Tuesday, June 5, 2007

Putri Saya Berubah Sekali


Oleh: Julianto Simanjuntak dan Roswitha Ndraha dari Layanan Konseling Keluarga dan Karier (LK3)

Ibu ini seorang guru. Karena ingin mendidik sendiri kedua putrinya, dia meninggalkan profesinya. Sekarang kedua putrinya sudah berusia 16 dan 19 tahun. Si adik yang SMU kelas satu baik-baik saja—penurut dan nggak neko-neko. Beberapa bulan lalu si sulung kenalan dengan seseorang di dunia maya. Dia betah chatting berjam-jam dengan orang itu. Mengetahui putrinya jatuh cinta pada bayangan, si ibu marah-marah.

Apalagi sang putri menghabiskan wak-tu di depan komputer sampai pukul empat pagi. Karuan saja, jaringan in-ternet diputus, yang membuat putri ini tidak keluar kamar seharian. Besoknya dia pergi tanpa pamit sampai malam.“Bagaimana lagi saya harus bersikap padanya?” tanya sang Ibu. “Saya sudah jelaskan sama dia, kalau laki-laki itu orang baik-baik, dia nggak akan habiskan waktumu sampai jam empat pagi. Pasti dia tahu diri! Tapi putri saya nggak peduli. Baginya, cowok itu paling mengerti dia, paling baik sedunia, dst.”

Seorang anak adalah produk suatu keluarga. Demikian juga putri ibu ini. Biasanya kalau tidak ada pemicu, kehidupan sebuah keluarga terlihat baik dan harmonis. Kuat tidaknya relasi sebuah keluarga terlihat saat muncul masalah. Keluarga yang intim akan bisa melewatinya dan mendapatkan makna dari masalah yang mereka hadapi. Masalah-masalah yang muncul dalam keluarga sebaiknya tidak disikapi dengan marah atau reaktif. Seorang remaja membutuhkan pengertian (understanding) orang-orang di sekitarnya. Kita perlu mengerti alasan remaja kita jadi pembohong atau tidak bisa menepati janji. Sebenarnya dia tidak mau seperti itu. Dia tahu bahwa bohong itu tidak baik dan akan membuat luka orangtuanya. Tapi waktu itu (karena kita berondong dengan kata-kata), mungkin dia tidak punya pernyataan lain. Bohong adalah bentuk defencenya.

Hal kedua yang dibutuhkan adalah penerimaan (acceptence). Arti-nya, bagaimanapun perilakunya, dia adalah anak papa dan mamanya. Itulah adanya dia, baik dia salah atau benar, menyenangkan atau menyebalkan, bohong atau jujur, dst. Mengerti bukan berarti menerima atau menyetujui peri lakunya. Pasti ada alasan mengapa dia suka chatting dengan cowok itu. Dalam kasus ini, ternyata selama ini sang ibu cukup keras mendidik anaknya. Putrinya bercerita bahwa sampai dia kelas 1 SMU, mamanya masih memukulnya. Sejak itu hubungan sang putri dengan ibunya memburuk. “Saya sampai bilang ke Mama: jangan sekali-kali menyentuh saya lagi!” kata putrinya. Dalam percakapan lebih lanjut ketahuan bahwa putri ini sebenarnya membutuhkan teman curhat. Apalagi ternyata, di kampus dia tidak punya teman akrab. Ngobrol dengan ibunya memunculkan nasihat dari sang ibu dan ujungnya adalah pertengkaran. Hubungan putri ini dengan ayahnya juga kurang harmonis. Menurutnya, ayahnya hanya sesekali berbicara dengan dia. Kalau dia membutuhkan izin ayahnya, hampir selalu disertai bentakan.

Tidak heran putri ini lebih suka menghabiskan waktu dengan teman chatting-nya. Lantas apa pun keberatan orangtuanya tidak masuk dalam hatinya. Ini yang disebut latar belakang. Mungkin kalau kita bertanya pada ibu atau ayahnya, kita akan menemukan hal berbeda. Tetapi untuk mengerti sang putri, kita harus bisa memahami isi hati dan perasaannya dari sudut pandang dia.

Yang terakhir, barulah kita me-nyatakan setuju-tidaknya kita atas kegiatannya itu. Orangtua bisa mengatakan tidak setuju putrinya chatting sampai pagi, tetapi tidak dengan nada menghakimi. Saya katakan pada ibu ini. “Memang sih Bu, nggak baik di de-pan komputer sampai pagi. Tetapi ada baiknya Ibu menahan diri dari sikap konfrontasi. Usahakan dulu memper-baiki hubungan yang buruk selama ini. Saya yakin, kalau Ibu bisa menjadi teman curhat bagi putri Ibu, mengerti dan menerima dia, ini tidak akan berlangsung lama.”

Shalom Bahana, kami pasangan muda yang baru menikah 2 tahun. Di awal kehidupan kami dibantu secara ekonomi oleh ibu saya (pihak wanita). Sedangkan ibu mertua tidak pernah membantu. Tetapi setelah hidup mulai berkecukupan, ibu mertua kerap kali meminta uang. Kami seperti dimanfaatkan karena ibu mertua tidak pandai mengatur keuangannya dan malas bekerja keras padahal usianya masih 40-an. Kami perhitungan karena perlu menabung untuk masa depan mengingat pekerjaan suami wiraswasta yang tidak tetap. Mohon sarannya.

Jawaban:
Shalom, Hukum kelima dalam 10 Hukum Allah, ”Hormatilah ayah dan ibumu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu” (Kel 20:12). Juga dalam 1 Tim. 5:4 berkata, ”Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah.” Pertama, kita harus sepakat bahwa menghormati & membalas budi orangtua (menolong) adalah keharusan & penting. Saya harap ini juga menjadi prinsip hidup Ibu.

Kedua adalah bagaimana menolong ibu mertua? Komunikasikan kepada ibu mertua bahwa pengeluaran rumah tangga Ibu besar. Berikan beberapa contoh tetapi tidak usah mendetail. Lakukan saat suasana santai dan menyenangkan. Utarakan juga impian Ibu tentang masa depan anak-anak kepada mertua. Mungkin menyekolahkan anak ke luar negeri, dsb. Karena membutuhkan biaya tinggi, maka Ibu harus menabung. Terakhir, duduklah dan hitung pengeluaran wajib mertua. Tidak harus mengeluarkan kertas dan pensil, hal itu akan menegangkan suasana. Bicara santai dan menghitung dengan ‘mental kalkulator’ saja. Setelah itu, bicarakan dengan suami untuk menentukan be rapa bantuan yang bisa Ibu berikan. Disiplinlah untuk memberikan uang kepada mertua hanya satu kali dalam satu bulan. Bila ada permintaan tambahan, evaluasi, dan Ibu boleh menolak secara diplomatis. Hormati orangtua tetapi jangan korbankan, kepentingan keluarga sendiri. Setuju kan?

Aku Terkekang... Aku Ingin Mengakhiri Hidup!

Pertanyaan:
Shalom Pak Daniel,Aku Melly, 19 tahun. Sekarang aku bingung nggak tahu harus bagaimana.. Orangtuaku sudah berpisah, sementara aku harus tinggal di rumah tanteku dengan berbagai aturan yang sangat mengekang.Aku butuh kebebasan, tetapi tidak pernah aku dapat. Aku merasa tersiksa. Aku butuh orang yang aku sayangi, tetapi tidak pernah aku dapat. Aku butuh orang yang dapat membimbing aku! Aku benci dengan diri sendiri dan ingin mengakhiri hidup aku! (Melly - Manado)

Jawaban:
Shalom Melly,Pertama-tama, Melly, ampunilah orangtuamu dan tantemu. Apa pun yang sudah terjadi, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Harapkan dari Tuhan orangtuamu bisa berubah.Sementara ini, carilah keluarga yang bisa menerima Melly apa adanya.

Temukan orang-orang di sekitar Melly yang dapat membantu engkau dipulihkan. Melly mesti tahu bahwa tidak semua orangtua sekejam orangtuamu. Masih ada orangtua yang baik... Tetapi, kalau sampai tidak ada keluarga yang bisa menerima Melly, kami siap menampung.Dan, untuk masa depanmu, jangan takut membentuk keluarga. Kalau kamu menikah nanti, bentuklah rumah tangga yang baik, ok? Tuhan Yesus menyertaimu.

REFLEKSI

Kasus yang dialami Melly merupakan peringatan bagi kita semua. Betapa hancurnya hidup seorang manusia kalau sumber hidupnya yang adalah papa dan mamanya bercerai. Sangat-sangat hancur! Saya telah menghubungi dan berbicara langsung dengan Melly. Dia berkali-kali mengatakan mau mati, percuma hidup karena masing-masing mereka (orangtuanya) mencari jalan sendiri. Dampak perceraian ini sangat repot untuk kita tangani.Sudah begitu, ia sekarang tinggal bersama tantenya yang tidak sayang juga. Anak umur 19 tahun harus menanggung beban seberat itu. Betapa kejamnya kita ini!

Oleh karena itu, saya sarankan kepada anak-anak muda, kalau mau menikah pikirkan baik-baik. Sebab pernikahan itu berlangsung seumur hidup dan ada anak-anak yang harus dipertanggungjawabkan. Kalaupun kita berbuat salah sebagai orangtua, masih ada jalan keluar untuk bisa dipulihkan. Bukan dengan bercerai!Dalam kasus seperti yang dialami Melly, kita harus tangani dulu anaknya. Maka dari itu, gereja—kalau saya katakan gereja, tidak harus organisasi—kita sebagai keluarga-keluarga, ayo mulai ambil bagian. Kalau kita berkata menjadi keluarga yang diberkati Tuhan, nilainya adalah selamatkan anak-anak seperti ini. Itu sebabnya saya sudah siap untuk menampung Melly kalau dia tidak ada tempat. Saya juga mengimbau keluarga-keluarga lain untuk membuka pintu hati dan pintu rumah Anda. Kalau kita mau membuka mata dan membuka telinga, di sekitar kita ada orang-orang yang hancur seperti Melly ini. Dan, itulah tanggung jawab gereja untuk generasi sekarang ini. Mari kita selamatkan generasi ini.

No comments: