah (9/6). Skor imbang 0-0.
Luis Fabiano, yang diplot pelatih Juande Ramos sebagai target man tunggal dalam formasi, sulit mengemban tugas. Bayangkan apa jadinya bila Sevilla menang ketika Real Madrid dan Barcelona, dua tim di atasnya, seri. Bukankah nilai sama ketiganya bisa menguntungkan Sevilla di jornada 38?
Perlawanan Mallorca semakin menyudutkan peluang Sevilla menjadi juara. Mereka tetap tertinggal dua poin dari kedua raksasa La Liga. Pekan depan mereka menjamu Villarreal, yang terus tampil baik dan akan mengamankan tiket ke Piala UEFA. Kemenangan atas Si Kuning pun jadi percuma bila salah satu dari kedua raksasa meraih kemenangan.
Entrenador Ramos, yang mengaku strateginya terganggu akibat cedera kedua striker, membantah timnya terlalu dihantui pemikiran meraih treble winner. Setelah menjuarai Piala UEFA 2007, Sevilla memang punya peluang di kompetisi domestik, Primera Division dan Copa del Rey.
Kini, Sevillistas hanya bisa berharap mampu membelokkan pepatah. Ketika dua gajah bertarung, pelanduk masih bisa memetik untung. (wesh)
Lionel Messi
Asli Reinkarnasi Maradona
Sederet orang telah menyamakan beberapa nama sebagai reinkarnasi Diego Armando Maradona. Mulai Ariel Ortega, Marcelo Gallardo, Pablo Aimar, Carlos Tevez, hingga Andres D’Alessandro. Bisa dijamin mereka semua telah meralat opini tersebut setelah kemunculan Lionel Messi.
Lionel Messi, gol kontroversialnya tertutup peluang juara Real Madrid.
Okelah, dari segi fisik, Messi memang kalah “mirip” dari kelima rekannya di atas. Namun, dari aspek permainan, Messi boleh diadu. Bahkan justifikasi soal hak sebagai “penerus Maradona” telah diberikan sendiri oleh sang legenda hidup Tango tersebut.
Semula publik hanya menganggap Messi sebagai angin lalu. Pemuda kelahiran kota Santa Fe, Argentina, itu hanya dinilai sebagai bocah dengan gaya main yang menyerupai Diego, tapi diperkirakan bakal berujung dengan nasib tak jauh beda dengan Ortega cs.
Hebatnya, Messi membungkam semua pandangan skeptis menyoal dirinya. Hanya dalam hitungan dua tahun sejak terjun sebagai pemain profesional penuh, dua musim silam, ia bisa mempertanggungjawabkan beban tersebut lewat foto kopi gocekan legendaris Diego di Piala Dunia 1986.
Ya, Sang Mesias berhasil menggocek lima pemain sebelum menceploskan si kulit bundar ke dalam gawang lawan. Gerakannya persis seperti ketika Maradona mengelabui lima pemain Inggris sebelum menggetarkan jala Peter Shilton di perempatfinal Mexico ’86.
Yang membedakan, gol Messi lahir bukan di ajang prestisius Piala Dunia, tapi baru di level Copa del Rey tatkala Barcelona memukul Getafe dalam semifinal I. Namun, tetap saja kualitas aksi Messi sah untuk disandingkan dengan Maradona. Wajar predikat Messidona pun langsung melekat padanya.
Seolah tak puas hanya dengan gol spektakuler ala Maradona, Sabtu (9/6) kemarin, Messi semakin menguatkan reinkarnasi Diego dengan gol tangan Tuhan. Lagi-lagi, Messi mengopi gerakan mentornya itu saat mengarahkan bola ke dalam gawang, menggunakan bantuan tangannya.
Kita harus kembali berkilas balik ke Meksiko, dua dasawarsa lalu, untuk me-refresh memori. Masih di laga Argentina kontra Inggris, Maradona menciptakan kontroversi hand of god sebelum akhirnya membayar lunas utangnya lewat aksi sempurna seperti disebut tadi.
Keadilan Ditegakkan
Meski sedikit sulit untuk dipercaya, Messi pun mengukir hal yang sama. Ketika Barca tertinggal 0-1 dalam derbi Catalonia melawan Espanyol, Messi memakai tangannya untuk menyamakan skor. Walaupun terekam di tayangan ulang, “sentuhan maut” tersebut tak dianulir wasit Rodriguez Santiago.
Barca pun berhak menyambut jeda dengan kedudukan 1-1. Memasuki babak kedua, Messi membayar lunas aksi tak pantasnya itu. Personil Albicelestes ini kembali menorehkan nama di dalam score sheet. Berbekal umpan matang Deco, Messi mengeksekusi bola dengan sempurna, tanpa bisa ditepis kiper Idris Kameni.
Andaikan Tamudo tidak menyamakan skor pada menit terakhir, Barca bakal menang 2-1 sekaligus unggul dua poin atas Real Madrid dalam kejar-kejaran angka menuju tahta Primera Division. Maklum, di saat yang bersamaan, El Real ditahan 2-2 oleh Real Zaragoza.
Bisa dibayangkan betapa panjang kontroversi yang bakal ditimbulkan media, terutama yang pro ke Madrid? Namun, kali ini, keadilan ditegakkan tepat pada waktunya. Gol Tamudo tersebut memastikan Barca bernilai sama dengan Madrid. Secara virtual, ini telah melapangkan jalan Los Merengues menuju mahkota juara.
Tak heran media lokal pun seperti tak mengindahkan episode kedua dari “hand of god” Messi. Masyarakat Spanyol lebih memilih untuk membicarakan kans Madrid ke depan. Well, itulah sepakbola. Ketika kontroversi kurang memiliki dampak besar, saat itu pula kejadian langka ini menjadi begitu mudah untuk dilupakan. Yes, justice has been served. (Sapto Haryo Rajasa)
Countdown Menuju Juara
Satu pekan berlalu tanpa adanya perubahan komposisi pada klasemen sementara Primera Division. Real Madrid masih bertotal nilai sama dengan Barcelona dan unggul dua angka atas Sevilla. Ini terjadi setelah ketiga kandidat el campeon sama-sama menuai hasil imbang di jornada 37.
Siapa yang pantas diberi kredit menyusul hasil antiklimaks tapi mendebarkan tersebut? Jika harus memilih dua nama saja, mungkin cuma Ruud van Nistelrooy dan Raul Tamudo yang paling cocok dijadikan bintang lapangan pekan ini.
Ruutje menjadi penyumbang dua gol bagi Madrid di La Romareda, begitu pula Tamudo untuk Espanyol di Camp Nou. Berkat kontribusi krusial kedua delantero ini, publik bakal dipaksa menempel pada kursi mereka saat pekan pamungkas dipentaskan serempak, Ahad (17/6) mendatang.
Akan tetapi, jika kita didaulat untuk memilih satu lagi sosok penting di balik drama weekend kemarin, rasanya nama Ronaldinho juga layak untuk naik. Soalnya secara tak langsung penyerang Selecao ini memegang kunci atas hasil seri Barca di rumah sendiri.
Memang kehadiran Dinho dalam starting line-up Barca tak selamanya menjamin terciptanya nilai penuh. Meski begitu, teori nilai seret juga berlaku saat Azulgrana tampil tanpa jasa Dinho. Setidaknya ini terbukti dari empat duel tanpa Dinho yang berujung dengan hasil seri.
Dari total enam partai “Ronaldinho-less Barca”, cuma dua yang bisa dimenangi Blaugrana. Itu pun lewat skor ketat 3-2 (vs Celta) dan 1-0 (vs Mallorca). Sementara itu, empat partai lain berakhir imbang 1-1 (vs Levante dan Getafe), 0-0 (vs Osasuna), dan terakhir 2-2 (vs Espanyol).
Sebagian orang mungkin akan menilai situasi ini sebagai hal yang terlalu bombastis dan di luar proporsi. Namun, lihat bagaimana Barca pusing tujuh keliling untuk meminta keringanan hukuman saat Dinho divonis absen akibat kartu merah. Ini suatu bukti betapa sentral ketokohan Dinho.
Pekan depan di Nou Estadi, Barca sudah boleh merumputkan Sang Maestro. Lagi-lagi kondisi tersebut belum menjamin kemenangan bagi pasukan Frank Rijkaard. Tapi, setidaknya ini cukup untuk menumpuk kadar pede Barca guna meraup tiga poin atas Gimnastic Tarragona, yang telah terdegradasi.
Apakah kemenangan saja cukup buat memastikan gelar La Liga ketiga beruntun bagi Carles Puyol dkk? Jika pertanyaan ini dilontarkan ke kubu Barca, jawaban pesimistis yang akan muncul. “Masih ada satu partai, tapi kami telah menghadiahi gelar ke Madrid,” kata Xavi Hernandez.
Puyol pun menyahut dengan nada serupa. “Kami telah melalui musim dengan inkonsisten. Kami kesulitan mencetak kemenangan. Berulang kali kami mendapat kesempatan, tapi gagal meraih keuntungan. Sebaliknya Madrid telah melakukan tugas mereka dengan sempurna,” ucap sang capitan.
Menanggapi jalan lapang ke tangga juara, Madrid justru nyantai. “Kejadian ini sangat tidak wajar. Kami sangat beruntung. Meski begitu, tim ini telah menyuguhkan nyali dan determinasi tinggi. Kami tak pernah menyerah dan selalu mengambil kesempatan,” papar Van Nistelrooy.
Dalam duel terakhir, kontra Real Mallorca di Santiago Bernabeu, Madrid tinggal membutuhkan kemenangan agar bisa menyudahi paceklik piala yang sudah berjalan empat musim itu. Dengan hasil ini, apa pun yang didapat Barca atau Sevilla, target Madrid bakal tercapai.
Sepintas memang terlihat sepele mengingat Mallorca cuma duduk di posisi 12 klasemen. Namun, menurut pelatih Los Rojillos, Gregorio Manzano, timnya tak akan memberikan gelar begitu saja bagi pasukan Fabio Capello. “Kami masih memiliki kebanggaan untuk dipertaruhkan,” ujar Manzano.
Bagaimana transformasi omongan sang entrenador nanti, itu soal lain. Yang pasti Madrid pun akan mengerahkan segala upaya mereka untuk menggelar fiesta di Plaza Cibeles. (shr)
Zona Degradasi
Langkah Empat Terpidana
Siapa yang akan menemani Gimnastic de Tarragona turun kasta? Selain ketegangan yang dihadirkan Real Madrid, Barcelona, dan Sevilla, empat tim di papan bawah juga tengah berjuang lepas dari ancaman degradasi. Tapi, hanya dua yang bisa selamat.
Dengan nilai 25, Nastic memang tak terselamatkan untuk kembali ke Segunda Division. Lalu, dengan sisa satu pertandingan, siapa yang menyusul? Empat kandidat terdegradasi itu adalah Real Sociedad (34 poin), Celta Vigo (36), serta Athletic Bilbao dan Real Betis, yang sama-sama mengantongi nilai 37.
Sabtu lalu, seharusnya Betis bisa menjauh dari kelompok berbahaya itu. Namun kekalahan telak 0-5 dari tamunya, Osasuna, menyeret Los Beticos dalam arus deras yang berbahaya menuju jurang degradasi. Skor memalukan yang mengembalikan sejarah kelam musim 1960-61 saat Real Madrid melakukan hal serupa.
Sin Palabras! Ya, tak ada kata-kata yang bisa mewakili kehancuran kubu Betis. Aneh tapi nyata, kekalahan dari Osasuna menambah muram wajah Stadion Manuel Ruis de Lopera. Delapan laga kandang terakhir tak memberi nilai penuh. Kemenangan home terakhir Betis dipetik atas Valencia di jornada 20 pada 28 Januari.
Kesalahan Mendasar
“Mereka bermain dengan gugup.” Begitu pelatih Osasuna Jose Angel Ziganda menjelaskan situasi tuan rumah pada AS. Di sisi lain, entrenador Betis, Luis Fernandez, mengaku timnya dalam situasi psikologis yang tak baik.
Berbagai kesalahan mendasar telah membuat nilai Betis tertahan di angka 37, sama seperti Athletic Bilbao. Masalahnya, di laga terakhir, Betis harus mengunjungi markas Racing Santander, sedangkan Bilbao beraksi di kandang sendiri menjamu Levante.
Kekecewaan luar bisa sebagian besar penonton di stadion ditumpahkan dengan mencaci-maki direktur klub yang hadir di ruang VIP stadion. Tak hanya itu, ratusan pendukung Betis juga mengepung rumah kediaman pemilik klub, Manuel Ruiz de Lopera. Demonstrasi luapan kekecewaan atas kepemimpinan De Lopera harus dibubarkan pihak kepolisian.
Betis tak sendirian menderita. Bilbao, klub yang sebelumnya tak pernah turun kasta bersama Madrid dan Barcelona, juga resah. Di jornada 37, mereka gagal membawa pulang nilai dari markas Villarreal. Hidup-mati mereka di Primera Division ada di San Mames saat menjamu Levante.
Siapa dua dari antara mereka yang akan berganti tempat dengan Valladolid, Almeria, dan Murcia. Tiga tim dari Segunda Division? Situasi di papan tengah tak kalah tegang seperti kondisi perebutan mahkota la Liga. (Weshley Hutagalung)
Utak-Atik Pintu Degradasi
Real Sociedad
Kemenangan di kandang Atletico Madrid menghidupkan kembali peluang Sociedad. Dengan nilai 34, tim asuhan Miguel Angel Lotina itu harus menang saat menjamu Valencia sambil berharap Betis kalah dan Celta maksimal imbang.
Celta Vigo
Celta harus menang atas Getafe dan berharap Betis setidaknya imbang di Santander karena asumsinya Bilbao dapat poin penuh atas Levante. Bila Celta seri serta Bilbao dan Betis kalah, Celta unggul head-to-head atas Bilbao.
Athletic Bilbao
Ancaman terbesar datang dari Celta. Bila Bilbao dan Betis kembali bernilai sama, dan Celta menang, posisi klub Basque itu rawan.
Real Betis
Kemenangan atas Racing Santander wajib diperoleh sembari berharap Bilbao maksimal seri. Bila Betis kalah, sementara Sociedad menang, nilai 37 memihak Sociedad.
Ramai-Ramai Jilat Ludah
David Beckham memang sakti. Hampir di semua aspek kehidupan, ia selalu menjadi incaran dan panutan publik. Mulai dari gaya rambut sampai aksesori yang ia kenakan dari ujung rambut hingga ujung kaki ditiru.
Tak berlebihan jika kita menyebut tangannya bakal mengubah segala benda menjadi emas. Jika tidak, rasanya mustahil merek-merek ternama seperti Adidas, Police, atau Pepsi terus memperpanjang kontrak eksklusif mereka dengan Becks.
Tentunya dunia off-court eks kapten Inggris ini tak akan mengkilap, jika bukan lantaran awal ciamik di lapangan sepakbola. Tanpa modal permainan mumpuni, mustahil ayah tiga anak ini bisa mengeruk popularitas.
Dua bulan terakhir menjadi bukti kesaktian Becks di arena sesungguhnya. Dalam posisi terbuang dari timnas Three Lions era Steve McClaren serta lekatnya sang megabintang di bangku cadangan Real Madrid, Becks justru menciptakan the unthinkable.
Ya, Beckham mampu memaksa tokoh-tokoh yang semula membuangnya untuk ramai-ramai menjilat ludah mereka. Jilatan pertama dilakukan McClaren tatkala memanggilnya kembali ke skuad St. Georges’ Cross.
Inggris merasa perlu diperkuat kembali oleh Beckham untuk meretas jalan terjal menuju Euro 2008. Pilihan McClaren terbukti tepat. Becks berperan besar dalam kemenangan terakhir Inggris atas Estonia di laga tandang PPE pekan lalu.
Belum mereda isu comeback di Inggris, Becks sudah kembali memaksa majikannya yang lain, dalam konteks ini Madrid, untuk menjilat ludah. Tak sebatas mengembalikan pos inti, tapi sudah mengarah pada rencana menahannya di Santiago Bernabeu.
“Kami perlu duduk bersama Beckham, juga perwakilan resminya, serta Predrag Mijatovic (Direktur Olahraga Madrid), untuk melihat kembali klausul, kemudian melakukan kesepakatan di antara kami. Namun, bagi saya pribadi, saya ingin Beckham mau bertahan di sini,” begitu ujar Ramon Calderon, El Presidente Madrid, pada Marca.
Kata bos anyar pengganti Florentino Perez ini, sejujurnya ia marah jika mengingat-ingat kembali pengumuman kepindahan Beckham yang begitu dini. “Kami akan melakukan upaya maksimal supaya Beckham bersedia tinggal.”
Sesuai deal yang diteken pada awal Januari lalu, Becks akan memakai seragam klub MLS, LA Galaxy, terhitung 1 Juli mendatang dengan gaji 250 juta dolar AS untuk durasi lima musim.
Sungguh ironis karena pada kenyataannya Becks masih berkontribusi optimal bagi laju El Real ke puncak klasemen. Hal ini diakui Fabio Capello. “Saya yakin Beckham tak pernah berada pada performa sebaik ini dalam dua tahun terakhir. Beckham pun setuju dengan pandangan saya,” ujar Capello.
Untung bagi Madrid karena klub kebanggaan ibu kota Spanyol ini punya kartu as. Dalam klausul kontrak baru dengan LA Galaxy, Madrid masih memiliki opsi untuk menahan Beckham, asalkan yang bersangkutan bersedia tanpa paksaan.
Meski begitu, agen pribadi Becks segera menampik hal ini. “Kami tak memiliki keinginan untuk mundur dari kontrak Galaxy. Yang dimaui Beckham adalah pindah dari Madrid dengan membawa gelar juara. Itu saja!”
Kini semua mutlak tergantung pada Becks. Yang pasti berdasarkan isu yang diembuskan media Spanyol, konon Calderon siap merogoh kocek jika harus membeli kembali gelandangnya itu dari Galaxy. Wuih! Beckham betul-betul sakti, bukan? (Sapto Haryo Rajasa)
BWin Gandeng Madrid
Konon Ramon Calderon bersedia mengeluarkan dana lebih jika terpaksa harus membeli kembali David Beckham dari LA Galaxy. Dari mana datangnya fulus tersebut, mengingat kas Real Madrid bisa dibilang tak melimpah?
Boleh jadi alokasi dana bakal diambil dari proyek kerja sama yang baru diteken Calderon bersama BWin. Perusahaan taruhan online asal Austria yang sebelumnya mengikat AC Milan dan Werder Bremen ini baru saja menyetor 15 juta euro (sekitar 182,3 miliar rupiah) untuk mendanai satu musim El Real.
Sebagai imbalan, logo BWin akan terpampang di dada setiap pemain Los Merengues. Persetujuan ini sekaligus menyudahi kerja sama Madrid dengan pihak BenQ Mobile, sponsor mereka saat ini. Bulan Januari lalu, BenQ dinyatakan bangkrut.
Meski telah disetujui bulan lalu, pengumuman resmi kepada publik Bernabeu baru berjalan Senin (11/6). Detail dari bentuk kerja sama kedua kubu tak dirinci secara mendalam. Namun, yang pasti jumlah tersebut 5 juta lebih sedikit dari kontrak BenQ.
Bagi pemerhati finansial, keputusan BWin terbilang agak mengejutkan. Pasalnya bulan November lalu, pemimpin BWin menyatakan bahwa perusahaan miliknya akan memotong biaya promosi sebanyak 50% karena batasan hukum soal latar belakang perjudian yang diusung BWin.
Selain itu, kampanye Presiden AS, George W. Bush, yang mengajak sekutunya untuk menutup perjudian lewat internet, juga sempat membuat buram kinerja perusahaan bertipe ini. Namun, akhirnya ini semua tak menghalangi minat BWin untuk menyokong Madrid. Alasannya Madrid memiliki pemasukan terbesar dari segi promosi. (shr)
No comments:
Post a Comment