Friday, August 24, 2007

Kasper Schmeichel


Kasper Schmeichel
Titisan Kepercayaan Diri

Tak mudah menjadi seorang kiper bila sang ayah adalah sosok legendaris seperti Peter Schmeichel. Orang cenderung akan membanding-bandingkan dan mengharap performa setara. So, kalau Kasper Schmeichel dipercaya mengawal gawang Manchester City, berarti ia sukses mengatasi tekanan dan ekspektasi publik.

Kasper Schmeichel, sukses mengatasi tekanan sebagai anak Peter Schmeichel.

“Biasanya sulit bagi seorang pemain untuk muncul ke permukaan saat mereka memiliki figur ayah yang tersohor. Tapi, rasanya, sejauh ini saya belum mendapati kesalahan Kasper di bawah mistar gawang,” tutur Sven-Goran Eriksson, manajer anyar Manchester City, seperti dilansir Guardian.

Penampilan Schmeichel Jr. memang mencengangkan banyak pihak. Maklum, anak muda yang baru berusia 20 tahun itu sebetulnya cuma berstatus kiper keempat The Blues.

Namun, tatkala dipromosikan secepat kilat oleh Eriksson, ternyata cowok kelahiran 5 November 1986 tersebut tidak mengecewakan. Gawangnya bahkan masih tetap perawan hingga pekan ketiga EPL, termasuk kala melakoni laga Manchester Derby, pekan lalu.

“Saya pikir ia mampu mengatasi tekanan dengan baik,” kata Eriksson soal ketenangan Kasper yang mirip papanya, The Great Dane, yang dulu disebut sebagai “pembelian abad ini” oleh Sir Alex Ferguson (ketika direkrut Man. United dari Brondby, Peter Schmeichel ‘hanya’ dihargai 550.000 pound).

Kiper Keempat

Schmeichel Jr. mulai bergabung di Manchester City sebagai trainee pada empat tahun silam. Ia diberi uang saku dan mendapat beasiswa setingkat SLTA. Di awal kariernya, Kasper banyak dipinjamkan ke klub-klub divisi bawah (seperti Darlington dan Bury di divisi IV). Juga ke klub SPL, Falkirk, yang sempat berniat mengontraknya secara permanen.

Tak ada yang menyangka bahwa Schmeichel akan dengan cepat diplot sebagai penjaga gawang utama City. Eriksson terpaksa menurunkannya lantaran memang tak punya pilihan lain.

Kiper nomor satu Andreas Isaksson mengalami patah tulang ibu jari. Joe Hart dihadang cedera di laga pramusim, sedangkan Nicky Weaver telanjur pindah ke Charlton Athletic.

The Ice Man sebetulnya masih mengincar kiper baru – di antaranya Craig Gordon (yang kini membela Sunderland) dan kiper Livorno, Marco Amelia -- tapi hingga EPL bergulir belum ada yang mendarat di City of Manchester Stadium.

Hebatnya, Kasper mampu melakoni debut gemilang di EPL melawan West Ham. “Saya baru mengenalnya satu bulan terakhir, tapi Kasper telah menunjukkan bahwa ia seorang bocah yang amat percaya diri. Ini atribut luar biasa bagi seorang kiper muda,” sebut Eriksson.

Ya, itu barangkali titisan terbesar dari sang ayah! (Barry Manembu/Foto: Getty Images)

Kasper Peter Schmeichel
Lahir: Kopenhagen, 5 November 1986
Tinggi: 182 cm
Berat: 80 cm
Posisi: Kiper
Klub: Manchester City
Nomor Punggung: 19
Karier Klub:
2003- Manchester City 3
2006 Darlington (pinjaman) 4
2006 Bury (pinjaman) 15
2006 Bury (pinjaman) 14
2007 Falkirk (pinjaman) 15





Like Father, Like Son

Andai lebih tinggi dan gempal, perawakan Kasper Schmeichel akan semakin mirip dengan big daddy, Peter Schmeichel. Sama-sama berambut pirang khas Skandinavia, mengenakan jersey warna hijau, dan tak segan-segan meneriaki rekan-rekannya yang lebih tua dan berpengalaman.

Tentu saja tak ada jaminan bahwa karier Kasper juga bakal menjulang seperti legenda Manchester United dan timnas Denmark tersebut. Tapi, paling tidak Schmeichel Jr. punya modal untuk itu. Masih tak percaya? Well, silakan tanya staf kepelatihan City yang masih takjub dengan rasa percaya diri Kasper, yang tampaknya memang diwariskan Peter, kiper dengan rasio clean sheet terbaik di Liga Inggris tersebut.

Posturnya yang hanya 182 cm memang masih kalah tegap dibanding sang ayah yang mencapai 193 cm. Tapi, Kasper ditunjang kelebihan lain.

“Ia memang bukan termasuk kiper jangkung. Namun, ia cepat dan bertalenta,” sebut Sven-Goran Eriksson. “Kakinya juga fantastis. Ia dapat menendang bola ke arah mana pun yang ia inginkan. Itu penting dalam sepakbola modern.”

Beberapa ciri khas ayahnya telah diperagakan Kasper di EPL. Ia, misalnya, melakukan “lompatan bintang” -- gerakan yang dipopulerkan Schmeichel senior di Old Trafford -- untuk menghalau tendangan Stephen Pearson kala City menaklukkan Derby County 1-0.

Kiper U-21 Denmark tersebut juga meniru teknik meludahi sarung tangan agar bola tangkapan makin lengket. Cara dia mengomeli Richard Dunne setelah sang kapten melakukan kesalahan defensif di situasi tendangan pojok juga menjelaskan bahwa Kasper banyak mempelajari cuplikan video ayahnya. (bry)





Bukan Sekadar Koneksi

Sebelum gantung sepatu di akhir musim 2002/03, klub terakhir Peter Schmeichel adalah Manchester City. Dialah yang mendorong Kasper, ketika itu masih berusia 15 tahun, untuk bergabung di Maine Road, stadion lama Citizens.

Ketika itu Schmeichel senior mengaku terkesan dengan manajemen dan fasilitas City. “Klub ini sangat well organised, ditangani orang-orang profesional, staf pelatih yang hebat, dan manajer brilian. Saya senang Kasper akan menjadi bagian dari semua ini.”

“Saya dan istri juga merasa girang karena anak kami rupanya membuat pihak manajemen City cukup terkesan sehingga mereka menawarinya kesempatan istimewa,” paparnya kepada BBC.

Kevin Keegan, pelatih The Blues waktu itu, menolak unsur KKN dalam proses rekrutmen Kasper. “Kami gembira Kasper mau bergabung. Ia bisa saja memilih klub lain, tapi nyatanya tidak,” katanya.

“Yang jelas ini bukan semata karena faktor koneksivitas Schmeichel senior. Dengan menawarkan kontrak berarti kami menganggap ia memang memiliki potensi dan skill. Jika ia mau tetap bekerja keras, ia bisa saja mengikut jejak langkah ayahnya.” (bry)

No comments: