Wednesday, November 19, 2008

Hidupku bukan hanya Milikku




Setiap hari aku terbangun dari lelapnya tidur dengan sebuah kehidupan baru, setiap saat dengan dada membusung aku katakan : "ini hidupku",
dan karenanya aku tidak ingin orang lain masuk dan mencampurinya, aku ingin bebas melakukan apa saja yang aku mau, aku ingin dapat melakukan apa saja yang aku suka, karena ini adalah hidupku sendiri, tanpa pernah menyadari kalau hidupku ternyata bukan hanya milikku seorang sama sekali.

Hidupku adalah milik Tuhanku,
karena Dia yang menciptakanku, menyulamku menjadi janin mungil dalam rahim ibuku, meniupkan nafas kedalam hidungku, mengalirkan darah kedalam pembuluhku, dan karena akhirnya aku akan kembali ke pangkuan-Nya.

Hidupku adalah milik ibuku,
karena dia telah mengandung, melahirkan dan menyusuiku, dia mengisi hatiku dengan cintanya, dan menampung air mataku dengan tangan sucinya, karena dia berjanji berjalan disampingku sampai akhir hayatnya.


Hidupku adalah milik ayahku,
karena dia menjaga dan melindungiku sejak kanak-kanakku, dia membuatku bisa hidup dan berkembang, dengan pengorbanan dia tidak bisa selalu berada di dekatku, ya , tapi dia berjanji selalu ada untuk mengangkatku saat terjatuh.

Hidupku adalah milik saudara-saudariku,
karena mereka mencintaiku seolah aku adalah bagian dari tubuh mereka,
menangis dan tertawa bersamaku.

Hidupku adalah milik suamiku kelak,
karena aku telah berjanji didepan Tuhan dan dunia, bahwa aku akan bersamanya selama jantungku masih berdenyut, karena untuk aku, dia telah meninggalkan dunianya jauh di belakang, hidup, bernafas, tersenyum, dan bersedih denganku.

Hidupku adalah milik anak-anakku,
karena Tuhan pernah berbisik kepadaku : "ini adalah milik-Ku, kutitipkan kepadamu, dan buktikan cintamu kepada-Ku lewat keberadaan mereka",
karena anak-anakku selalu menunggu kepulanganku.

Hidupku adalah milik sahabat-sahabatku,
milik mereka yang menanyakan kabarku,
mereka yang tersenyum padaku,
mereka yang mau menampung bebanku,
mereka yang menepuk pundakku,
mereka yang memintaku berhenti merokok,
mereka yang bahagia denganku,
mereka yang mentertawai kebodohanku,
mereka yang selalu mengharapkan kehadiranku,
mereka yang berjalan di sampingku,
mereka yang mengatakan aku mencintaimu,

Karena kesedihanku akan menjadikan hari terasa suram bagi mereka, dan kegembiraanku akan menjadi penambah semangat bagi mereka,
karena sakitku akan terasa sakit juga bagi mereka,
dan senyumku akan menjadi senyum mereka pula.



Betapa bodohnya bila dalam hidupku, aku menganggap hidupku hanya milikku sendiri, padahal setiap detik hidupku adalah milik mereka yang mencintaiku dan menyayangiku, milik mereka yang menungguku,
dan milik mereka yang pernah, sekarang dan akan ada dalam hidupku.


http://www.videoku.tv/members/action/music/795/Giovanni_Marradi___Dreams/
Hidup ini begitu indah, maka buatlah menjadi lebih indah dengan melakukan segala sesuatu yang indah buat semua orang.

http://www.videoku.tv/action/viewvideo/1920/_SCTV_Music_Awards__Yovie__amp__Nuno_Milikku__23_05_08/?ref=Belajar777

Ada satu ciri kaum fundamentalis, dari agama apapun: mereka memusuhi hidup. Hidup adalah sejenis hukuman, karena fana dan diubah waktu. Bagi mereka waktu yang berubah adalah jalan kemerosotan.. Sebab itu, mereka cegah waktu dari doktrin, tiap kalimat dalam Kitab Suci harus dipatok sebagai sesuatu yang mandeg. Bagi mereka hidup di dunia selalu terancam najis. Sebab itu Tuhan adalah suara amarah: "dari mulut-Nya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul semua bangsa". Goenawan Mohamad

Menanggapi serangan Israel akhir-akhir ini kita diantara umat Kristiani sendiri mempunyai perbedaan-perbedaan pandangan, ada yang mendukung, membiarkan, menyesalkan dan bahkan ada yang 'berani' mengutuk atau mengecam. Bagaimana seharusnya kita menyikapinya?

Membaca catatan pinggir di Majalah TEMPO edisi bulan Mei 2006 yang lalu, yang kutipannya ada diatas, saya cukup tergelitik dengan tulisan Goenawan Mohamad (GM) yang menyentil kita dengan istilah "Kristen Fundamentalis", ops… benarkah ada? Istilah ini mungkin "aneh" bagi kita. Tetapi kalau kita hayati dalam-dalam, memang ada kok golongan ini. Apakah Kristen Fundamentalis ini sama saja dengan dengan golongan Islam Fundamentalis di Indonesia? Barangkali jawabannya juga "sama", mungkin nyalinya saja yang beda. Dalam tulisannya tersebut GM yang notabene bukan seorang Kristen justru mengingatkan kita kepada ajaran Yesus yang amat terkenal yaitu "Khotbah di Bukit" yang sangat monumental itu.

Sejak tahun 1980-an, kita bisa melihat gerakan-gerakan dari beberapa aliran Kristen tertentu di Indonesia ini ikut-ikutan berorientasi fundamentalis "right or wrong Israel adalah bangsa pilihan Allah" dengan terus menekankan apa yang tertulis di Kejadian 27:29 tanpa mau melihat konteks dan ayat-ayat Alkitab dalam bagian yang lain misalnya konteks rohaniah yang ditekankan dalam Roma 2:28-29 dan Galatia 3:7-9 terlebih pada Galatia 3:29

Sikap fundamentalisme "right or wrong Israel adalah bangsa pilihan Allah" dengan sendirinya menyeret dalam konsep nasionalisme Yahudi atau lebih tepatnya disebut "Zionis Kristen". Khususnya sikap yang membenarkan apa-saja untuk tujuan 'Pembangunan Bait Allah' secara fisik yang akan dibangun di Sion atau di kota Yerusalem di daerah Palestina sana. Apakah Yesus mengajarkan demikian? Maka, untuk apa Kekristenan harus terseret pada 'nasionalisme Yahudi' yang oleh Yesus sendiri ditolak?

Kalau kita mau sedikit cermat, telah terlihat ada banyak kecenderungan membawa Kekristenan pada 'nasionalisme Yahudi' atau "Zionis Kristen"; dan ini bisa jadi merupakan rancangan dari pemerintah Israel untuk menggalang simpati dari pihak-pihak lain terhadap perjuangan mereka merebut kembali 'tanah suci Yerusalem'. Misalnya, promosi tour Holy-Land, dan hal-hal lain yang membangkitkan 'semangat Yudaisme' juga dengan dipopulerkannya lagu-lagu, tari-tarian ala Yahudi dan nubuat-nubuat yang berkenaan dengan dibangunnya kembali Bait Allah di Yerusalem.

Daya tarik ide pembangunan "Bait Allah di Yerusalem" kelihatannya cukup berhasil memikat kalangan Kristiani untuk mendukung apapun usaha Israel merebut Yerusalem sepenuhnya. Namun sebaiknya kita mengingat lagi 'blunder' yang telah dilakukan kalangan kita dengan adanya "Perang Salib" di Yerusalem pada masa lalu yang memakan waktu berabad-abad, masihkan perlu kita mendukung usaha perebutan tanah dengan berdarah-darah?. Benarkah Allah yang penuh kasih itu merestui cara kekerasan ini?

Apakah esensi dari bangunan Bait Allah di Yerusalem bagi Kekristenan? Apakah Yesus Kristus secara fisik nanti pada saat kedatanganNya yang kedua, akan bertahta disana? Tidak!. Lalu, apa perlunya kita mendukung perang mereka dan mengamini apapun yang mereka perbuat?
Andaikata Israel menang, menguasai sepenuhnya Yerusalem, dan kemudian berhasil membangun Bait Allah yang mereka idam-idamkan ini, bukankah mereka akan beribadah dengan caranya sendiri yaitu menurut cara nenek moyang mereka, dan mereka akan tetap melakukan "korban bakaran" yang dimana didalam Kekristenan diimani sudah digenapi oleh Tuhan kita Yesus Kristus dengan kematianNya diatas kayu-salib?.

Dengan demikian dalam konteks ibadah-pun kita akan senantiasa berlainan dengan orang-orang Yahudi. Agama Yahudi tidak akan menganggap Kekristenan adalah bagian dari Yudaisme, demikian juga Kekristenan bukan Yudaisme ataupun perlu dicampur-campurkan dengan Yudaisme. Anda dan saya kan tetap golongan "goyim/the gentiles" dimata mereka.

Atas nama kemanusiaan, kita seharusnya menyesalkan tindakan kekerasan dari kedua-belah pihak. Perang Israel-Palestina adalah perang yang sangat kompleks dan jangan hanya melihat Partai Hezbollah nya saja, atau kelompok Islam lain di Palestina. Jangan lupa, ada banyak orang Kristen di Palestina dan di Libanon. Suatu keanehan jika kita membela-bela Israel dan melupakan saudara kita orang-orang Palestina yang sudah menjadi orang-orang percaya. Terlebih dari itu atas nama kemanusiaan kita juga tidak perlu memandang agama yang dianut seseorang. Maka dalam perang perebutan wilayah ini sebaiknya kita tidak terseret pada isu agama dan ras.

Bagi kita, kalangan Kristiani tidak ada esensinya mendukung Israel menguasai Yerusalem sepenuhnya. Karena konteks Yerusalem kita bukanlah kota Yerusalem yang ada di Palestina itu, tetapi Yerusalem Baru sebagaimana tertulis dalam (Wahyu 14;1-5; 21:2).

Kekristenan tidak menganut hukum Yahudi, Tuhan Yesus Kristus telah memberi ajaran yang baru yang diibaratkan "Jika pipi kananmu ditampar beri juga pipi kirimu" Hal tersebut bukan berarti Yesus mengajar jika ada kejahatan kita diamkan saja. Tetapi yang hendak ditekankan oleh Tuhan Yesus disini adalah lebih baik kita balas kejahatan itu dengan kebaikan, daripada membalas dendam. Jika kita terpaksa membela diri, maka itu jangan dilandasi dengan perasaan benci/balas dendam. Dalam ajaran ini Yesus hendak mengingatkan kita bahwa prinsip balas dendam seperti dalam Perjanjian Lama "lex talionis", yaitu "mata ganti mata, gigi ganti gigi", pada hakikatnya tidak akan menyelesaikan masalah. Terlebih lagi Yesus Kristus memberikan kita Hukum yang baru yang dikenal dengan Hukum-Kasih.

Yudaisme adalah akar Kekristenan, betul. Perjanjian Lama (TANAKH) menjadi bagian dalam Alkitab kita, betul. Namun jangan lupa orang Yahudi tidak menganggap Kekristenan itu kontinuitas dari Yudaisme. Terlebih mereka menolak Yesus Kristus sebagai Mesias (Almasih) dan mereka sekarang ini masih menanti-nantikan Mesias yang lain. Maka tidak seharusnya hal tersebut menjadikan iman kita condong kepada Nasionalisme Yahudi (zionist) secara fisik. Iman Kekristenan menekankan hal-hal rohaniah bukan hal-hal fisik ataupun perang-perang secara fisik. Perang Israel-Palestina, bukan perang kita. Tidak ada alasan bagi kita untuk menjadi supporter salah satu pihak dengan alasan Palestina itu arab/muslim, ataupun menggunakan isu-isu Zionist! Pendek kata, tak perlu kita menjadi supporter salah satunya karena sentimen keagamaan.

Arti 'Perang' bagi umat Kristiani adalah yang jelas terulis dalam 2 Korintus 10:3-6 dan Efesus 6:10-17, kutipannya sbb :
Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. (2 Korintus 10:3-4)

http://www.videoku.tv/action/viewvideo/5549/Gita_Gutawa__Siti_Nurhaliza__Taufik/?ref=Belajar777

Seperti Anak Kecil

Jika diperhatikan, mayoritas penghuni skuad timnas Jerman adalah pemain yang terlalu sensitif. Sebuah kritik dari pelatih, salah ucap atau keputusan untuk tidak memainkan sang pemain, bisa membuat mereka sangat kecewa. Parahnya, para pemain ini lebih suka curhat ke media ketimbang berbicara langsung secara personal untuk menyelesaikan masalah.

Simak saja perang komentar antarpunggawa Tim Panser yang pernah terjadi di media. Mulai dari Michael Ballack-Oliver Bierhoff di Piala Eropa 2006 hingga skandal perginya Kevin Kuranyi tanpa permisi dari stadion karena tidak diturunkan Joachim Loew dalam laga persahabatan melawan Rusia bulan lalu.

Tidak berhenti di situ, daftar perseteruan di timnas bertambah kala Ballack mempertanyakan metode kepelatihan sang pelatih dan memintanya lebih menghormati para pemain senior yang telah berkorban banyak untuk timnas.

Terakhir, Torsten Frings mengeluh karena tidak dipanggil Loew untuk menghadapi Inggris. Padahal, gelandang Werder Bremen ini sedang tidak fit.

Pria berusia 48 tahun itu memang tidak secerdas seperti yang terlihat. Tapi, di belakang layar, ia termasuk pelatih tegas yang tahu kewenangannya. Para pemain tentu harus menyadari kondisi ini.

Karena itu mereka harus tetap berjuang agar menjadi starter. Dengan kata lain, tidak ada jaminan bagi siapa pun untuk selalu menjadi pilihan utama.

Itulah kenapa beberapa waktu lalu pelatih yang juga dipanggil Jogi Loew ini mengadakan sesi khusus untuk berbicara dengan dua pemain senior itu. Hasilnya, Ballack membuat permintaan maaf kepada publik, sedangkan Frings mengaku akan meningkatkan kondisi fisiknya jika ingin bermain lagi untuk Jerman.

Tapi, menurut sang pelatih kondisi itu belumlah cukup. Ia ingin pemainnya memiliki kesadaran lebih untuk bertanggung jawab atas statusnya sebagai pemain timnas di hadapan publik.

Ini karena banyak anak yang mengidolai dan meniru tingkah laku mereka. Apa jadinya jika sang idola memberikan contoh yang buruk kepada para penggemar mudanya itu?

Pertemuan Khusus

Status Jerman saat ini adalah runner-up Piala Eropa 2008. Sejauh ini, perjalanan tim Panser di kualifikasi Piala Dunia 2010 cukup bagus. Tapi, apa yang dilakukan para pemain? Mereka bertingkah seperti sekumpulan anak kecil yang menangis ketika mainannya diambil.

Tentu ini sangat mengganggu keharmonisan tim dan merusak citra positif tim nasional. Mereka seharusnya diam, berdiri, dan berjuang membela negara. Kebetulan lawan mereka selanjutnya adalah Inggris, yang sempat menang 5-1 di Muenchen pada 2001.

Menjelang laga itu, pengganti Juergen Klinsmann ini akan mengadakan sebuah pertemuan dengan seluruh pemain. Bukan hanya skuad yang terpilih untuk turun menghadapi Inggris, tapi juga mereka yang cedera atau tidak terpilih karena alasan lain. Itu termasuk hadirnya Ballack dan Frings.

Dalam forum itu, Loew ingin menjelaskan sebuah panduan yang harus diikuti para pemain. Intinya, Loew hendak menyamakan persepsi tim untuk bekerja bersama jika ingin meraih kesuksesan. Tujuannya tentu menghindari kekisruhan macam ini di masa depan.



------

John McCain Ikut Audisi Idola Cilik 2 di RCTI
Tadinya saya hanya sekedar menemani anak-anak menyaksikan proses audisi idola cilik 2 di RCTI sabtu siang tadi. Namun ada yang menarik dari acara tersebut. Ada seorang peserta audisi bernama Daffa, umurnya mungkin masih berkisar 5-6 tahun. Bicaranya masih cadel dan tidak jelas di mengerti. Namun keberaniannya luar biasa. Ia tidak canggung beraksi di depan juri audisi mama ira dan kak winda. Bahkan ngobrol dengan para juri pun sudah seperti teman saja. Iapun tidak canggung ketika ia masuk lagi ke arena audisi tanpa di undang hanya untuk minta foto bareng dengan mama ira. Lucu sekali.

Tapi bukan itu yang menarik buat saya. Ketika hasil audisi di umumkan, bocah ini ternyata tidak lolos audisi. Bukan masalah sih karena ia lebih cocok jadi aktor cilik ketimbang penyanyi. Namun setelah mengetahui ia tidak lolos audisi, bocah tersebut kemudian memberi ucapan selamat kepada peserta lain yang lolos dengan menepuk pundak mereka. Ini yang menarik. Seorang bocah cilik yang biasa kita (orang dewasa) anggap masih cengeng, gampang ngambek kalau hasilnya tidak sesuai keinginannya, ternyata punya jiwa besar untuk mengakui kekalahannya dan memberi selamat kepada pemenang. Ini mengingatkan saya pada Capres John McCain yang punya jiwa besar untuk mengakui kekalahannya dari capres Obama dan memberi selamat kepada obama.

Bandingkan dengan politisi kita yang bertarung dari tingkat pilpres hingga pilkada bahkan sampai ke pilkades. Para kadidatnya pastinya sudah gede-gede khan, berpendidikan tinggi, mapan ekonomi dan panutan orang banyak. Namun apakah mereka memiliki jiwa besar? Banyak kita temukan berita berita pilkada ricuh karena yang kalah tidak terima kekalahannya, atau kalaupun tidak ricuh para kandidat yang kalah biasanya mendongkol dan ogah kasih selamat apalagi mau mendukung pemerintahan si pemenang.

Kalau bocah bocah cilik saat ini sudah bisa belajar berjiwa besar, berarti para politisi kalah gesit dan kalah pintar dibanding bocah bocah tersebut. Saya yakin dengan seyakin yakinnya kalau ada politisi yang membaca tulisan ini, mereka juga pasti tidak akan mau mengakui kekalahannya terhadap bocah bocah tersebut. Pasti deeh...



No comments: